webnovel

Prequel Arwain Saga

Hari telah larut. Dia masih berdiri tegak di depan gerbang benteng istana Frigardr, menunggu seseorang yang dia ketahui tidak pasti bisa datang.

Saat petang tadi, seperti biasa, mereka telah membuat janji untuk bertemu di depan gerbang benteng pada tengah malam, dan tanpa ada seorang pun yang tahu.

Dia mendengus saat mendengar suara seperti lempengan bumi bergeser, tanah di depannya tiba-tiba terbelah, seorang gadis cantik berambut hitam panjang dengan kulit sepucat pagi di musim salju muncul dari sana. Dia memakai gaun sutra panjang berwarna putih, dan juga mahkota kecil cantik menghiasi kepalanya.

"Kau terlambat," katanya datar namun tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa lega yang tergambar jelas pada sepasang mata birunya.

"Maafkan aku, sangat sulit kabur dari Archiballad saat dia telah mengetahui hubungan kita."

Tanah yang terbelah kembali tertutup, si Puteri cantik berjalan menghampirinya dengan ekspresi merajuk.

"Si Telinga lancip, Archiballad Charmichael?" dia merentangkan tangan, memeluk tubuh sintal yang terbalut sutera di depannya.

"Hu'um. Dia bilang apa yang kita lakukan ini terlarang, hubungan kita tidak boleh dilanjutkan lagi, dan ... aku tidak boleh menemuimu lagi."

Diam.

"Apa yang pengawalmu katakan itu memang benar Tuan Puteri," katanya datar, sepasang mata birunya menatap sedih pada wajah pucat cantik yang dibingkai rambut panjang indah sehitam bulu gagak itu.

"Aku tidak suka kau berkata begitu, Rohan!" Sang Puteri mendelik, "Aku mencintaimu, dan kau juga bilang kalau aku adalah mate-mu. Aku tidak mau pasrah pada keadaan yang mengatakan bahwa aku tidak bisa bersamamu. Aku akan memperjuangkan kita," Puteri memeluknya erat.

Rohan putera Kojjia mendesah, balas memeluk erat tubuh Puteri kerajaan Frigardr di depannya.

"Persona, aku tidak mau kau melawan Ayahmu dan kerajaanmu demi aku. Raja Elagor, kakekmu, sudah membuat peraturan dengan sangat jelas. Witchess sepertimu, tidak boleh memiliki hubungan dengan orc, vampire, ataupun ... serigala sepertiku," suaranya merendah sedih di akhir kalimat.

"Apa kau mau melepasku, Rohan?"

Diam.

"Tidak. Aku akan memperjuangkan kita."

Senyum manis tersungging di bibir pewaris tunggal kerajaan Frigardr itu saat mendengar janji kekasih serigalanya.

"Terimakasih. Aku juga akan memperjuangkan kita."

***

Ratu Cordellia melemparkan senyum kemenangan menatap bola kristal di depannya. Sedikit sihir telah membuat bola kristal itu memperlihatkan apa yang ingin dia lihat.

Keintiman antara Persona, puteri Raja Legolas dan mendiang Ratu Persia, dengan seorang pria bertubuh kekar dan berambut cokelat ikal sepundak dengan sedikit kumis dan janggut yang menghiasi wajah tampannya, membuat Ratu Cordellia yakin bahwa puteri tunggalnya, Airis, akan menjadi Ratu kerajaan Frigardr di masa depan.

Pasalnya Persona, yang merupakan pewaris tahta kerajaan sihir Frigardr, telah melanggar peraturan yang dibuat oleh kakeknya sendiri. Kaum witch dan witchess tidak boleh menjalin hubungan asmara dengan mahluk yang bukan kaumnya, jika melanggar mereka akan dihukum mati, entah apa yang telah terjadi pada Raja Elagor sampai dia membuat peraturan konyol itu.

Ratu Cordellia begitu senang saat mengetahui bahwa pemuda bernama Rohan adalah pempimpin suku serigala yang tinggal di hutan di sekitar wilayah kerajaan Frigardr.

"Itu berarti kematian untuk Persona puteri Persia," dia menyeringai kemudian keluar dari ruangan, dia hendak pergi ke kamar suaminya, antusias untuk memberitahu perbuatan memalukan si anak tiri.

Ratu Cordellia tak sabar melihat ekspresi murka Raja Legolas pada Puteri Persona.

***

"Aku harus pulang," kata Persona sembari bangkit dari posisi berbaringnya di atas rerumputan, kemudian membenahi pakaiannya.

Rohan dan Persona saling melepas rindu di tanah lapang di dalam hutan, yang ditumbuhi rerumputan hijau indah.

Rohan mendengkur, "Tidak bisakah kau tinggal sebentar saja? Aku masih merindukanmu."

Persona terkekeh, "Aku juga ingin tinggal bersamamu sebentar lagi, tapi aku bisa dapat masalah kalau tidak segera pulang."

Setelah memastikan bahwa penampilannya sudah cukup rapi, Persona berlutut-membungkuk mencium kening Rohan yang masih tiduran bertelanjang dada di atas tanah.

"Sampai jumpa," kata Rohan sambil tersenyum.

"Hmmm. Apa besok kita bisa bertemu lagi?"

"Entahlah, besok aku harus melatih anak-anak sukuku yang baru berubah jadi serigala pada purnama lalu untuk mengendalikan kekuatan mereka, tapi aku akan berusaha untuk datang di tempat pertemuan kita."

"Aku akan menunggumu," Persona mengecup kening Rohan sekali lagi lalu menghilang dengan kemampuan teleportasinya sebagai penyihir.

Senyum Rohan perlahan menghilang, dia terdiam sejenak menatap langit malam penuh bintang. Dia tak mengerti, perasaannya tiba-tiba tak enak dengan kepergian Persona. Dia mendadak gelisah, seakan sesuatu yang buruk sedang mengintainya dan Persona. Rohan berharap, semoga tidak terjadi sesuatu pada belahan jiwa yang dicintainya itu.

***

Persona puteri Persia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat dia kembali ke kamar. Raja Legolas, Ratu Cordellia, Puteri Elleanore, dan para pengawal kerajaan telah berkumpul di sana.

Empat rantai besar nan panas—yang biasa digunakan untuk menangkap penyihir hitam—menjalar dan mengikat tangan dan kaki Persona.

"A-Ayah, ada apa ini?" Persona menatap Raja Legolas yang tampak begitu marah padanya.

"Persona puteri Ratu Persia, kau ditahan atas tuduhan memiliki hubungan terlarangmu dengan pemimpin suku serigala."

Mata Persona membelalak ngeri mendengar tuduhan yang dibacakan oleh salah satu pengawal. Sang Ayah—dan mungkin seluruh kerajaan—telah mengetahui hubungannya dengan Rohan.

Tapi siapa yang memberitahu? Apa Archie? Persona melirik pada Sang Pengawal yang berdiri di samping Ayahnya, Archiballad Charmichael, tampak sangat sedih dan putus asa. Bukan dia, pikir Persona.

Senyum licik yang tersungging di bibir Cordellia dan Elleanore, membuat Persona tahu siapa pelakunya.

"Yang Mulia Raja Legolas telah menetapkan hukuman mati untukmu. Akan dilangsungkan di alun-alun Kerajaan, di depan seluruh rakyat Frigardr pada tengah hari."

"A-Ayah," lirih Persona sebelum diseret oleh para pengawal menuju penjara.

***

"Apa ini sulit bagimu?"

"Maksudmu, apa sulit bagiku untuk menjadi alpha-pemimpin suku?" Rohan tak mengerti arah pertanyaan sahabatnya Samswise, yang juga merupakan wakilnya di suku serigala.

Sekarang mereka sedang melatih anak-anak yang baru mendapatkan wujud serigala untuk mengendalikan kekuatan.

Pemuda pirang gondrong itu menggeleng, "Puteri Persona, aku tahu dia mate-mu. Apa sulit bagimu menghadapi kenyataan bahwa belahan jiwamu, adalah orang yang tak bisa kau miliki?"

Rohan terdiam, matanya menatap kosong ke arah seorang anak kecil pirang berusia sepuluh tahun yang tengah berusaha berubah ke sosok serigalanya.

"Yah, kuakui ini sulit. Rasanya menyakitkan saat kami harus berpura-pura saling tak mengenal di depan banyak orang, lalu menyelinap secara diam-diam di malam hari tanpa ada seorangpun tahu, untuk bertemu di tempat rahasia agar bisa saling melepas rindu," kata Rohan sedih, "aku ingin mengumumkan pada Dunia, bahwa Persona adalah milikku. Tapi aku tidak bisa melakukannya ...."

"Karena aturan itu?"

Rohan mengangguk, "Raja Legolas akan membunuh Persona, kalau dia tahu mengenai hubungan kami."

Samswise mendengus gusar, "Aku tidak mengerti dengan peraturan para witch dan witchess itu. Mereka membuat peraturan seenaknya, seolah mereka bisa tahu pada siapa mereka akan jatuh cinta, padahal tidak ada satu mahluk pun di dunia ini yang bisa mengendalikan perasaannya."

Tak ingin membahas masalah percintaannya yang memusingkan, Rohan kemudian mengalihkan pembicaraan mengenai kemampuan para serigala muda baru.

Saat mereka sedang asik berbincang, beberapa witch pengawal dari kerajaan Frigardr muncul sambil menunggangi kuda gagah istana.

Orang-orang suku srigala menatap mereka tak suka. Sejak dulu suku srigala dan penyihir tidak pernah bisa bersahabat.

"Raja Legolas mengundang Rohan putera Kojjia, pemimpin suku srigala untuk hadir di alun-alun istana pada tengah hari."

"Raja Legolas tentu tidak akan mengundang pemimpin kami tanpa maksud tertentu." Sam menatap sinis pengawal yang membaca pesan.

Pengawal itu terdiam, ekspresi wajahnya terlihat muram. "Beliau ingin membuat perjanjian dengan suku srigala."

"Perjanjian?" Samswise dan Rohan saling memandang bingung.

***

Rohan merasa jantungnya berhenti berdetak saat melihat sosok yang berdiri di tengah lapangan, di atas panggung eksekusi.

Persona dalam balutan gaun putih panjang--seperti yang dia kenakan semalam—berdiri tegak di atas panggung eksekusi, di samping algojo botak berbadan besar. Rambut panjangnya tampak berantakan, sementara tangan dan kakinya terikat, mata gelap gadis itu tampak sedih dan kosong.

"Apa-apaan ini?" Sam dan beberapa serigala lain, yang mengawal Rohan menuju benteng istana Frigardr, tampak tertegun-tak percaya menyaksikan pemandangan itu. Raja Legolas akan mengeksekusi putri kandungnya sendiri?

Rohan dan teman-temannya menggeram marah, saat beberapa pengawal witch menghampiri mereka-membuat mereka terlilit sebuah rantai besar agar mereka tidak bisa berbuat apapun.

"Persona!" teriak Rohan putus asa.

"Ro-Rohan?" Persona mengerjap mendengar suara Rohan, dan matanya melebar saat menemukan Rohan dan teman-teman serigalanya, juga ikut menyaksikan eksekusi.

"RAJA LEGOLAS, APA YANG KAU LAKUKAN?! DIA PUTRIMU!"

Raja Legolas menatap datar pada pemimpin suku serigala yang berdiri ratusan meter di hadapannya. Dia kemudian maju ke depan mimbar untuk menyampaikan sesuatu.

"Demi ditegakkannya keadilan di kerajaan Frigardr, selaku Raja, saya akan menghukum semua orang yang berbuat salah, tak peduli bahwa itu adalah puteri saya sendiri.

Persona, puteri saya dengan mendiang Ratu Persia, telah berbuat kesalahan karena menjalin hubungan asmara terlarang dengan seseorang yang bukan berasal dari kaum witch."

"Tidak-tidak-tidak," Rohan menggeleng putus asa. Air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Karena kesalahannya, Puteri Persona akan dieksekusi dengan cara dipenggal di depan seluruh rakyat Frigardr."

"TIDAK!"

Raja Legolas sementara beberapa saat berpidato tentang keadilan. Rohan mencoba berontak, berusaha melepas rantai yang melilit tubuhnya dan juga teman-temannya. Sementara Persona ... air mata mulai jatuh menetes melalui pipi pucat itu, ketika Ayahnya mengatakan bahwa eksekusi sudah bisa dimulai.

Pedang sang algojo yang terangkat dan menebas kepala cantik itu hingga jatuh-menggelinding ke tanah.

Geraman buas yang terdengar menggema di seantero lapangan alun-alun istana Frigardr, membuat Raja Legolas dan Ratu Cordellia terkejut. Rohan putera Kojjia, dan teman-temannya yang dirantai oleh para pengawal witch telah berubah ke wujud serigalanya. Para pengawal witch terpental, dan rantai yang mereka gunakan terputus.

Seekor srigala berbulu hitam pekat dengan mata sekelam malam dan memiliki tubuh paling besar menatap Raja Legolas dengan kebencian yang membara. Dia kemudian memamerkan sederetan giginya yang runcing, lalu melolong—seolah memanggil kawanannya yang lain.

...

Peperangan antara kerajaan sihir Frigardr dan kaum serigala pun dimulai.

SELESAI