webnovel

ruang tak bertuan

Mencintai dalam diam, mungkin menyakitkan. Anggara Gera Arishandi Danurdidja, penerus tunggal DANURDIDJA GROUP. Sebuah perusahaan developer properti di Surabaya, memendam cinta sejak SMA pada anak dari rival keluarganya, WASKITO GROUP. Seorang gadis lugu dan pendiam, bahkan teramat diam karna terlalu sulit untuk didekati. Apalagi kedua kakak laki laki nya adalah orang yang begitu posesif dan perfecsionis...akan terlalu sulit untuk mendekatinya, apalagi menggapainya. Akankah Gera bisa menaklukkan hati sang pujaan dan mendapat restu dari kedua belah pihak???

Nasyama_Istarianti · Fantasy
Not enough ratings
30 Chs

Dia.....

Dhani memasuki restoran soto lamongan, mencari tempat yang paling pewe untuk menikmati makanan yang sangat dia rindukan.

Selama Gera sang tuan berada di Jerman, selama itu juga dia ikut stay disana. Clingak clinguk mencari pramusaji, karena sudah terlalu malam, keadaan restoran sangat sepi. Hanya ada dua penjaga, satu di kitchen satu di kasir. Terpaksa dia berteriak memanggil pelayan di kitchen.

" Saya pesen soto lamongan sama sate jerohan, minumnya jeruk jahe anget ya! "

" Soto lamongan 1porsi, sate jerohan sama jeruk jahe anget!! Ada tambahan lagi pak? " Tanya pelayan memastikan.

" Krupuk bawang ya kalo ada! " Sambil nyengir meminta pada pelayan.

" Baik saya ulang, soto lamongan satu, jeruk jahe anget satu, sate jerohan sama krupuk ba..." Belum selesai perhatian mereka dialihkan pada pintu restoran yang terbuka.

Mata Dhani melotot melihat tiga orang berjalan kearahnya. Ya, tiga orang yang sangat dia hafal dan dia kenal, bahkan yang membuat hidupnya selalu semrawut!!

" Ampun deh,... kapan hidup gue tenang!!! " Menutup wajahnya dengan kedua tangan di atas meja.

Tanpa permisi mereka menggeser kursi di depan Dhani dan duduk dengan tenangnya. Sementara sang pelayan hanya bengong tidak paham dengan situasi di depannya.

" Kalo kalian mau taekwondo jangan disini. Tuh, rest area masih luas!!! And don't be disturb my mightnight dinner!!!!"

Ketiga orang yang diajak bicara hanya bersilang dada dan tersenyum mengejek!

Pelayan yang tau kondisi sebenarnya berusaha menyelamatkan restoran dari bom waktu yang siap meledak kapan saja.

" Mau pesen apa pak? " Tanyanya

" Soto dan jeruk jahe anget satu! " Jawab mereka serempak!

Dhani yang menatap mereka bengong, lalu terkekeh geli sampai terbatuk-batuk.

" Sumpah, seharusnya kalian itu jadi patner bukan rival!?? " Suara Dhani menggelegar disertai tawa yang keras. Wajahnya terlihat merah padam akibat tawa yang tidak bisa berhenti. Ketiga orang itu melotot menatap Dhani yang terus-menerus menertawakan mereka.

" Satu menit lagi kamu masih tertawa, besok aku tunggu surat resign kamu! " Ancam Gera menatap Dhani datar.

" Satu menit lagi loe masih buka tuh mulut, kupastikan keluar dari sini loe gak akan bisa nutup tuh mulut soak loe!! " Tombak menimpali kalimat Gera.

" Tinggal pilih, pita suara kamu hilang or bibir kamu terjahit rapi???!!! " Delikan Banyu menguliti wajah Dhani.

Dhani hanya bisa menelan ludah mendengar ancaman dari sahabat bermusuhannya.

" Ahhhh!!!! Jeritnya "Kalian memang trouble maker!!! " Dhani mengusap kasar wajahnya.

" Memang!!!! " Jawab mereka bertiga serempak.

" Gini deh, gue tuh kesini mau makan bukan mau jadi santapan kalian!!! Gak kasihan apa sejak dari bandara sudah ngiler soto!!! Jadi jangan bikin rusuh acara makan gue!!! " Protes Dhani dengan muka ditekuk.

Seorang pelayan mendekat membawakan pesanan mereka.

" Silakan dinikmati sotonya... " Sapanya sopan sambil meletakkan satu persatu pesanan mereka.

" Maturnuwun!!! " Jawab mereka serempak.

" Sekarang waktunya makan tanpa ada ancaman atopun perdebatan or pelototan mata!! Gue mau makan!!! Paham!!!" Perintah Dhani prustasi menghadapi tiga biangkerok di depannya.

Seakan mendapat titah dari sang raja, mereka bertiga kompak menyantap soto dan sate jeroan. Hayut dalam rasa yang lama tak terecap. Hingga tanpa sadar soto,sate jeroan beserta jeruk jahe anget ludes tak bersisa.

"Nikmat.... " puas menyesapi kuah soto, Dhani membersihkan mulutnya dengan tisu.

" Pertandingan kita belum selesai! " Tombak mengawali pembicaraan setelah hasrat makan mereka terpuaskan.

" Mau lanjut?? " Gera menatap Tombak datar.

" Lain kali saja, aku capek!!! " Sahut Banyu sambil meregangkan badannya yang terlihat pegal.

" Tidak ada lain kali " Gera menatap Tombak tajam, seakan ingin menghabisi saat itu juga.

" Gue gak mau ikut campur !! Gue pilih aman!!" Sela Dhani cepat.

" Kalian tau apa yang akan terjadi pada kota ini jika salah satu dari kalian ada yang terluka?? " Dhani mencoba mengingatkan akibat perbuatan mereka.

Ketiganya saling menatap tajam, sama tidak mau mengalah.

Banyu menoleh ke arah pintu, terlihat dua pasukan pengawal berseragam beda. Doreng dan jas lengkap. Gera dan Tombak mengikuti arah mata Banyu, menatap datar ke arah mereka. Ketiganya bergegas menghampiri para pengawalnya.

" Lapor, saya ditugaskan untuk mengawal aden sampai di rumah besar dengan selamat! Laporan selesai. " Salah satu pria berseragam doreng menghampiri Tombak memberi hormat melapor. Tombak membalas hormat pada ajudannya " Laporan diterima" .

" Tolong sampaikan pada jendral saya akan membawa Pak Banyu pulang dengan selamat! Tapi kami akan telat karna ada hal yang harus diselesaikan! " Jawabnya tegas.

" Dan tolong sampaikan untuk tidak mengkhawatirkan kami! Silakan anda kembali sekarang! " Perintah Tombak pada ajudannya.

" Tapi pak?? " protes ajudannya.

" Saya tidak menerima bantahan!!!" Tegas Tombak menatap tajam.

" Siap laksanakan! " Memberi hormat dan berlalu meninggalkan meja mereka.

Dhani segera menghampiri kedua pelayan restoran yang terlihat sangat ketakutan. Membayar soto mereka dan memberikan kartu nama pada kasir. Mencoba menenangkan dan menjamin akan menanggung semua kerugian jika terjadi keributan.

Gera berjalan menghampiri pengawalnya. Pak Sentot pengawal ayahnya mencoba mengajak dia pulang segera, namun ditolak Gera dengan sopan

" Bapak pulang dulu, saya menyusul nanti! Tidak perlu khawatir, saya sama Dhani hanya ingin menikmati jalanan malam! Saya janji akan pulang dengan selamat!! " Sambil menganggukkan kepala menyuruh pengawalnya pulang

" Baik den! " Pak Sentot pamit meninggalkan Gera disusul anak buahnya.

Dibalik kemudi masing-masing, Gera dan duo Dewangga sepakat melanjutkan pertarungan tujuh tahun lalu. Dengan tenang mereka melajukan mobil ke jalur tol.

Pelan tapi pasti, kecepatan mereka semakin meningkat. Jalanan yang dilalui sedikit legang karna waktu menunjukkan dini hari, sehingga tidak membahayakan pengendara lain.

Laju audi r8 semakin meningkat membuat laju mclaren tertinggal di belakang.

" Kamu yakin Ger ??" Dhani menatap cemas audi di depan mereka.

" Why??? Takut? " Gera tersenyum mengejek ke arah Dhani. Tanpa aba-aba Gera menekan pedal gas meningkatkan kecepatan membuat Dhani terpelanting kebelakang menubruk jok.

" Gila loe Ger!!!" Dhani menjerit sekerasnya ketakukan.

Laju kedua mobil itu beriringan, semakin cepat dan semakin menggila.

"Shitt!!" Gera mengerem mendadak. Tiba-tiba saat sampai dipertigaan Manyaran, mobil Banyu berbelok ke arah Malang.

" Kampret loe!!! " Teriak Dhani kaget saat kepalanya membentu dasboar.

" Mau bunuh gue? "

" Jaga bicaramu!! Aku bukan duo Dewangga sahabatmu!! " Gera membentak Dhani jengah mendengar cara bicaranya.

Dhani memang menjalin persahabatan sejak SMP dengan duo Dewangga. Tapi sejak SMA, dia berteman dengan dua kubu yang bermusuhan dan selalu menjadi penengah.

" Maaf " Dhani tidak bisa berkutik mendengar bentakan itu. Dia tau kalo Gera paling ga suka dengan kata loe gue.

_mau kemana sih mereka? batin Gera tetap dengan melajukan kendaraan mengikuti arah mobil Banyu. Tanpa sadar mereka sudah berada di kota Malang.

" Ger? " Tanya Dhani bingung saat tau sudah berada di kota apel.

" Aku hanya pengen tau mereka mau kemana!! " jawab Gera tenang.

Gera setia mengikuti mobil Banyu membelah jalanan Malang selatan. Sampai akhirnya laju mobil berhenti di pinggir pesisir pantai. Gera menghentikan mobilnya dan keluar, mengamati dua orang yang sedang duduk di atas kap mobil lain menunggu seseorang.

Dari jauh terlihat seorang gadis yang sedang bermain surfing dengan anggunnya.

Ditatapnya gadis itu lekat, mencoba mencerna penghilatannya. Sampai akhirnya dia sadar siapa gadis yang sedang berdiri di atas ombak.

Tubuh Gera seketika menengang, dadanya bergemuruh sesak, matanya panas seakan ada silet yang menyayatnya.

"Dia..." gumamnya pelan, membuat Dhani menoleh ke arah tatapan Gera.

Dhani terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kembali tatapannya diarahkan ke wajah sahabat sekaligus tuannya.

Melihat wajah sendu dengan tatapan dalam ke arah gadis itu. Gadis yang selama tujuh tahun membuat tuannya gila dan lupa arah. Gadis yang membuat tuannya bertekuk lutut dan tak melirik wanita lain..Dia.... permata Waskito, bunga indah diantara pecahan kaca, yang membuatnya sulit dipetik....