4 Bawa Dia Pergi

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Gadis kecil itu melihat bahwa Lu Junhan tidak mempercayainya dan hendak pergi. Namun, akhirnya ia tidak tenang. Sepasang matanya yang besar dan berair seolah tertutup lapisan kabut dan dengan sedih ia berkata,

"Aku terlahir kembali sebagai putrimu setelah berkali-kali bereinkarnasi. Bagaimana mungkin aku salah mengenali? Kau adalah ayahku!"

Entah berapa janin yang terbuang ….

Lu Junhan mencibir dan mengangkat alisnya. Ia tak menduga gadis kecil ini tak hanya buruk rupa, tapi juga bodoh.

"Ayah, percayalah padaku."

Mata gelap gadis kecil itu berlinang air mata. Pipinya membengkak dan wajahnya terlihat sedih. Setiap orang yang melihatnya akan iba kepadanya. Dengan suara rendah, ia berkata, "Aku sama sekali tidak menipumu. Kau adalah ayahku."

Lu Junhan melihat tatapan sedih gadis kecil itu. Ia seolah-olah melihat seorang anak kecil yang tak punya keluarga. Hatinya terasa sakit, seolah dicabik-cabik sesuatu.

Perasaan ini juga terlalu aneh bagi Lu Junhan. Ia mengerutkan kedua alisnya dan mengerucutkan bibirnya yang tipis. Ia menjadi kesal, entah karena apa. Ingin sekali ia menyuruh gadis kecil ini berhenti menangis, karena gadis itu menjadi kelihatan jelek.

Namun, sebelum Lu Junhan sempat berkata-kata, loli kecil ini lebih kuat dari yang diduganya. Gadis kecil itu mendengus dan bersorak lagi.

Gadis kecil itu menunjuk wajah kecilnya. Wajahnya tegas dan suaranya terdengar begitu percaya diri.

"Dasar ayah yang buruk, mengapa kau tidak mempercayaiku! Kau jelas-jelas ayahku! Lihatlah, kita berdua benar-benar mirip, kan!"

Wajah kecil yang ditunjuknya terlihat begitu kotor seperti kucing kecil yang liar.

Karena gadis itu baru saja keluar dari dalam air, tubuhnya basah kuyup. Ia tidak memperhatikan wajahnya yang tertutup lumpur saat ia naik dari kolam.

Singkatnya, selain sepasang mata yang besar dan indah itu, anggota tubuhnya yang lain benar-benar buruk.

Dengan penuh rasa percaya diri, Lu Li berkata, "Lihat, wajah kita benar-benar seperti cetakan yang diukir, kan?"

Di Dunia Langit, orang lain mengatakan bahwa ia paling mirip dengan ayahnya.

Lu Junhan hanya bisa terdiam.

Demikian pula para pelayan dan pengawalnya.

Apakah mereka buta, atau justru gadis kecil ini yang buta?

Bibir tipis Lu Junhan mengatup erat. Detak jantungnya makin cepat dan ia merasa dirinya sudah gila. Ia tidak akan membuang waktu lagi dengan gadis kecil yang tidak masuk akal ini.

Lu Junhan selalu bersikap tegas. Melihat bahwa perjamuan akan segera dimulai, ia tidak akan bicara banyak lagi dan ia tidak ingin melihat Lu Li. Dengan nada dingin, ia memerintahkan kepada pelayannya.

"Bawa dia pergi."

Loli kecil itu menatap Lu Junhan dengan matanya yang berlinang air mata. Tangan kecilnya yang kotor meraih lengan baju Lu Junhan.

"Aku tidak mau pergi! Ayah, aku hanya ingin di sisimu!"

Setelah berkata demikian, gadis kecil itu menundukkan kepalanya dan tangannya menyentuh perutnya yang kecil. Dengan suara rendah dan lemah, ia berkata, "Aku juga lapar. Aku sudah lama tidak makan. Aku hampir mati kelaparan. Ayah, bawalah aku makan, ya?"

Lu Junhan lagi-lagi terdiam.

"Ayah .… "

Lu Junhan menatap wajah kecil yang menyedihkan itu. Entah bagaimana gadis kecil ini menggosok wajahnya, tapi seluruh wajahnya begitu kotor dan jelek, membuat semua orang yang melihatnya merasa sedih dan pilu.

Kemarahan di hati Lu Junhan makin menguat. Ia tidak bisa mengatakan mengapa bisa begitu.

Jelas-jelas ia paling membenci anak-anak.

Terutama, ia selalu berpikir bahwa anak-anak dimanfaatkan wanita untuk mendekatinya. Hal itu membuat tatapan matanya menjadi dingin dan keras hati.

Lu Junhan mengerutkan kening. Ia menoleh dan menatap gadis kecil itu. Lalu ia berkata dengan nada dingin kepada kepala pelayan yang bingung, "Apa yang kau lakukan? Cepat kemari dan bawa dia pergi"

"Hah? Bawa? Membawanya pergi?" Kepala pelayan menjawab perintah Lu Junhan dengan kebingungan. Dengan ekspresi malu, ia berkata kepada majikannya, "Itu … Tuan Muda, ke mana saya bisa membawanya pergi?"

Meski anak ini masih kecil, tapi dia juga manusia yang hidup ….

avataravatar
Next chapter