1 Terbangun

Aku adalah seorang pemuda biasa yang baru saja lulus dari SMA dan sedang mencari-cari pekerjaan, dan berharap diterima di suatu perusahaan atau instansi yang besar dan sukses. Namun kejadian yang terlalu mendadak dan diluar nalar menimpaku.

Pagi yang cerah,sinar matahari menembus jendela kamar, barang yang pertama kucari adalah handphone, dalam keadaan masih cukup mengantuk kuraba tempat sekitarku dan kutemukan di bawah bantal.

Mengecek layar hp ku, "Ohh.. sekarang hari minggu ya."

"HIROO BANGUN!! SARAPAN SUDAH SIAP!!"

"Ahh? Itu pasti suara ibu.."

Melepaskan selimut yang menempel pada tubuhku dan turun dari tempat tidurku segera keluar kamar menuju ruang tengah namun tiba-tiba kepala dan tubuhku terasa tidak bisa digerakkan terdengar dentuman keras di telingaku.

"DDNNGGGZZZMMM!"

Suara keras di kepalaku dan terasa bergetar, aku masih tidak bisa menggerakkan tubuhku. Keadaan menjadi gelap gulita, kesadaranku masih terasa seratus persen tapi aku tak bisa merasakan semua anggota tubuh termasuk seluruh inderaku tak berfungsi.

"Apa ini? Hitam.. kenapa semuanya gelap? apa ini kematian? Ah terlalu mendadak sekali."

Lalu tiba-tiba cahaya yang terlalu menyilaukan seolah menusuk kedalam mataku dan seketika aku bisa terbangun namun betapa terkejutnya aku bukan bangun di tempatku seharusnya terbangun. Aku berada di padang rumput yang amat luas dan ada satu pohon raksasa kuperkirakan tingginya setara dengan bangunan berlantai 30 dengan daunnya yang lebat dan hijau berdiri dengan perkasa ditengah-tengah padang rumput yang sangat subur ini.

"OOOO.....OOOOOOOO!!!!" teriakkan seseorang terdengar.

Suaranya semakin menggema ditelingaku, Oh tidak sepertinya bukan seorang tapi begitu banyak terlihat oleh mataku seperti para prajurit sedang berlari kearahku sambil berteriak. Karena terkejut dan takut aku segera ikut berlari kearah yang sama.

Tapi perhatianku teralihkan dengan melihat sesuatu yang terbang didepanku dan melesat ke belakangku.

Berwarna hitam legam seperti helikopter tapi tak punya baling-baling, apa ini jet? tapi bentuk dan ukurannya terlalu berbeda.

"JHHHZZZGGNZZZZ!"

Benda itu menembakkan sinar kearah para prajurit yang sedang berlari membakar semua yang terkena pancaran sinarnya.

"JHHHZZZGGNZZZZ!"

Kedua kalinya tembakkan itu dilepaskan tapi bukan oleh benda yang ada di depanku melainkan ternyata benda ini lebih dari satu.

"Ini banyak sekali.. Aku akan mati disini jika terkena itu."

Aku berlari-lari menghindari serangan benda itu sambil mencari jalan keluar dari situasi ini.

"SSSRRZZZZ!"

Bunyi senjata yang dibawa yang dibawa para prajurit berupa tombak namun menembakkan sesuatu dari ujungnya berhasil menjatuhkan benda yang berterbangan ini.

DUARR!!

Dari benda hitam yang jatuh tadi mengeluarkan awak kapal berpakaian lengkap dengan senjata besar ditangannya membuat sebuah lubang besar di dada prajurit dengan sinar laser yang ditembakkan.

Situasi ini benar-benar tidak normal..

Dia melihat ke arahku, apa dia bakal membunuhku juga?!

Tapi dia langsung memalingkan pandangannya dan dengan jari telunjukknya memberi isyarat agar aku pergi ke Pesawat Besar yang terbang di garis belakang situasi yang kacau ini.

Mungkin dia menunjukkan jalan aman tapi dia baru saja membunuh seseorang aku tidak begitu yakin dia orang yang baik.

Tanpa pikir lagi aku langsung kesana dan ada tali dijatuhkan kearahku dari pesawat semacam menyuruhku untuk naik dengan tali tersebut tapi aku tak mungkin bisa menaikinya ini terlalu berat bagai latihan militer sedangkan aku hanya seorang otaku.

Ohh ada pegangan di tali ini dan pijakkan dibawahnya kucoba pegang dan injak dann..

*wwshhhhh*

(Melesat keatas)

Sampai diatas aku langsung disambut pria botak berkulit gelap.

"Segera ke ruang medis segera!" dengan nada tegas pria ini menyuruhku ke ruang medis.

"Medis untuk apa?" tanyaku.

"Luka di kepalamu itu cukup parah!" jari telunjuknya menunjuk ke kepalaku.

Kuraba sedikit keningku, memang terasa sedikit sakit setelah jemariku menyentuhnya.

Baru saja kusadari kepalaku berdarah setelah aku melihat tanganku yang tadi memegang kening, darah merah pekat dan masih segar membasahi tanganku.

Ada yang berbeda dariku kenapa aku memakai pakaian yang sama seperti mereka.

"CEPAT! JANGAN BUANG DARAHMU!" teriak pria botak tadi.

"I-iya," aku segera masuk lebih dalam pesawat ini.

Oh sial aku kan tidak tau ruang medis dimana coba kutanya seorang disana yang sepertinya sedang berjaga.

"Permisi.. Ruang medis ada dimana?"

"Siap Komandan Baldric!" dengan suara lantang dengan gerakan aneh tangan kanan yang memegang pergelangan tangan kiri diangkat sejajar bahu.

"Ha..? Ruang medis dimana?" aku heran dengan sebutan komandan dan gerakannya tersebut, akan tetapi prioritasku adalah mencari ruang medis.

"Kuantar Komandan ke ruang medis," dia menunjukkan arah sambil memapahku diantarnya aku ke ruang medis.

Lorong-lorong yang dipenuhi prajurit bersiaga dengan senjata-senjata pembunuh instant yang tadi kulihat langsung telah membunuh seseorng dengan mudahnya.

Tak lama menyusuri lorong akhirnya kami berhenti di depan pintu yang terbuka secara otomatis.

"Disini ruang medisnya Komandan, silahkan."

Ruangan ini lumayan besar ini ruang medis darurat atau memang rumah sakit dan juga kenapa sepi padahal diluar sedang terjadi perang besar.

Seorang perawat wanita langsung menghampiriku.

"Komandan, lukamu hampir sampai ke matamu kalau tidak segera ditangani bisa mengganggu penglihatan."

"Oh.. iya tolong rawat lukaku"

Dia mengecek lukaku dengan hati-hati.

"Sepertinya hanya luka luar saja, beruntungnyaa.." wajah tenang dengan sedikit senyuman diwajahnya.

Lukaku dibasuh dengan lap yang dibasahi oleh cairan aneh dan lengket.

"Apa ini?" aku bertanya kepada perawat.

"Ini campuran dari rumput hipoket dan inti slime, rumput hipoket membantu menyembuhkan luka dan inti slime meregenerasi luka."

Sembari melihat cermin yang terpampang di dinding ruangan aku memperhatikan lukaku yang dibasuh oleh lap tadi perlahan menutup.

"Hei, ramuan ini efektif sekali," aku bicara pada perawat.

"Ini hanya obat bisa, memang efektif tapi luka sebesar ini biasanya akan sembuh dalam tiga sampai lima hari." Memberitahuku kalau proses penyembuhannya cukup memakan waktu berhari-hari.

"Tapi lukaku sudah menutup dengan sendirinya saat ini."

"S-se-sejak kapan?" dia keheranan dengan hal yang aku sendiri tidak mengerti.

Daripada aku terfokus oleh wanita ini lebih baik aku bertanya perihal situasi yang aneh ini.

"Sebenarnya, diluar kenapa sedang terjadi perang?"

"Komandan apa tidak ingat kalau Komandan lah yang mendeklarasikan perang?"

Padahal aku ini Alaric Hiroyuki, cuma lelaki biasa yang baru saja lulus dari SMA dan sedang mencari pekerjaan, ini semua mustahil dan diluar akal sehat bagaimana mungkin bisa aku terjebak ke situasi yang aneh ini dan tak tahu ini tempat apa.

"Mohon maaf Komandan setelah ini untuk melakukan perawatan ulang kemungkinan terjadi Lost Memory akibat luka di kepala Komandan ini"

Setelah menunggu dia pergi aku memastikan lukaku cukup pulih, aku keluar ruangan dan mencari jendela untuk melihat situasi diluar karena rasa penasaranku yang tinggi ini.

Pihak Pohon Besar kusebut saja begitu terlihat tersudut dan hanya tersisa pohon tersebut sebagai tameng yang ternyata di belakang pohon ada bangunan-bangunan seperti kota dengan peradaban yang maju. Pohon besar mengeluarkan serangan aneh seperti sambaran petir yang sanggup menghancurkan jet musuh namun apa daya karena jumlah musuh yang sangat banyak pohon tersebut akhirnya terbakar dan tumbang.

Bangunan dibelakang pohon ditembaki dan runtuh ini seperti penghancuran kota, begitu mengerikan jika menbayangkan masih ada orang tak bersalah dan warga biasa mendiami kota tersebut.

"YEAA KITA MENANGG!!" orang botak tadi ada di sisiku berteriak dan disambung oleh teriakkan yang serupa oleh semua orang disini.

"Boleh aku bertanya?" aku bertanya pada orang tersebut.

"Hmm.. tentu saja Komandan, dengan rasa hormat atas segala usaha Komandan Baldric memenangkan perang ini," senang yang terpancar diwajahnya atas kemenangan.

"Sebenarnya aku bukan Komandan Baldric atau siapapun yang kau kenal disini, tempatku seharusnya bukan disini" aku berusaha memberitahu bahwa aku bukanlah Komandan Baldric.

"Komandan Baldric tetap Komandan Baldric, BETUL SEMUANYA..?!" di akhir kalimatnya dia berteriak sekeras-kerasnya sehingga terdengar oleh banyaknya orang yang ada di pesawat ini.

"YAAA!!" semuanya menyauti perkataan orang ini.

Semuanya tiba tiba memberi celah pada seseorang yang kelihatannya sedang berjalan menujuku dia seorang wanita.

"Selamat Komandan Baldric! Dengan ini Pangkatmu akan naik! Nantikan saja upacara penobatan kepahlawananmu!" ajakan jabat tangan distertai senyum kecil diwajahnya.

PRAKK!! PRRAKK!! PRRAKK!!

Semuanya bertepuk tangan mendengar ucapan orang yang ada di hadapanku ini.

Lalu rombongan besar militer ini memutuskan kembali ke markas mereka. Dari atas pesawat aku bisa melihat kota besar dalam kubah yang sepertinya ini adalah pelindung, mungkin saja.

avataravatar
Next chapter