webnovel

Red Glove

Pada awalnya hanya sebuah candaan tentang satu persatu orang di kelas mati terbunuh. Tapi itu menjadi nyata satu demi satu teman sekelas kami mati. Pada saat itu juga seorang murid baru muncul dia terlihat sangat mencurigakan. Kami percaya si pembunuh adalah teman sekelas kami. Tapi siapa? Apa dia ada diantara kami berlima? Atau kah si murid baru yang mencurigakan itu?

Fitrinra · Teen
Not enough ratings
15 Chs

4. Pengalihan?

"Aaahh... Kebiasaan kamu Den. Emangnya kamu bisa gitu ngerjain tampa ngapalin??" Tanya Haris dan Dennis menutup komiknya lalu menghadap kearah Haris.

"Ya gak lah, tapi kamu tau kan aku tuh kadang suka pasrah sama keadaan, ya jadi apapun ajalah yang ada diotak ntar dikeluarin." Jawab Dennis dengan santainya dan jawabannya itu cukup membuat Haris berpikir bahwa jika seorang yang kepintarannya hampir sama dengannya bisa mengatakan hal itu, mungkin dia juga harus melakukan hal yang sama yaitu menyerah pada keadaan. "Kalaupun hasilnya kecil dibawab KKM yaudah remed aja apa susahnya."Lanjutnya membuat HAris merasa agak kesal dengan ucapannya itu.

"Ah, oke!" Ucap Haris kecewa dan kembali ke bangkunyadan menempekan dagunya dimeja.

Beberapa menit kemudian bel berbunyi dan suasana kelas seketika menjadi tegang saat Bu Silvi memasuki kelas ini. Dengan membawa lembaran kertas ujian, beberapa buku dan sebuah tempat pensil, dia berjalan seperti seorang sipir penjara yang sangat kejam saat melangkah. Bu Silvi terkenal dengan ketegasannya yang melebihi guru bk, ditambah jika dia memberi sebuah tugas pasti tugas itu membuat murid yang diajar olehnya harus mencapai akhir batas kemampuan saat mengerjakan tugas darinya.

"Semua hari ini ulangan ya..." Ucap bu Silvi dengan senyuan yang manis namun memiliki arti lebih bagi para murid yang mengartikannya sangat menakutkan seolah ia berbicara 'semua kali ini ada singa didepan hadapi ya..' 

"Kali ini kita ulangan dan sepertinya ada murid baru disini, apa tak apa hari pertama mu langsung mengikuti ulangan?" Tanya Bu Silvi pada Pablo yang berada dibangku paling belakang.

"Tak apa bu.." Jawab Pablo dengan agak keras .

"Haris bagikan ini." Perintah Bu Silvi membagikan kertas ulangan dan Haris langsung mengambil dan membagikan ke semua murid yang ada dikelas ini.

Saat pertama Haris melihat soalnya, matanya langsung kaget dengan soal yang dia pegang karena disitu terdapat semuanya tentang hitungan. Dengan sedikit gemetar Haris membagikan soal itu.

"Aku akan mengalihkan perhatian, lakukan apapun yang kau mau ketika aku melambaikan tangan." Ujar Pablo kecil saat Haris memberi soal ke Pablo, dia berpikir apa maksudnya mengalihkan perhatian dan sedikit tak peduli akan apa yang Pablo ucapkan.

Setelah selesai membagikan Haris kembali ke bangkunya. Bu Silvi lalu melihat kearah jam tangannya.

"Kerjakan soal ini dalam 40 menit, yang sudah langsung kumpulkan.

!!" Ucapnya dengan tegas dan semua langsung kaget dengan ucapannya itu dan langsung mulai mengerjakan.

'Bu Silvi kali ini benar benar menantang ku, akan ku perlihatkan seberapa hebat ketua OSIS menjawab soal seperti ini.' batin Billy berkata saat melihat soal ini.

"Untung kemarin malam aku belajar tentang ini, selamat selamat..." guman Lyra kecil sambil tersenyum.

'Ini soal apaan coba kaya gini bentuknya, maunya apa sih??!' Dalam benak Kelvin yang sangat bingung dengan apa yang sebenarnya dia harus jawab.

"Ini terlalu mudah." Ucap Pablo kecil.

'Sungguh ini bisa membuat ku mati.'

'Kenapa sih kemarin gak ada yang ingetin digrup hari ini ada ulangan, aaaa... Kesell..!!'

10 menit kemudian

Bu Silvi duduk dimeja guru dengan santainya, sambil memainkan ponselnya. Tapi meski begitu celah untuk mencontek saat diawas olehnya adalah kemungkinan 5% ditambah jika soalnya seperti ini akan menjadi hanya 3% saja. 

Srettt... Ketenangan kelas terpecah karena suara bangku tergeser. Bu Silvi itu sangat peka terhadap suara, sekecil apapun suara itu dia dapat mendengarnya. Karena itu Bu Silvi yang memainkan handphone nya langsung melihat kearah suara berasal dan suara itu berasal dari Pablo yang melangkah kedepan sambil membawa kertas ulangan dengan pulpen hitam dibawanya menuju Bu Silvi yang saat ini berdiri ketika Pablo berjaan kedepan.

"Ada apa murid baru, apa ada yang ingin kau tanyakan soal ulangan ini?" Tanya Bu Silvi dan Pablo menyerahkan kertas ulangannya.

"Pertama namaku adalah Pablo Midford, aku tak memiliki pertanyaan untuk soal ini hanya aku sudah selesai mengerjakan."

Semua langsung kaget dengan ucapan Pablo, meski suara yang diucapnya kecil tapi terdengar sangat jelas karena kelas sangat sepi saat ini.

'Gila tuh orang.'

'Soal ini susah, mana soalnya ada 20 lagi.'

"Kamu yakin dengan jawaban mu?"

"Iya." Jawab Pablo dan Bu Silvi langsung mengambil kertas ulangan yang Pablo berikan.

"Kerja bagus semua jawabanmu benar." Ucap Bu Silvi  dengan senyuman yang manis yang berbeda dengan saat dia masuk kekelas tadi.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan ibu, tapi bisakah diluar." Ucap Pablo dan langsung Haris sadar dengan apa yang tadi Pablo bilang saat dia membagikan soal ulangan, tapi Haris tak yakin dengan kemungkinan Pablo bisa membuat Bu Silvi keluar dari kelas ini.

"Boleh." Jawab Bu Silvi lalu dia berjalan keluar dari kelas diikuti Pablo yang melambai kecil pada Haris, tak hanya melambai Pablo juga memberi kode selama 5 menit dia akan berusaha berbicara dengan Bu Silvi.

Haris melihat ini sebagai sebuah kesempatan besar dan saat Bu Silvi dan Pablo agak menjauh dari kelas.

"Dengar, Pablo akan berbicara dengan Bu Silvi selama 5 menit, untuk itu tolong jangan ribut karena ini waktunya menyontek tanpa suara."  Ucap Haris kepada seluruh siswa dikelas ini. " Billy, Lyra, Tetra, Haru hanya kali ini, kumohon bekerjasamalah."

"Seriusan Ris?"Tanya Haru yang ada dibeakangnya.

"Ya ialah."

"Huft. Yalah yalah... No berapa yang akan kalian tanyakan?" Ucap Billy dengan nada tak ingin memberikan jawabannya karena dia seorang ketua OSIS yang harusnya tak mengajarkan pada siswa lainnya arti dari kejujuran.

"Haru, no 3 gimana ini caranya?" Tanya Haris pada Haru yang berada dibelakangnya yang terlihat sedang berpikir keras.

"Hah baru no3?! Aku ngerjain dari no belakang, yang no 1-10 itu serius, gila, susah banget..." Keluh Haru pada Haris.

"Yaudah aku nyontek, liat yang belakang..." Mohon Haris.

"Jangan terlalu mirip, kalau terlalu mirip ntar ketauan Bu Silvi bisa mati." Ujar Haru dan Haris mengangguk lalu mulai menyalin jawaban Haru.

5 menit kemudian Bu Silvi dan Pablo tidak kembali dan itu membuat Haris menjadi sedikit khawtir dengan waktu 5 menit  yang Pablo berikan.

10 menit kemudian Bu Silvi dan Pablo baru kembali kekelas, dan saat mereka berdua ke kelas dengan ekspresi senyum senyum.

"Awas kamu, ingat janji harus tepati." Ucap Bu Silvi dengan ekpesi sangat senang, tapi Pablo sebaliknya ia terlihat sangat kesal dan sebal menuju bangkunya.

"Iya...iya.." Kesal Pablo namun ia kesasepertiseorang yang menahan malu karena suatu hal.

"Kalian sudah selesai? Ini adalah materi untuk UAS nanti. Lagi pula percuma jika kalian mengumpulkan ini, kalian semua mendapat nilai nol karena telah bekerjasama dalam ulangan."

"Heeeh...?!" Kopak satu kelas kagetf

"Engga kok bu gak nyontek!"

"Pablo saya hukum kamu, nilai mu ikut nol. Kamu jelaskan semua isi soal ini sekarang semua dari no 1-20. Kamu menjadi pengalih perhatian dengan memanfaatkan keadaan." Ucap Bu Silvi dengan senyuman menahan tawa saat melihat ekspresi Pablo yang kaget ketika mendengarnya meminta menjelaskan semua yang ada diulangan itu.