webnovel

Red Glove

Pada awalnya hanya sebuah candaan tentang satu persatu orang di kelas mati terbunuh. Tapi itu menjadi nyata satu demi satu teman sekelas kami mati. Pada saat itu juga seorang murid baru muncul dia terlihat sangat mencurigakan. Kami percaya si pembunuh adalah teman sekelas kami. Tapi siapa? Apa dia ada diantara kami berlima? Atau kah si murid baru yang mencurigakan itu?

Fitrinra · Teen
Not enough ratings
15 Chs

10. Permintaan

>Pukul 17.12

Matahari sore yang terasa sangat dingin menyelimuti berakhirnya hari ini. Terdengar langkah langkah kaki disertai jalanan yang macet yang membuat beberapa orang lebih memilih berjalan kaki dari pada menggunakan kendaraan.

"Hei A kamu mau ajak aku kemana?" Tanya Haris yang mengikuti Pablo.

"Toko. Lagi pula kenapa kau masih memanggilku dengan sebutan A, aku kan sudah beritahu namaku saat ini."

"Ya tapi." Ucap Haris dan Pablo lalu berhenti berjalan ketika sampai didekat seubuah toko kue.

"Tunggu diluar." Ujarnya dan meninggalkan Haris diluar sendirian, sebenarnya Haris tak mengerti kenapa dirinya bisa bertemu lagi dengan anak yang dia pandang aneh, namun menarik bagi dirinya sendiri.

Saat itu juga Haris melihat Lyra yang sedang berjalan sendiri dan masih menggunakan seragam sekolah sama sepertinya. Lyra yang melihat Haris langsung lari kecil kearahnya.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyanya.

"Entah, aku juga tak tahu apa yang ku lakukan." Jawab Haris dan Lyra melihat kearah kaca yang memperlihatkan isi kue dari toko.

"Cup Cake..." Ucap Lyra yang terdengar seperti sangat menginginkan sebuah cup cake yang terlihat jelas dari luar.

"Maaf menunggu," Ucap Pablo yang keluar dari toko dan melihat Lyra yang sepertinya sangat ingin sebuah kue yang terpajang didepan, dan Lyra yang menyadari ada seseorang yang keluar dri toko langsung melihat kearahnya.

"Pablo.." Kagetnya melihat pablo dan Lyra melihat langsung kearah Haris dan Pablo secara bergantian seolah meminta penjelajasan apa yang terjadi. Karena terakhir kali merke abertemu Haris terlihat sangat kesal dengan Pablo dan itu membuatnya tak ingin berurusan dengan Pablo. Namun saat ini mereka sedang bersaama dan itu membuta pertanyaan di kepala Lyra. Karena sikap Lyra yang seperti tu membuat Haris merasa harus menjelaskan apa yang terjadi pada Lyra.

>Disebuah restoran keluarga, pukul 17.34

Terlihat Haris yang sedang menjelaskan kepada Lyra tentang kenapa da biasa bersama Pablo hari ini. Lyra yang memperhatikan Haris dengan sangat fokus dan tak memperdulikan Pablo yang ada disebelah Haris.

"Jadi begitu Lyra."

"Oh gitu.."

"Boleh." Jawabanya, Pablo lalu menghela nafas panjang, dan mulai terlihat fokus.

"Haris tolong lihat mata ku," Ucap Pablo, dan Haris melakukannya. "Jawab setiap pertanyaan ku. Ini perintah!" Lanjutnya dengan sangat tegas.

"Baik!" Ucap Haris langsung sambil duduk tegak, agak miring menghadap Pablo, Lyra yang melihat itu bertanda tanya apa yang terjadi seolah baru saja Haris terhipnotis.

"Apa yang kau melihat kemarin pada pukul 21.17, di jalan Hulina?" Tanya Pablo yang terus menatap Haris, begitupun Haris sebaliknya.

"Aku melihatnya, dia membunuhnya, Verronica." Ucap Haris, dan Lyra kaget dengan apa yang diucapkan Haris.

"Baik, terimakasih informasinya." Ujar Pablo lalu memalikan diri lagi kearah Lyra. Haris yang tak sadar apa yang beru saja terjadi hanya mengucek ngucek matanya.

"Yang barusan?" Tanya Lyra dan Pabo menjawab dengan jari telunjuk yang ditempelkan dimulutnya yang berarti meminta Lyra untuk diam dan Lyra membalasnya dengan cara menanggukan kepala.

"Apa yang ingin kau tanyakan Pablo?" Tanya Haris, dan dengan senyuman tipi sPAblo menjawab.

"Apa kau menyukai kue? Aku salah membelinya seharusnya ini untuk Revan, namun aku salah dan aku juga tak menyukai yang manis manis. Aku sudah tanya Lyra, dia tak menginginkannya karena didalamnya tak ada cup cakenya." Jelas Pablo sambil menyodorkan kue yang tadi ia beli pada Haris.

"Umm, baiklah. Terimakasih." Jawab Haris sambil mengeserkan kotak kue itu padanya.

"Tidak, terimakasih." Ucap Pablo dengan senyuman yang sangat menakutkan bagi Haris.

Saat waktu menunjukan pukul 18.38 mereka semua memutuskan untuk pulang kerumah masing masing. Haris masih tak mengerti dengan baru saja terjadi.

"Aku pulang." Ucap Haris sambil membuka sepatunya didekat pintu.

"Darimana saja kamu? Jam segini baru pulang." Ucap seorang wanita yang tak terlalu tua dengan rambut yang diikat yang terlihat snagat khawatir dengan Haris , dengan menggunakan celemek berwarnan merah yang tak lain adalah ibunya Dennis.

"Maaf, aku ada urusan dengan teman ku." Ucap Haris dengan senyuman.

"Dasar anak muda..." Ucapnya sambil mengacak acak rambut Haris. "Ush, apa yang kamu bawa tuh..Kue ya..Pasti buat mama kan... kamu gak usah repot repot gitu deh, Haris.." Ucapnya yang terlihat sangat bahagia.

"Engga, tadi temen katanya salah beli kue dan dia gak suka yang manis manis katanya. Jadi dia kasih buat aku.." Jelas Haris.

"Terimakasih..." Ucapnya mengambil kotak kue yang dipegang Haris, dan pergi kedapur.

Haris masuk kedalam rumah yang telah dia tempati selama 4 tahun, tapi terkadang juga dia tinggal dirumah miliknya beberapa hari dalam sebulan. Ketika dia masuk dia melihat sahabatnya yang saat ini sedang memakan salad buah sambil menonton sebuah film action.

"Kau sudah pulang." Ucap Dennis sambil melihat kearah Haris.

"Ya." Ucap Haris dan dia melihat kearah Dennis yang sangat santai disofa, Haris lalu pergi ke kamarnya, namun saat beberapa langkah dia kembali dan berdiri tepat didepan Dennis.

"Ternyata kau hanya pura pura sakit!"

"hehe, ketahuan.." Ucap Dennis tersenyum malu.

.....

>Rumah Lyra, Pukl 20.23

Tok..tok..tok.. Bunyi ketukan pintu pada malam yang dingin ini membuat Lyra yang sedang belajar dikamarnya. Membuatnya agak kesal saat dia berjalan kepintu, terlebih hari ini malam Jumat. Saat sampai didepan pintu Lyra berfikir dua kali saat akan membuka pintu itu, dan perlahan dia memutar kunci dan membuka pintu. Lyra sangat kaget saat membuka pintu itu dan melihat seseorang yang dia kenal ada disitu.

"Apa yang kau lakukan disini Pablo?" Tanyanya pada Pablo yang membawa beberapa kresek dengan ukuran sedang dan juga tas sekolah yang terlihat penuh isinya.

"Menginap..." Jawabnya lalu tiba tiba masuk. "Dyra aku membawa apa yang kau minta, aku menginap ya.." Lanjutnya mengunci pintu dan terus masuk kedalam.

Lyra yang melihat ini langsung menutup pintu dan berlari kedalam dan melihat Pablo seolah dia terbiasa dengan rumah ini. Dan melihat Pablo yang melepas sweater hitamnya dan duduk dengan santai didekat kakanya Dylan.

"Pablo apa yang kau lakukan disini? Dan kakak, kenap akau malah menyalakan video game?" Marah Lyra, melihat prilaku kakanya yang acuh terhadap apa yang dia ucapkan .

"Sudah ku bilang aku menginap disini Lyra. Aku sebenarnya sudah pernah menginap disini beberapa kali, saat kau kemping, sat kau menginap dirumah teman mu. Dan intinya saat kau tak dirumah biasanya aku menginap disini. Jadi aku sudah biasa dirumah mu Lyra." Jelas Pablo.

"Apa bener kak?"

"Yoi." Jawab Dylan singkat. Lyra yang kesal memilih untuk pergi dan kembali belajar dikamarnya.

"Lyra, tak ada yang ingin kau tanyakan padaku?" Tanya Pablo.

Lyra melihat kearah Pablo yang masih menggunakan seragam sekolah dengan kacamata frame hitamnya. Memang benar banyak hal yang ingin Lyra tanyakan pada Pablo terutama yang terjadi tadi sore saat di restoran, hal yang dia lakukan pada Haris membuatnya sangat bertanda tanya. Karena itu,

"Ada yang ingin ku tanyakan pada mu."