webnovel

Reborn as A Haier-Elvian: Sang Pemburu Darah dan Sang Penyihir]

Pada awalnya, aku hanyalah murid biasa yang mengikuti pelantikan anggota baru Klub Taekwondo. Namun entah apa yang terjadi. Tiba-tiba saja ada benda misterius yang menyeretku dan teman-temanku ke sebuah hutan antah berantah. Aku pun menyadari, ini adalah dunia yang sama sekali berbeda dengan yang kuingat. Begitu banyak keanehan di tempat ini. Mulai dari kuda bertanduk, kelinci putih pemakan daging, serta jamur-jamur raksasa setinggi tiga meter. Walau sama sekali tak percaya, aku menyadari bahwa diriku sendiri termasuk ke dalam keanehan itu. Namaku Anggi Nandatria. Yang kini adalah Haier-Elvian, ras campuran manusia-peri yang sangat langka di dunia ini. Ilustrator: Jerifin

WillyAndha · Fantasy
Not enough ratings
53 Chs

Chapter 32 "Hingar-Bingar di Glafelden I"

Telah terhitung dua hari sejak Anggi bersama tim kecilnya pergi meninggalkan Glafelden. Untuk ukuran kota dengan populasi hampir 50.000 penduduk, berkurangnya tiga orang bukanlah hal yang besar, malah terkesan remeh. Penduduk takkan peduli dengan setiap orang yang datang dan pergi dari kota ini.

Namun untuk kali ini berbeda. Salah satu dari ketiga orang yang pergi adalah orang yang paling dicari di negeri ini. Itu karena Pangeran Mahkota negeri ini sendiri yang menurunkan titah itu. Ibukota Kerajaan, Lurich mengerahkan satu peleton pasukan khusus dalam misi pencarian ini. Karena itulah kota Glafelden menjadi riuh dengan adanya pasukan ini. Hampir setiap waktu mereka berpatroli ke seluruh penjuru kota, membuat penduduk kota merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi pada kota mereka.

Pasukan khusus itu menanyai banyak penduduk bahkan menginterogasi secara intens beberapa diantaranya. Hal itu terus mereka lakukan sepanjang hari dari subuh hingga tengah malam. Seisi kota pun kini tahu jika mereka tengah mencari keberadaan seorang gadis bertelinga panjang di Glafelden. Tentu saja para penduduk tidak tahu-menahu soal gadis itu. Karena jika benar seorang gadis Elvian tinggal di sini, maka sudah pasti akan menjadi berita gempar sejak lama. Hal itu tidak menyurutkan niat pasukan khusus untuk mencarinya.

Kantor wali kota Glafelden, tempat di mana pasukan itu menetap untuk sementara, terlihat begitu sibuk dengan pergerakan anggota pasukan yang keluar-masuk. Setiap anggotanya menyerahkan laporan setiap beberapa waktu, kemudian pergi keluar lagi mencari informasi.

Di salah satu ruang kerja di gedung itu, duduk seorang pria gagah yang tampak berusia empat puluhan. Matanya membaca satu per satu kertas laporan di atas meja yang diberikan oleh anggotanya.

"Kapten Guffy! Ini laporan terkini dari hasil penyelidikan," ucap seorang pria sembari membawa beberapa lembar kertas. "Ini daftar beberapa orang yang mencurigakan."

Guffy langsung menyambar laporan yang baru saja ditaruh di atas meja dan membacanya. Setelah beberapa saat, ia melepaskan lenguhan panjang. "Entah gadis yang kita cari pandai menyembunyikan diri atau kita yang terlalu bodoh tidak bisa menemukan jejaknya."

Pria itu meluruskan punggungnya pada sandaran kursi dan membuat dirinya nyaman. Kemudian menyesap secangkir teh yang telah disajikan sebelumnya. Sinar matahari yang terik menyiraminya dari belakang sedikit memanggang tengkuknya, akan tetapi Guffy tak mempedulikan hal sepele itu.

"Izinkan kami mencari informasinya lebih jauh lagi! Ini hanya masalah waktu!"

"Baik. Kuserahkan padamu, Sersan Dua Fritz!"

"Siap!"

Fritz duduk di atas sofa yang berada di tengah ruangan. Ekspresinya sedikit tegang, otot wajahnya tampak kaku. Mungkin karena ia mendengar suara ketidakpuasan dari atasannya. Pria berusia dua puluh tahunan itu menjanjikan akan menemukan seseorang yang mereka cari, walaupun ia tidak yakin dapat melakukannya dengan cepat sesuai perkataanya.

"Kapten!" seru Fritz, memecah keheningan yang tercipta selama beberapa detik.

"Apa?"

"Pangeran memerintahkan kita untuk menemukan seorang gadis Haier-Elvian di kota ini. Tapi apa Haier-Elvian itu memang benar ada? Atau itu hanya semacam kode tertentu yang tersembunyi?"

"Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu." Guffiy memilin-milin kumis panjangnya. Tampaknya dia sangat tidak suka kumis terawatnya terkena air teh walau hanya sedikit. Ia mengambil sapu tangan dari saku seragam kemudian mengelap kumisnya. Kemudian melemparkan pandangan pada Fritz. "Awalnya aku hanya menganggap itu hanya mitos konyol dari bangsa Elvian semata. Namun aku percaya Pangeran Alucard. Jika beliau sudah berkata seperti itu, maka mau tak mau aku harus mempercayainya."

Raut wajah Fritz mengendur, lalu menurunkan pandangan ke atas lantai. "Kapten, menurutmu ... Haier-Elvian itu mahkluk seperti apa?"

"Seperti yang kau baca di buku-buku sejarah. Mereka makhluk campuran antara manusia dengan Elvian yang memiliki kekuatan magi sangat besar. Aku memang belum pernah melihat magi dengan mata kepala sendiri, tapi sepertinya itu adalah hal yang cukup kuat. Mungkin kekuatan itulah yang diinginkan oleh pangeran." Guffiy berhenti sejenak lalu menoleh ke luar jendela. "Entah apa yang akan beliau lakukan pada gadis itu, kemungkinan besar Pangeran Alucard akan merekrutnya sebagai bawahan ekslusifnya. Karena itulah kita diperintahkan untuk membawa gadis itu dengan paksa, tapi harus memperlakukannya dengan lembut."

Fritz tertegun sejenak mendengar penjelasan serta deduksi singkat dari atasannya. Pria muda itu kemudian meremas tangannya. "Kalau pangeran berniat seperti itu, bukankah ada kemungkinan beliau menggunakannya dalam berperang?"

"Jujur, aku sendiri pun tidak tahu. Tapi jika itu memang terjadi, yang harus kita lakukan adalah bertarung di bawah namanya, bukan begitu?"

Mendengar ucapan Guffiy, pria muda itu hanya mengangguk berat. Di dalam hatinya, ia merasa khawatir bila skenario perang itu akan benar terjadi di masa depan. Yang ia pikirkan tentu saja nasib adik-adiknya.

Sedetik kemudian pikirannya jauh terbang ke masa depan semu, di mana perang berkecamuk menghancurkan kota tempat adik-adiknya tinggal. Bangunan-bangunan hampir seluruhnya rata dengan tanah. Api membakar rumah-rumah, jalanan, kebun, hewan ternak, serta warga sipil yang tidak berdosa termasuk kedua adiknya. Sementara Fritz hanya bisa berlutut meratapi mayat adik-adiknya yang terbakar sampai gosong. Bau daging hangus kedua adiknya menusuk hidung hingga membuatnya ingin muntah. Namun siksaan itu tak sepadan dengan rasa sakit kehilangan orang yang begitu ia sayangi.

Perlahan-lahan Fritz pun jatuh ke dalam jurang kegelapan, di mana tidak ada seorang pun yang dapat menjangkaunya. Pria muda itu akan tenggelam di dasar sana selamanya jika saja atasannya tidak memanggil namanya dengan lantang.

"Fritz!!" bentak Guffiy, setelah beberapa kali pria muda itu tak mendengar panggilannya.

"S-Siap, Kapten!" Fritz tersentak, suara lantang atasannya membuatnya refleks menegakkan badannya.

"Mulai sekarang aku ingin kau menangkap semua orang yang gerak-geriknya mencurigakan. Bila sampai saat ini keberadaanya tidak diketahui oleh warga kota, maka besar kemungkinan gadis ini adalah orang yang pandai menyamarkan dirinya dan berbaur dengan penduduk."

"Siap, Kapten! Aku juga sebelumnya sudah memperhitungkan hal itu, tapi kami hanya mengawasi mereka saja," sahut Fritz.

"Bagus, teruskan! Harap diperhatikan kalau target kita ini memiliki kemampuan menggunakan magi, jadi jangan lengah!"

"Siap! Kalau begitu saya pamit undur diri!"

Fritz berdiri dan memberi hormat pada Guffiy, setelah itu membalikkan badannya ke arah daun pintu besar di seberang sofa. Baru saja membuat beberapa langkah, ia langsung dikejutkan dengan suara keras dari arah jendela. Begitu pun dengan Guffiy yang langsung menoleh ke arah sumber suara.

Ternyata suara itu disebabkan oleh burung merpati yang menabrak kaca jendela. Mungkin karena saking beningnya, membuat burung itu tidak menyadari keberadaan kaca yang menghalangi jalurnya. Ia masih bergeming di luar jendela, seakan menunggu seseorang mempersilakannya masuk.

Guffiy mungkin akan mengacuhkannya bila merpati itu tak membawa sebuah gulungan kertas di kakinya. Pria itu berjalan mendekat dan membuka jendela, membiarkan burung merpati itu bertengger di atas kusen kayu. Kapten dari pasukan khusus bernama "Ksatria Elit" itu mengambil gulungan kertas kecil dari kaki burung, lalu membuka dan membaca isinya. Raut wajahnya sedikit tercengang, namun sesaat kemudian berubah menjadi gusar hingga meremas kertas itu kuat-kuat.

Fritz yang kebingungan dengan perubahan ekspresi wajah kaptennya pun bertanya-tanya dalam hati. "Kapten! Sebenarnya apa isi dari surat itu?"

Namun Guffiy mengacuhkannya dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mulutnya tiada henti merutuk, meski pelan tapi dapat terdengar oleh Fritz dengan jelas karena keheningan ruangan ini.

"Dasar tidak berguna! Bisa-bisanya dia baru mengirimiku informasi sepenting ini. Kalau bertemu dengannya langsung, akan kupecahkan kepalanya di tempat!" rutuk Guffiy.

"Kapten!" seru Fritz dengan lirih. "Apa semuanya baik-baik saja?"

Guffiy melemparkan pandangan pada bawahannya yang tampak ingin tahu isi surat tersebut.

"Aku baru saja dapat informasi dari informan rahasia di kota ini, dan itu sangat penting."

"Apa itu, Kapten?"

"Identitas gadis Haier-Elvian yang kita cari. Mulai sekarang, perintahkan para anggota pasukan untuk mencari dan menangkap semua gadis bernama Anggi di kota ini!"

"Baik, Kapten!" jawab Fritz dengan tegas.

Saat itu juga, seluruh peleton pasukan "Ksatria Elit" mendapatkan perintah baru. Dengan begitu, rentang kriteria pencarian mereka semakin menyempit. Semula Putra Mahkota memerintahkan mereka untuk menangkap 'gadis Haier-Elvian' di Glafelden dan membawanya kembali ke ibukota. Kini perintah itu menjadi lebih spesifik menjadi menangkap 'gadis Haier-Elvian bernama Anggi' di kota ini.

Dengan identitas target mereka yang sudah terungkap, membuat misi pencarian mereka menjadi lebih mudah, kelewat mudah malah. Karena 'Anggi' adalah nama yang tidak biasa bagi penduduk kota ini. Tentu saja karena nama itu bukanlah berasal dari dunia ini. Orang yang memiliki nama itu di kota ini hanya segelintir saja, bahkan mungkin hanya Anggi Nandatria seorang. Sekarang hanya tinggal masalah waktu bagi Ksatria Elit untuk mengendus aromanya hingga ke pinggir kota, ke markas 'Kelam Malam' tempatnya berasal.

Like it ? Add to library!

WillyAndhacreators' thoughts