webnovel

Hari Lain

Keesokan harinya Jay bangun pagi, datang ke meja makan untuk sarapan, setelah dirinya mandi dan mengemas semua buku pelajaran, saat Jay masuk ke ruang makan dirinya melihat di atas meja makan tersaji, sayur sop dengan telur puyuh dan juga tahu tempe yang digoreng lengkap dengan kerupuk udang menjadi sarapan pagi untuk Jay

Makan dengan lahap kemudian dirinya yang melihat sosok seorang wanita berusia 30-an, dengan rambut panjang sebahu dan berpostur kecil, yang kini sedang membujuk adiknya untuk sarapan, beliau nampak sangat sabar untuk membujuk sang adik untuk makan, di usianya yang sekitar 8 tahun ini

Sang adik yang sudah memasuki sekolah dasar, pada dasarnya termasuk anak yang manja, untuk makan dirinya perlu dibujuk dan terkadang harus diiringi dengan beberapa hal agar dirinya mau makan, tetapi meski demikian memang Jay harus mengatakan bahwa ketika adiknya kecil dia sangat lucu.

Dengan wajahnya sedikit tembem mata hitamnya yang menawan dan rambutnya sedikit keriting, sang adik jelas seperti boneka, sehingga kemudian ketika orang-orang mendapati adiknya mereka akan sangat senang untuk membujuk dan juga menghargainya. Jadi ketika dia melihat hal tersebut Jay merasa bahwa itu adalah sesuatu yang bisa diterima.

" Kamu udah kelar belum sarapannya? Kalo udah buru berangkat nanti terlambat" Sang Ibu berkata kepada Jay

" Udah Bu, ini mau siap-siap jalan"kata Jay menjawab Sanng Ibu

" Bagus kalo gitu, sudah sana siap-siap" kata sang Ibu kepada Jay

Jadi kemudian Jay bersiap untuk berangkat ke sekolah, saat dirinya pamit sang Ibu kemudian bertanya kembali, " apakah sudah di cek, apa ada yang ketinggalan? " Tanya sang Ibu mengecek Jay

" Ga ada Bu, udah dibawa semua" jawab Jay

" Kalo gitu uang jajan kamu cukup ga?" Tanya Ibunya lagi

" Cukup kok Bu, yang kemarin juga masih sisa" kata Jay kembali

" Yaudah kalo gitu kamu pergi ke sekolah hati-hati, sama belajar yang baik" Ibunya menasehati

" Ok Bu, Ibu juga hati-hati saat kerja nanti" balas Jay dengan nada penuh kasih sayang

" Kamu bisa tenang" jawab sang ibu

Kemudian Jay pun pergi berangkat sekolah bersama dengan Sang Bapak, di perjalanan dia merenungkan kembali tentang masa lalunya, mungkin dikarenakan dirinya yang terlalu kecil dan masih berpikiran naif sehingga pada dasarnya dia bisa dikatakan sedikit kesal dengan ibunya yang sibuk bekerja dan tidak memiliki waktu banyak terhadap dirinya.

Semenjak kecil Jay sudah bisa dikatakan hidup mandiri di mana dirinya dititipkan dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu pengasuh ke pengasuh yang lain, hal ini tentunya dilakukan oleh orang tua Jay dikarenakan mereka harus bekerja, dan di sisi lain Jay yang merasakan dirinya dititipkan oleh pengasuh.

Merasa perasaan yang kesepian, dia masih ingat dengan jelas bahwa ketika dirinya masih kecil dan suka diasuh dirinya mendapatkan beberapa pengalaman yang buruk, diantaranya pengasuhnya yang kurang kasih sayang serta kasar, kadang bahkan pengasuhnya tidak memperdulikan dirinya dengan baik.

Atau di sisi lain dianya berkonflik dengan anak-anak dari pengasuhnya, Adapun pengasuh yang dimaksud di sini adalah jay di titipkan kepada tetangga ataupun mereka yang bisa menjaga anak kecil, dan hal tersebut berlangsung dari pagi hingga sore, di mana pada siang hari sang ibu akan kembali untuk memberinya makan siang.

Jadi dia yang merasa kesepian dan juga terkadang merasa dikucilkan, menyalahkan semuanya tersebut kepada kedua orang tuanya sibuk bekerja, sampai kemudian dirinya mengetahui bahwa hal tersebut memang harus dilakukan demi masa depannya, dan keadaan pada saat itu memang orang tuanya tidak bisa berhenti dari pekerjaan mereka.

Sang Bapak sibuk dengan pekerjaannya sebagai salah satu staf quality control di perusahaan negara, yang pekerjaannya terkadang sering lembur dan pulang malam hari, sehingga pada dasarnya jay tidak dapat berhubungan dengan baik, di sisi lain ibunya sudah menjadi seorang karyawan dari salah satu pabrik garmen terbesar di kotanya.

Yang bisa dikatakan pada saat masa itu adalah sesuatu yang sangat menjanjikan, belum lagi pekerjaannya yang terbilang tidak terlalu sulit dan dekat dengan rumah, sehingga jika ibunya harus meninggalkan pekerjaan yang telah dirintis selama belasan tahun tentu saja butuh upaya ekstra untuk melakukannya, dalam hal ini berbagai pertimbangan tentu saja harus dilibatkan.

Sampai Jay kemudian beranjak dewasa dan berada di kelas SMA barulah dirinya memahami sepenuhnya, apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dan dari sana kemudian setelah mengetahui hal tersebut Jay yang terbilang sedikit membandel kemudian menjadi lebih patuh lagi dan berusaha untuk menjadi yang lebih baik, demi membantu kedua orang tuanya dan membuat mereka bangga.

Tak lama kemudian dirinya pun tiba di sekolah, berpamitan kepada Sang Bapak yang segera menuju ke pabrik tempatnya bekerja, Jay perlahan melihat sosok samar-samar Sang Bapak yang mengendarai sepeda motornya perlahan menghilang di kejauhan, entah apa yang ada di pikirannya tetapi Jay tahu bahwa, kini dirinya memiliki kesempatan kedua jadi jangan sia-siakan hal tersebut.

Berbalik arah dan menatap gedung sekolahnya yang bercat putih dengan tambahan warna biru, membuat sekolahnya nampak cukup cerah, menyingkirkan semua suasana hati yang menekan dirinya Jay melangkah dengan lebih pasti menuju ke arah gerbang sekolahnya.

Baru saja dirinya melewati gerbang sekolah dan ia mendengar seseorang memanggilnya " Jay....Jay...tunggu woyyy..." Teriak seseorang

Berbalik dan kemudian Jay melihat Siapa yang memanggil dirinya, saat Jay berbalik dirinya menatap sosok yang memanggil dirinya, kemudian Jay hanya bisa menghela nafas bahwa ternyata, sosok yang memanggil dirinya adalah teman satu kelasnya yang juga berada di meja depannya yaitu Dicky, Dicky berperawakan kecil dengan rambut ikal dan berkulit agak hitam.

" Ada apa Dicky?" Tanya Jay dengan penasaran

" Ga ada bareng aja, ke kelas" jawab Dicky biasa

" Sialan lu...!!! Gua pikir ada apa'an lu teriak" manggil gua" balas Jay sedikit kesal saat tahu bahwa Dicky hanya iseng, dan segera meninggalkan Dicky

" Ehhh...tunggu Jay...gitu aja ngambek luuu!!!" keluh Dicky

" Ya lu, gua pikir ada yang penting atau apa gitu! Ternyata cuma manggil doang, lu ga liat apa ke arah yang lain, ngeliat kita aneh" keluh jay saat dia, masih mengingat pandangan aneh dan kaget siswa lain disekitarnya

" Aelah biasa aja, mereka mah cuma siriik sama kegantengan kita" kata Dicky banggga

Dan tanpa sadar siswa yang berjalan disekitar mereka menatap keduannya nampak aneh, seolah keduannya adalah anak yang narsis, melihat ini Jay merasa semakin malu, " gua ga kenal lu dickyy!!" Kata Jay kesal dan berlari, saat berlari barulah Jay ingat bahwa Dicky teman sekelasnya termasuk anak yang aneh ( terlalu geer dan sok asik)

Dicky yang ditinggalkan oleh Jay, hanya menghela nafas seolah dia menyadari bahwa Jay memiliki mental yang rapuh " kasian tuh bocah terlalu lemah mentalnya, perlu gua bimbing..." berkata Dicky menatap Jay yang berlari, dan sekali lagi Siswa yang ada disekitarnya menjadi menyebar lebih jauh.

Masuk ke dalam kelas, nampak bawah hanya beberapa teman yang sudah masuk ke dalam kelas dan sisanya masih belum datang, dan melihat Ferdi yang sedang asik mengobrol dengan Fandi, Jay segera menyapa keduanya " ngapain luuuuu!!!!" Teriak Jay membuat keduannya kaget

" Sueeee....kaget gua jayyyy" keluh ferdiiii

" Anjirrrr....kaget gua..... Biasa aja kek lu Jay" keluh Fandy menyusul

" Lagian lu berdua ngobrol serius amat, ngomongin apa"an sih? Tanya Jay penasaran