webnovel

ReBirth48

ReBirth 48 Tang Shin, seorang Saint tingkat tertinggi yang mati dengan tenang dan cukup bahagia karena melihat kedua anaknya sudah menjadi orang besar. Ia tdak memiliki penyesalan apapun lagi di dalam hidupnya karena semuanya sudah selesai. Ia pun berfikir setelah ini ia akan pergi ke surga. Namun, dugaannya salah. Jiwa Tang Shin kembali di lahiran di dalam tubuh seorang mahasiswa kuliahan biasa. Setelah seminggu beradaptasi dengan ingatan dari kedua kehidupannya. Tang Shin pun memutuskan dengan sangatlah yakin. Bahwa di kehidupan ini ia harus hidup aman, tentram, dan yang paling penting adalah kehidupan yang santai. Namun, apakah akan semudah itu untuk mendapatkan kehidupan Tang Shin yang santai? ~Higashi

HigashiSasaki · Fantasy
Not enough ratings
52 Chs

Chapter 7 : Misi yang menyebalkan

ReBirth 48

Chapter 7: Misi yang menyebalkan

Beberapa saat yang lalu ... Shin sedang berlari sambil terus bergumam.

"Tunggu! Kenapa aku lari? Dengan koneksi dari para anggota Silance Sistem. Suatu hal kecil seperti ini sangat mudah di tangani," ujar Shin dengan bimbang namun kakinya masih terus bergerak.

"Tapi, jika aku melakukan tersebut itu hanya akan membuat identitas asliku terbongkar, atau mungkin suatu hal buruk akan terjadi pada mereka, aahhh!!"

Shin benar-benar dalam keadaan bimbang. Saat ia melirik kedepan, tiba-tiba saja di depannya muncul orang-orang berpakaian hitam.

Shin berhenti, "Siapa kalian?" Mata Shin menatap mereka dengan tajam.

Dari belakang orang-orang berpakaian hitam itu, perlahan muncul sesosok wanita yang berpakaian serba mewah.

"Hey, aku tertarik dengan keahlian beladirimu. Ingin bekerja untukku?" tanya seorang perempuan yang terlihat yakin dengan status dan kekuatannya.

"Hah? Maksudmu?" balas Shin yang langsung memasang kuda-kuda waspada.

"Hey, hey. Jangan begitu, disini aku hanya ingin menawarkan sebuah kerja sama."

"Kerja sama? Memangnya apa untungnya bagiku?"

Wanita itu menyeringai. Dari belakangnya, seorang laki-laki berbadan besar berpakaian serba hitam, maju ke samping wanita itu sambil membawa sebuah laptop yang dalam posisi terbuka.

Laptop tersebut menampilkan sebuah Vidio, tepatnya siaran langsung dari kamera CCTV di dekat konstruksi bangunan tempat Shin bekerja. Terlihat di dalam layar, semua buruh disana sudah dikepung oleh polisi.

"Jika kau mau bekerja sama, maka aku akan membebaskan semua buruh yang ada disana. Tidak hanya itu, mungkin aku akan membeli konstruksinya langsung agar mereka bisa bekerja untukku dan mendapat gaji lebih baik. Tentu saja, kau juga akan mendapatkan gaji milikmu saat semua ini selesai. Tertarik?" jelas wanita itu dengan tersenyum percaya diri dengan apa yang ia katakan.

"Sebuah kesepakatan yang sangat menguntungkan. Tapi, jika hanya sebelah pihak saja yang di untungkan, bukankah itu artinya ada sesuatu di balik ini?" respon Shin yang mulai kesal dengan kepercayaan diri wanita itu.

"Hahaha, tenang saja. Selama putriku aman. Itu sudah lebih dari cukup untukku. Karena nanti malam kau harus berperan sebagai pendamping laki-laki untuk putriku. Kau harus menjaganya dalam situasi apapun," balas wanita itu dengan santai dan menyilakan tangannya.

"Apa kau serius?"

"Ya, aku sangat serius."

Shin melepaskan waspadanya.

"Baiklah," ucap Shin yang kemudian berjalan maju.

"Keputusan yang bijak," ucapnya sambil menjentikkan jari. Sesaat kemudian muncul orang-orang yang menghentikan penangkapan para buruh yang ada di konstruksi tadi. Polisi-polisi tanpa pikir panjang langsung mundur, sepertinya wanita ini benar-benar memiliki pengaruh yang besar.

"Tunggu, pertanyaan terakhir." Shin mengentikan langkahnya

"Apa itu?"

"Bagaimana jika nanti putrimu tidak menerima kehadiranku?" tanya Shin yang menatap wanita itu.

"Ah, soal itu. Jika ia sudah kelewatan melakukan sesuatu padamu. Kau boleh bertindak."

Angin berhembus melewati mereka semua, Shin kemudian mengangkat salah satu bibirnya dan kemudian menjabat tangan wanita itu.

"Baiklah, deal!"

***

8 jam kemudian~

Shin sedang berdiri di samping mobil wanita itu. Ia kemudian memegang pergelangan tangannya.

Shin Tidak terbiasa dengan baju Tuxedo yang cukup ketat dan termasuk pakaian resmi.

"Apakah sekarang saatnya?" tanya Shin yang kemudian masuk kedalam mobil wanita itu.

"Ya, ini saatnya," balas wanita itu yang duduk di kursi belakang.

Mobil mereka pun bergerak ke arah rumah milik putrinya.

Sesampainya di sana, Shin melihat pagar rumah yang begitu besar. Namun, melihat rumah seperti itu Shin merasa risih. Karena terlihat terlalu mencolok dan seperti membuang-buang kekayaan.

Di depan gerbang tersebut, terdapat seorang perempuan berambut pirang yang sedang berdiri. Sepertinya ia sedang menunggu Shin dan ibunya.

Mobil mereka berhenti di depan pagar rumahnya. Sesaat kemudian wanita itu keluar dari mobil. Melihat hal itu, perempuan itu langsung lari ke arah ibunya dan memeluknya.

"Ibu dari mana saja, ini sudah hampir telat tau," protesnya yang memasang wajah kesal.

"Yah, maaf soal itu. Tapi ibu membawakan orang yang tepat untuk mendampingimu," balas wanita itu, sesaat kemudian. Shin keluar dari mobil.

Shin kemudian melirik ke arah perempuan itu yang lalu melambai ke arahnya, lalu mulai tersenyum. Perempuan itu langsung memasang tatapan jijik.

"Ibu! Bukankah sudah kubilang bahwa aku tidak membutuhkan pengawal sama sekali!"

"Ibu tidak bisa membiarkan suatu hal seperti itu!"

"Ibu!"

Sesaat kemudian, telfon dari perempuan itu berdering.

Kriiing!!

"Ahh, tuhkan sudah di telfon. Maaf ibu aku pergi dulu," ucap wanita itu dengan terburu-buru masuk kedalam mobil.

"Hati-hati di jalan."

"Baik Bu!"

Shin pun ikut masuk kedalam mobil. Dan duduk di sebelah perempuan itu yang berada di kursi tengah. Dengan reflek wanita itu bergerak menjauh.

Shin mencoba tersenyum, namun ia dipenuhi perasan kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi.

Mobil mereka pun mulai jalan.

"Kalau tidak salah, namamu Gisel kan?" ucap Shin yang mencoba basa-basi di jalan.

Lagi-lagi wanita itu langsung menatap Shin jijik, "Terserah. Yang pasti, saat sampai di pesta nanti jangan dekat-dekat denganku. Dan jangan pernah memanggil namaku! Paham itu?" tekan Gisel dengan wajah serius.

"Eh? Kalau begitu aku bisa berkeliaran di dalam pesta dengan bebas dong? Asik! Aku bisa mencoba berbagai jenis makanan yang belum pernah kumakan!" batin Shin dengan wajah senang yang kemudian menatap keluar jendela.

Sesampainya di pesta, mereka berdua turun di depan pintu sebuah rumah yang begitu besar. Tidak kalah dengan rumah miliknya Gisel. Supir dari mobil mereka pun bergerak ke arah parkiran.

Shin dan Gisel berjalan masuk. Namun, mereka berdua di cegat oleh dua orang satpam yang melihatnya saja sudah membuatmu kesal.

"Berhenti, undangannya?" larang satpam tersebut sambil menghalangi jalan.

"Ah, kupikir aku tidak membutuhkannya," respon Gisel yang kemudian merogoh tas yang ia bawa. Lalu mengeluarkan sebuah kartu nama.

"A-apa! Maaf sudah menahanmu Nona Gisel," respon satpam itu yang langsung menunduk hormat.

"Ah, tidak masalah."

"Maaf sedikit lancang, siapa itu yang ada di belakangmu nona?" tanya satpam itu yang sedikit bingung. Karena melihat tingkah Shin yang tidak mencerminkan orang kaya.

Shin tertegun, saat itu Shin mencoba menjawab.

"Aku adalah pendam—."

"Dia adalah budakku, jadi wajar saja jika tingkahnya aneh," potong Gisel yang tanpa ragu mengucapkannya.

"Apa!" seru Shin kaget di dalam hati, ia tertegun dan benar-benar merasa kesal.

"Ah, begitu rupanya. Sepertinya baju yang ia kenakan pasti hadiah dari nona kan. Hahaha, dasar orang rendahan," tambah satpam yang satunya lagi dan terus tertawa tanpa ragu.

"Haha, kau tau saja. Sudah aku ingin masuk dulu," respon Gisel yang langsung masuk, Shin dengan menunduk kesal mengikutinya.

"Jangan membuat masalah, budak. Hahaha," ejek kedua satpam tersebut yang tertawa terbahak-bahak.

Shin masih menunduk dengan kesal berjalan di belakang Gisel. Di dalam ruangan yang begitu besa, terdapat puluhan orang yang sedang berpesta. Gisel bertemu dengan teman-temannya. Mereka langsung mengobrol seperti biasa dan bercanda ria.

Namun, situasi berubah. Saat salah satu temannya bertanya akan kehadiran Shin.

"Hey, siapa laki-laki yang ada di belakangmu?" tanya salah seorang temannya yang melirik ke arah Shin.

Shin tersentak lagi, kali ini ia akan menjawab yang sebenarnya

"Ah, aku adalah—."

"Dia adalah budakku, aku mengajaknya kesini karena kasihan. Ia belum pernah melihat party orang kaya itu seperti apa," potong Gisel yang terus merendahkan Shin sebab ia agak kesal akan kehadiran Shin.

"Ah. Begitu rupanya, cukup miris ya. Hahahah!"

"Itu benar, haha!"

Shin menggenggam keras.

"Ah! Bodo amatlah! Ngapain juga mikirin dia. Lagian dia sendiri yang ngomong jangan dekat-dekat," batin Shin kesal yang kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari sana.

"Hey, hey. Apakah budakmu kesal?"

"Haha, biarkan saja dia. Palingan nanti juga balik lagi," respon Gisel yang terlihat sangat santai.

Shin berjalan ke arah meja makan, ia mulai melihat-lihat makanan yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Dengan santai dan bersenandung senang Shin mengambil satu persatu makanan dan mencobanya. Saat itulah di sebelahnya ia sadar bahwa ada seorang wanita yang daritadi memperhatikannya.

Seorang gadis yang tubuhnya lebih kecil darinya. Menatapi Shin dengan tatapan serius.

"Hei lihat ini. Kelas berapa dia? SMA kls 2? 3?" gumam Shin sambil menggigit ayam di mulutnya.

Saat gadis kecil berambut merah muda itu sadar kalau Shin sudah tau akan keberadaannya. Ia langsung panik dan bingung harus melakukan apa.

Shin kemudian dengan santai berjalan mendekati gadis itu. Saat itulah Shin sadar bahwa gadis itu yang ia selamatkan beberapa Minggu yang lalu.

"Oh, hey. Rupanya ini kamu. Apakah kau masih mengingatku?" tanya Shin sambil menunjuk dirinya dan tersenyum lebar.

Gadis itu mengangguk sambil memegangi gorden dan bersembunyi di belakangnya.

Shin memiringkan kepala karena kebingungan, "Hey, ada apa denganmu? Apakah kau takut akan sesuatu?"

Gadis itu mengangguk lagi.

"Eh? Memangnya apa yang kau takutkan?"

Gadis itu kemudian menunjuk ke atas balkon di lantai dua yang menjorok ke ruang tengah.

"Ahh, aku yakin gadis ini adalah salah satu keluarga besar. Ia takut untuk berdiri di depan banyak orang," pikir Shin sambil melihat ke arah balkon.

Saat itulah Shin langsung mengelus-elus kepala gadis itu.

"Oke, sebelum itu. Siapa namamu? Dan kamu kelas berapa?" tanya Shin sambil menatapnya dan tersenyum lebar.

"N-Nisa, a-aku kelas 2 SMA," balasnya sambil bergetar karena merasa sangat gugup dan cemas.

"Ah, oke Nisa. Kakak punya trik bagus untukmu." Shin mengelus-elus kepala Nisa sambil tersenyum.

"Kau pergi ke atas sana, saat kau menatap semua orang. Anggap mereka yang tidak penting itu sebagai kumpulan ayam. Maka kau tidak akan gugup lagi," saran Shin sambil mengangkat dadanya kedepan, percaya diri dengan saran yang diberikannya.

"E-eh? Apakah cara itu akan berhasil?" balas Nisa yang masih bergetar karena gugup.

"Ya! Pastinya! Jika nanti tidak berhasil, kakak akan membantumu lagi agar kau terbiasa dengan hal ini. Sampai jumpa nanti," ucap Shin yang kemudian mulai berbalik.

Saat itulah Nisa menarik baju Shin.

"Ma-makasih untuk yang pertama kali ya kak," ucap Nisa dengan gugup dan menunduk.

"Tentu, sekarang pergilah kesana ya," balas Shin yang lagi-lagi mengelus-elus kepala gadis itu.

Gadis itu dengan menunduk berlari menuju tangga yang mengarah ke lantai dua.

"Haha, tidak pernah menyangka kan? Kalau aku benar-benar menyematkan seorang gadis kecil. Sepertinya ia adalah anak yang introvet dan tidak memiliki teman, makanya ia gugup berada di depan banyak orang," gumam Shin yang memperbaiki suasana hatinya. Shin yang sudah merasa lebih baik dari sebelumnya.

Dengan bahagia Shin memilih-milih makanan yang belum pernah ia makan.

**

Di sisi lain~

"Apakah itu laki-laki yang menyelamatkanmu?" tatap seorang laki-laki berjenggot pendek berwarna hitam ke arah Shin dari atas balkon lantai dua. Dia adalah seorang kepala keluarga dari keluarga besar yang cukup berkuasa di kota ini, keluarga Dandi.

"Y-ya ayah," jawab Nisa sambil menunduk.

"Apakah kau serius? Seorang kampungan seperti dia menyelamatkanmu? Aku tidak percaya ini. Kirim orang-orang untuk mengusirnya," ucap ayah Nisa dengan kesal.

"Apa! Apa yang ayah lakukan! Hentikan!" teriak Nisa yang langsung menarik baju ayahnya.

"Sudah! Mari ayah beritahu, caranya berurusan dengan rakyat jelata," tatap ayah Nisa dengan kesal ke arah Shin.

"Ayah! Tidak ayah! Hentikan! Kumohon!" teriak Nisa dengan kuat mencoba menghentikan ayahnya.

"Cukup Nisa! Cepat sambut saja para tamu bersama pelayan!" bentak ayahnya yang langsung mendorong Nisa dengan kuat.

Nisa yang dari kecil sudah menerima pendidikan keras dari ayahnya. Langsung terdiam karena ketakutan.

Pelayan yang ada di belakangnya langsung menolong Nisa mempersiapkan diri dan teks yang harus dihafal.

Hanya dalam 5 menit.

Nisa sudah menghafalnya. Ia pun berakting layaknya situasi normal dan tidak ada yang terjadi.

Nisa maju ke balkon. Ia berbicara dengan kuat menyambut semua tamu.

"Eh? Justru gadis itu adalah penyelenggara pesta ini? Apakah ini ulang tahunnya atau sesuatu yang lain?" respon Shin kaget. Karena ia sebelumnya berfikir bahwa Nisa hanyalah seorang tamu khusus.

Nisa melanjutkan perkataannya dengan percaya diri. Walau Shin tau ia sedang menggigil karena gugup. Hal itu tidak terlihat jelas.

Hingga akhirnya pidato dari Nisa yang mengadakan ulang tahun selesai. Shin melambai ke arahnya dan tersenyum. Namun melihat hal itu, Nisa menunduk sedih dan tidak sanggup untuk melihat ke arah Shin. Karena ia tau, setelah ini ayahnya akan melakukan suatu hal buruk padanya.

Nisa lari masuk kedalam lorong lantai dua, dan kemudian ke kamarnya. Ia langsung mengunci pintu kamarnya dan mulai menangis.

Melihat Nisa yang cuek kepadanya. Shin memiringkan kepalanya, lalu mengangkat kedua bahunya yang sama sekali tidak memahami apa-apa.

Sesaat kemudian, muncul seorang laki-laki berambut coklat di depan Shin yang sedang menyantap makanan. Shin malambaikan tangan ke arahnya sambil tersenyum. Laki-laki itu langsung memandang jijik ke Shin.

"Hey, rakyat jelata. Tunjukan undanganmu masuk kesini," ucapnya dengan kesal sambil menghina Shin.

Shin kemudian mulai mengumpulkan aura buruk di sekitarnya.

"Hey! Sudah kubilang dimana undanganmu! Tunjukan padaku!" bentak laki-laki itu lagi dengan lantang.

Shin menunduk. Ia kemudian menaruh makanan yang dipegangnya ke atas piring. Lalu mengambil tisu di atas meja dan dengan dingin menatap ke arah laki-laki itu.

Laki-laki itu tersentak, "A-apa? Aku takut? Pada si sialan ini! Aku tidak terima!" seru laki-laki itu di dalam hatinya dengan kesal.

"Penjaga! Usir laki-laki ini! Ia tidak memiliki kartu undangan berani masuk kesini!"

Suara laki-laki itu semakin lantang. Perlahan-lahan semakin banyak orang berkumpul di sekitar Shin.

Penjaga pun datang, mereka ikut memandang rendah Shin dan mulai memegang tangan Shin. Mereka berniat membuang Shin keluar.

"Lepaskan aku," ucap Shin singkat dan mengeluarkan hawa membunuh.

"Jangan biarkan dia lepas! Lempar dia keluar!"

Penjaga lainya langsung ikut menarik Shin yang ingin dilempar keluar. Saat itulah Shin langsung mengaktifkan kekuatannya dan melemparkan semua penjaga yang menahannya.

"Kubilang! Lepaskan aku!" seru Shin dengan kuat yang kemudian membersihkan kotoran di lengannya.

"Hey! Hentikan ini semua!" teriak Gisel yang muncul di tengah-tengah kerumunan.

"Hah? Siapa kau?" tanya laki-laki itu yang kemudian menatap ke Gisel dengan kesal. Gisel dengan percaya diri memperlihatkan kartu namanya.

"Ah! Maafkan saya nona, saya tidak tau siapa anda sebenarnya!" respon laki-laki berambut coklat itu yang langsung membungkukkan badan.

"Hentikan semua ini! Dia datang bersamaku hari ini jadi dia tidak memiliki undangan," perintah Gisel dengan kesal karena ini merusak suasana hatinya.

"Tapi nona, memangnya dia siapa nona?"

Mendengar hal itu, Shin sepertinya sudah tau dia akan menjawab apa, tapi Shin menggenggam dan masih memberikan ia kesempatan sekali lagi. Namun, kesempatan ini di sia-siakannya.

"Dia adalah budakku," ucap Gisel singkat dengan percaya diri.

Semua orang langsung tersentak kaget.

"Ha ...."

"Haha ...."

"Hahaha!!" tawa Shin yang menutupi wajahnya dengan telapak tangan.

"Kupikir tiga kali cukup, untuk menyakinkan diriku bahwa kau itu tidak sedang bercanda. Dari yang pertama dan kedua, saat kau memanggilku budak. Aku yakin kau tidak sedang bercanda, namun kau benar-benar memandang diriku sebagai seorang budak. Karena itu! Kesepakatan ini berakhir disini! Aku tidak peduli dengan sampah sepertimu lagi," tambah Shin dengan kesal dan tertawa merendahkan Gisel. Saat itulah Gisel langsung merasa kesal.

"Apa! Baiklah jika itu kemauanmu! Kau! Lakukan apapun padanya! Terserah kau ingin apa, karena ia tidak lagi bersamaku!" balas Gisel dengan sangat marah karena Shin memanggilnya sampah.

"Hahaha! Terima kasih Nona!"

"Kalau begitu, aku tidak akan ragu," ucap laki-laki berambut coklat itu yang kemudian menyuntikkan sesuatu kedalam tubuhnya. Tubuhnya seketika membesar dan baju-bajunya mulai robek.

"Hahahaha! Kau akan merasakan! Bagaimana menakutkanya akibat dari kau mendekatiku Nisaku!!" teriak laki-laki itu yang langsung berlari maju menuju Shin.

Shin dengan kesal, mengadu kecepatan dan kekuatan pukulan antara mereka berdua. Laki-laki itu berfikir bahwa setelah ia menggunakan ramuan, ia setara dengan Shin. Namun kenyataannya, Shin adalah orang yang memelankan pukulannya untuk menyamai kecepatan laki-laki itu.

Mereka beradu kepalan pukulan hampir semenit. Jika orang awam melihat hal itu, maka mata mereka akan melihat kecepatan yang tidak bisa di percayai. Hingga akhirnya Shin berputar dan menendang rahang laki-laki itu yang membuatnya terlempar jauh kebelakang.

Saat terbang, ia menghancurkan beberapa meja makan. Laki-laki itu bangun, bersamaan dengan enam orang satpam lainya yang ikut berlari ke arah Shin sambil membawa tongkat listrik. Shin dengan cepat, dan tanpa bergerak dari tempatnya berdiri. Menerbangkan keenam orang itu.

"Sialan!!Apa-apaan kekuatan itu! Aku tidak terima!"

"Dengarkan ini! Kepada semua penjaga di perbolehkan untuk menggunakan ramuan, dan untukmu! Gunakan ramuan tambahan!" teriak kepala keluarga Dandi dengan kesal. Ia kemudian menunjuk ke arah laki-laki berambut coklat itu.

"Baiklah! Terima kasih atas izinnya," balas laki-laki berambut coklat itu. Yang kemudian menyuntikkan carian lain ke tubuhnya.

Seketika aura di sekitarnya bertambah kuat, Shin merasakannya. Namun karena Shin sudaha berlatih lagi, dia masih belum menjadi saingan Shin.

Ke enam orang penjaga dan laki-laki itu maju ke arah Shin. Shin berdiri dengan tenang, ia mengambil nafas dalam. Saat semua orang sudah mencapai jangkauan pukulannya. Shin seperti memberhentikan waktu, namun kenyataannya adalah ia mengaktifkan skill khususnya yang membuat seluruh tubuhnya bergerak sangat cepat. Dalam sedetik, masing-masing dari mereka menerima lebih dari 50 pukulan ke area vital. Dan untuk laki-laki berambut coklat itu lebih dari 100 pukulan ke area vital.

Mereka semua langsung terbang menjauh dan kemudian pingsan.

Semua orang tidak mempercayai apa yang ia lihat.

"A-apa!" respon Gisel yang mundur beberapa langkah karena sangat kaget.

Saat itulah, tiba-tiba saja listrik di seluruh rumah mati. Ada yang meretas sistem di rumah ini. Sesaat kemudian, terdengar teriakan dari Gisel.

"Tiiidaakk! Lepaskan aku! Tolong! Ummmhhh, ummmhhhh!" teriak Gisel yang mulutnya langsung di sumbat oleh kain setelah ia berteriak.

Shin mengangkat salah satu ujung bibirnya.

"Hey! Kalian sialan!" Shin mengaktifkan kostum Silance Sistem miliknya.

Dalam kegelapan yang sangat gelap itu, baju milik Shin berkilau membuat tubuh Shin terlihat.

"Kalian berani mengambil pusat perhatian yang harusnya milikku! Padahal aku baru saja menjadi pusat perhatian semua orang disini, kalian cari mati!" ucap Shin dengan kesal.

Zabs! Kilatan cahaya berwarna biru bergerak kesana kemari. Bahkan tidak ada 10 detik. Shin sudah berdiri kembali di tempatnya tadi.

Hampir semenit kemudian, lampu kembali hidup. Tergeletak sekitar 5 mayat di samping Gisel, 2 mayat di dekat tangga dan ada di kedua sisi, lalu satu lagi, Shin injak ditempatnya berdiri.

Bam!

Semua orang kaget, takut, cemas, kebingungan, resah, semuanya mereka rasakan.

Apa yang sebenarnya terjadi?

Saat itulah, Shin memegang bagian di sebelah mata kanan. Menggunakan dua jari.

"Perhatian kepada seluruh anggota Silance Sistem. Siapapun kamu dan apapun posisimu. Selama kau adalah anggota Silance Sistem dan berada di dekat sini, cepat kemari segera," perintah Shin dengan tegas dan nada dingin.

Ada sekitar dua orang anggota Silance Sistem yang hadir di dalam acara ini. Namun, mereka semua tidak tau kalau rupanya Mr. Silance ada disini.

"Suara ini! Tuan Silance?" sontak semua anggota Silance Sistem kaget dan langsung memakai kostumnya.

Tidak ada 10 detik. Orang-orang yang menggunakan jubah hitam dicoraki warna yang menandakan kesepesialan kekuatan masing-masing. Muncul di belakang Shin dengan menunduk dan posisi hormat seperti biasanya.

"Dengarkan ini!" ucap Shin dengan tegas kepada 8 orang di belakangnya, 3 orang perempuan 5 orang laki-laki.

"Ku perintahkan kepada kalian semua, blacklist keluarga Dandi dalam list kerja sama Silance Sistem. Bagi kalian yang masih dalam kerja sama dengan mereka, batalkan!" teriak Shin dengan kuat dan mengeluarkan hawa membunuh.

Saat itulah, kepala keluarga Dandi tersentak. Ia benar-benar kaget. Karena ia adalah salah satu orang yang tau akan kehadiran organisasi Silance Sistem dan pengaruh mereka.

Tanpa ragu kepala keluarga tersebut langsung loncat dari atas balkon lantai dua. Dan tunduk di depan Shin.

"Maafkan saya tuan! Bisakah anda tidak melakukan itu!? Kasihanilah keluarga saya," rengeknnya yang langsung tunduk di depan Shin.

Shin menatapnya dingin dan mengeluarkan hawa membunuh.

"Hah?! Maksudmu?"

Tekanan hawa membunuhnya di tingkatkan dan membuat semua orang di dalam pesta itu terdiam tidak dapat bergerak. Mereka semua seakan-akan tau bahwa jika mereka bergerak mereka akan mati. Bahkan seluruh anggota Silance Sistem merasakan tekanan itu dan membuat mereka merinding.

"Ma-maafkan saya atas kelancangan saya tadi. Saya tidak peduli apa yang tuan lakukan pada saya. Tapi mohon, kasihanilah keluarga saya tuan," rintihnya yang tunduk dan berkeringat dingin karena sangat ketakutan.

Shin mengangkat salah satu ujung bibirnya, ia kemudian menghentikan aura membunuh tersebut.

"Bagaimana, apa yang harus kulakukan padanya?" tanya Shin yang kemudian melirik kebelakang ke arah anggota Silance Sistem.

Seorang perempuan kemudian mengangkat kepalanya, dan mengutarakan pendapatnya, "Maafkan saya tuan. Tapi menurut saya, dia telah melewati batas dan menghina tuan. Saya sendiri merasa sangat kesal dan ingin memenggal kepalanya."

"Itu benar tuan, dia benar-benar seseorang yang lancang. Kupikir mem-blacklist keluarga mereka itu bahkan sudah menjadi hukuman paling ringan," tambah seorang laki-laki yang ikut berpendapat. Mereka berdua adalah orang yang hadir di acara ini.

"Haha ...."

"Hahaha!"

Shin tertawa jahat sambil memegangi wajahnya dengan telapak tangan.

"Mari ku beritahu, bagaimana caranya berurusan dengan mereka yang lemah," ucap Shin yang kemudian mengaktifkan senjata jiwanya. Kelima senjata jiwa miliknya berputar mengelilinginya.

Anggota Silance Sistem langsung terpaku dan terpana melihat keindahan itu, karena anggota Silance Sistem biasa hanya memiliki satu senjata jiwa.

"Seperti yang diharapkan dari Tuan Silance, selalu mengagumkan seperti rumornya," ucap mereka.

Shin kemudian mengambil senjata pedang. Yang kemudian langsung di angkat ke atas, Shin berniat memenggal kepala orang itu. Saat itulah sebuah teriakan dari atas balkon terdengar.

"Hentikan! Jangan sakiti ayahku!" teriak Nisa yang tadinya sangat ketakutan. Namun memberanikan dirinya untuk menunjukan diri.

"Tuan, apakah perlu saya singkirkan juga orang itu?" tanya seorang laki-laki lainya di belakang Shin.

Saat itu Shin tersentak, setelah ia mengaktifkan kekuatannya, ia dapat melihat tubuh Nisa sebenarnya memiliki kekuatan yang cukup kuat, mungkin setengah kekuatan dari anggota para Five Prefix.

"Tidak, karena dia adalah salah satu keturunan pahlawan, yang artinya dia juga anggota Silance Sistem," jelas Shin sambil tersenyum menatap Nisa yang cukup kuat.

"Apa!"

Seluruh anggota Silance Sistem yang ada di situ tersentak.

"Seperti yang diharapkan dari tuan Silance, anda kemari bukan tanpa alasan," puji salah seorang anggota di sana.

"Eh? Apaan? Orang ini murni kebetulan," ucap Shin di dalam hati kebingungan.

"Yah, sudahlah. Apakah kalian bisa menangani 50 orang di atas?" tanya Shin yang merasakan kehadiran helikopter di atas rumah.

"Tentu saja, hal itu akan sangat mudah," balas mereka yang kemudian dengan percaya diri bangun.

"Namun, sebelum itu terimalah ini," ucap Shin sambil mengangkat tangannya kedepan.

Di atas telapak tangannya keluar sebuah bola energi yang berwarna warni. Sesaat kemudian Shin melemparkan ke atas bola tersebut dan kemudian meledak.

Turunlah seperti hujan titik-titik aura yang mengenai semua orang.

"I-ini! Perasaan ini benar-benar luar biasa! Seperti kekuatanku bertambah dua kali lipat."

"Bukan hanya itu! Ini terasa sangat nyaman!"

"Terima kasih tuan!" sorak semua anggota Silance Sistem yang ada di sana, menunduk memberikan hormat rasa terima kasih.

***

Akhirnya, keluarga Dandi termaafkan karena mereka memiliki anak yang mewarisi kekuatan dari para pahlawan. Bukan hanya itu, kekuatan Nisa sama dengan anggota tingkat menengah di Silance Sistem.

Lalu, semua orang yang tau tentang semua yang berkaitan dengan Silance Sistem. Ingatan mereka di hapus. Jadi mereka hanya tau ada keributan antara Shin dan para penjaga, lalu Shin menyelamatkan Gisel dan semuanya tertidur karena efek gas tidur yang disebabkan oleh para pembunuh bayaran.

Hanya 2 orang yang ingatannya tidak di hapus. Nisa, dan kepala keluarga Dandi. Kepala keluarga Dandi mendapat teguran keras. Jika ia membuat masalah lagi, maka Silance Sistem tidak akan segan-segan membumi hanguskan keluarga mereka.

Dan untuk Nisa, dia dibawa oleh 5 orang anggota Silance Sistem. Dia akan didik selayaknya para Anggota Five Prefix mendidik mereka dulu.

Dan, yang paling penting. Semua orang ingatannya sedikit di manipulasi. Agar mereka tidak tau wajah shin yang sebenarnya, mereka hanya akan ingat bahwa shin adalah laki-laki misterius yang menggunakan topeng dari awal sampai akhir.

Semuanya berakhir dengan sempurna~

Namun, masalah terbaru dimulai. Saat Lena sudah sampai di markas dan melapor pada Shin.

"Maaf! Master! Ada pengumuman baru, soal para sekte kegelapan yang mulai menjarah portal, dan bereksperimen membuat monster," lapor Lena kepasa Shin setelah ia sampai.

"Eh?" respon Shin kaget.

<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>

Info:

~Ella:

-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Merah

-Senjata: Panah Phoenix

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 1

-Elemen: Api

-Kode: A1

~Lena:

-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Silver

-Senjata: Tombak Chimera

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 3

-Elemen: Tanah

-Kode: M1

~Pedra:

-Warna Kostum: Dominasi hitam bercorak Ungu

-Senjata: Pedang Typhon

-Tingkat Kekuatan: Lapisan Langit ke 3

-Elemen: Bayangan/kegelapan

-Kode: T1

~Veila:

-Warna kostum: Dominasi hitam bercorak Emas

-Senjata: Cambuk/Pedang Hydra

-Tingkat kekuatan: Lapisan Aura ke 8

-Elemen: Air

-Kode: H1

~Kevi:

-Warna kostum: Dominasi hitam dan di seluruh bagian kostumnya ada pancaran bayangan yang membuat kostum kevi tampak seperti sedang terbakar. Namun Kavi jarang dan hanya sekali memperlihatkan kostum yang sebenarnya.

-Senjata: Sabit Khaos

-Tingkat kekuatan: Lapisan langit ke 5

-Elemen: Kahampaan

-Kode: Z1

Tingkat kekuatan:

Lapisan tubuh ===> Lapisan Jiwa ====> Lapisan Aura ===> Lapisan Langit ====> Lapisan Surgawi ====> Saint.

Dimana setiap lapisan memiliki 10 tingkat (kecuali Saint)

Jumlah anggota Silance Sistem: 7.000+

<•><•><•><•><•><•><•><•><•≥<•>

>>Bersambung<<

~Higashi