webnovel

ReBirth48

ReBirth 48 Tang Shin, seorang Saint tingkat tertinggi yang mati dengan tenang dan cukup bahagia karena melihat kedua anaknya sudah menjadi orang besar. Ia tdak memiliki penyesalan apapun lagi di dalam hidupnya karena semuanya sudah selesai. Ia pun berfikir setelah ini ia akan pergi ke surga. Namun, dugaannya salah. Jiwa Tang Shin kembali di lahiran di dalam tubuh seorang mahasiswa kuliahan biasa. Setelah seminggu beradaptasi dengan ingatan dari kedua kehidupannya. Tang Shin pun memutuskan dengan sangatlah yakin. Bahwa di kehidupan ini ia harus hidup aman, tentram, dan yang paling penting adalah kehidupan yang santai. Namun, apakah akan semudah itu untuk mendapatkan kehidupan Tang Shin yang santai? ~Higashi

HigashiSasaki · Fantasy
Not enough ratings
52 Chs

Chapter 25.2 : Membangun kembali Silance Sistem(2)

ReBirth 48

Chapter 25.2 : Membangun kembali Silance Sistem (2)

Shin, yang kini sudah berada di luar zona aman. Berdiri diam menatap langit sambil bergumam.

"Yosh! Saatnya berangkat!"

Shin langsung mengeluarkan ke enam senjata jiwanya yang mengitari tubuhnya. Lalu ia mengambil senjata panah. Shin melemparkan senjata itu ke langit yang kemudian berubah menjadi api lalu membentuk sepasang sayap di punggung Shin. Tak lupa juga ia mengenakan pakaian Silance Sistemnya yang sudah bercorak ungu karena menggunakan senjata jiwa panah.

Zaabbs

Sosok yang mengerikan itu terbang ke langit. Sayapnya yang berwarna merah ke oren-orenan, secara perlahan berubah menjadi hitam karena terselimuti bayangan dan salah satu efek dari senjata jiwa pedang.

Sebuah bayangan hitam di langit melesat dengan sangat cepat, bahkan para monster yang terbang di langit tak dapat menyadari keberadaan Shin.

"Jika dengan kecepatan seperti ini. Mungkin dalam kurang lebih 1 jam aku sudah sampai di zona aman yang lain. Tapi."

Tiba-tiba saja Shin menukik dengan sangat cepat lalu menabrak tanah. Terjadi ledakan angin yang cukup besar bahkan tanah di bawah Shin retak.

"Tapi sebelum itu, lebih baik aku meningkatkan katanaku terlebih dahulu. Kebetulan juga aku melihat ada portal agak besar baru saja terbuka."

Shin dengan memasang senyum mengerikan ajlopqmengeluarkan katananya.

QWww

Qaaapaqlll

Zabs!

Pertempuran terjadi di depan dan hal tersebut membuat semua monster di sekitar Shin mendatanginya. Karena Shin ingin meningkatkan kekuatan katananya. Ia terpaksa tak menggunakan senjata jiwa lain. Ia pun harus berusaha lebih kuat untuk melawan monster-monster yang terus mendatanginya dari segala sisi.

Betapa beruntungnya dia saat itu, karena setelah ia terluka dan kelelahan. Tiba-tiba turun hujan, yang saat itu langsung membuat Shin memulihkan semua luka serta kekuatannya.

"Sepertinya, keberuntunganku tidak semenyebalkan yang ku kira," gumam Shin sambil menyeringai seram ke arah parah monster.

Sore itu, di tengah hujan deras terus terjadi ledakan pertempuran. Mayat para monster menumpuk seperti segerombolan semut yang baru saja di bantai.

Hujan terus berlangsung hingga malam, Shin tampaknya belum berhenti karena Katananya tak menunjukkan tanda-tanda akan meningkat. Bahkan setelah hujan berhenti, Shin terus membunuh para monter yang mendekatinya. Namun sayang, bahkan hingga matahari terbit katana miliknya terasa biasa-biasa saja.

"Ah, sial! Ada apa dengan katana ini. Kenapa ia susah sekali untuk di tingkatkan? Apakah ada syarat tertentu?" eluh Shin yang merasa kesal bahwa usahanya tampak sia-sia.

Tak lama kemudian, ia melihat bajunya yang compang-camping karena terkena serangan ratusan monster dari segala arah.

"Sial! Aku menyesal tak menggunakan jubah Silance Sistem. Lagi-lagi pakaianku rusak," tambah Shin lagi dengan sangat kesal.

Ia kemudian mengeluarkan senjata jiwa sabitnya, lalu sambil berjalan memasukka semua mayat yang bisa ia lihat kedalam sabit.

Tak lama kemudian, ia mendengar ada suara yang keras lewat di atasnya. Reflek ia meliha ke arah sumber suara, tampak di udara beberapa pesawat yang sudah terlihat sangat canggih melesat dengan cepat. Satu ukuran pesawat mungkin satu setengah kali lebih besar daripada pesawat tempur yang ada di dunia lama.

Beberapa saat kemudian pesawat tempur itu menembakan beberapa roket sekaligus untuk membersihkan para monster yang menghalangi jalan mereka di udara.

"Wah, tampaknya senjata seperti itu sudah tercipta ya. Perkembangan manusia memang sangat mengerikan," gumam Shin yang mengalihkan pandangannya lalu lanjut memunguti mayat-mayat monster. Ia tak ingin suatu masalah timbul karena ini.

Setelah memakan waktu agak lama, Shin akhirnya melanjutkan langkahnya menuju tempat yang dituju.

Saat baru berjalan beberapa menit, ia kemudian terpikirkan sebuah ide.

Shin tersenyum senang lalu ia mengambil senjata jiwa pedang, dan mensummon seekor monster yang tampak seperti beruang namun memiliki 8 kaki. Lebarnya sekitar 3 meter, dan jika monster itu berdiri mungkin tingginya hampir 9 meter.

Melihat monster bayangan yang ia summon itu, ia semakin senang. Beberapa saat kemudian Shin langsung melompat dan menjatuhkan badannya ke atas monter tersebut.

"Baiklah, jalan terus lurus."

Shin menggunakan monster tersebut sebagai kendaraan sementara. Karena mentalnya juga merasa kelelahan. Baru berjalan beberapa menit, Shin sudah tertidur. Selama tertidur monster bayabgan tersebut terus bergerak lurus dan menghancurkan semua yang menghalanginya.

***

"Huaam." Shin menguap puas, perlahan ia bangun dan melihat sekeliling.

Disekitarnya ia hanya melihat pepohonan. Untuk mengecek seberapa jauh lagi ia harus pergi. Shin mengeluarkan kedua sayap apinya dan dengan cepat tebang ke atas. Namun, betapa sialnya ia saat baru saja terbang ke langit dengan cepat. Langsung di hantam oleh sebuah pesawat tempur yang membuat Shin harus memakai form senjata jiwa tombak agar menghindari kemungkinan terluka.

Jduuaaarrr!!

"Siaaalll!"

Shin terpental ke bawah dan menghantam tanah. Orang tadi yang sudah terlebih dahulu keluar dari pesawat tempur jatuh dengan cepat kebawah.

Namun, yang anehnya. Ia bukan memasang ekspresi marah ataupun sejenisnya. Namun yang ia pasang adalah ekspedisi panik dan ketakutan.

Karena Shin merasa ada yang salah. Ia langsung menendang batu di kanannya.

Brak!

Bantu tersebut langsung mengenai kepalanya. Yang tak lama kemudian membuat orang itu langsung pingsan dan jatuh kebawah.

"Apa-apaan orang itu," hardik Shin dengan tatapan kesal.

Tak lama kemudian, puluhan orang langsung mendatangi area Shin. Orang-orang berseragam armor canggih itu mengeluarkan semacam kristal berwarna hijau, yang kemudian membuat orang yang baru saja Shin buat pingsan berubah menjadi orang lain.

"Apakah dia?"

"Ya, benar kapten. Dia adalah buronannya."

"Bagus."

"Hey kau yang di sana, terima kasih sudah membantu kami menangkap buronan ini." Orang yang terlihat seperti kapten itu mendatangi Shin sambil membuka armor bagian kepalanya.

"Eh? Buronan?" Shin menanyakan dirinya sendiri dengan kebingungan.

"Ummmm, tuan?" Seorang laki-laki yang berwajah sangat gagah itu memanggil Shin karena terlihat termenung.

"Ah, maaf. Memangnya dia telah melakukan apa?" Shin membuang ekspresi bodohnya lalu menatap lelaki itu.

"Yah, kalau itu. Dia melakukan banyak sekali pencurian, pemalsuan, dan paling parah beberapa kali membunuh. Dengan kemampuan meniru semua orang yang telah ia lihat dia jadi sangat sulit untuk di tangkap. Beruntung kami sudah mengetahui wujud aslinya. Sekali lagi terimakasih telah membantu kami menangkapnya."

"Gilee, ada juga kekuatan seperti itu rupanya."

"Begitu, tak masalah. Ngomong-ngomong karena bertemu dengan kalian, apakah disini sudah dekat dengan zona aman?" tanya Shin yang melirik ke belakang laki-laki itu.

"Kalau soal itu benar, apakah tuan berasal dari zakaerta yang berniat pergi kesana? Tapi saya sama sekali tidak melihat kendaraan atau peralatan apapun," jawab laki-laki itu sambil melirik seluruh tubuh Shin yang memakai pakaian compang-camping.

"Kendaraan? Tidak, aku pergi hanya dengan diriku sendiri."

"Yah, walau sebenarnya aku terbang. Tapi karena itu adalah kemampuanku, perkataanku tak salah, kan?" tambah Shin di dalam hati sambil tersenyum bodoh.

"Tunggu! Bagaimana orang ini dengan santai berjalan menuju zona aman Maidan? Padahal jaraknya hampir 2000km. Terlebih dia harus melawan monster-monster yang sangat kuat di daratan. Sepertinya aku harus berhati-hati dengan tindakanku kedepannya," gumam Laki-laki gagah itu di dalam hati dengan waspada melihat Shin.

"Begitu rupanya. Sebagai imbalannya, apakah tuan ngin saya antarkan ke Maidan?" tawar lelaki itu sambil mengulurkan tangannya

"Maidan? Jadi itu nama kotanya," balas Shin di dalam hati.

"Dengan senang hati," balas Shin yang saat itu menerima uluran tangannya.

"Nama saya Andi, semoga anda menikmati perjalanannya."

"Shin, tentu." Shin tersenyum dengan lembut.

Namun, mata Andi seketika membesar dan wajahnya merasa begitu kaget melihat bayangan berkumpul di sekitar Shin. Karena Shin ingin menghindari kejadian dia di anggap pengemis. Lebih baik mengenakan seragam Silance Sistemnya kan?

Dengan bayangan gelap pekat yang menjadi kostum Shin, dan topeng yang menutupi bagian matannya. Membuat aura disekitar Shin sangat berubah, dari pria ramah menjadi sosok yang sangat berbahaya. Jika kau menatap mata Shin, maka dia akan menatap balik dengan mata yang berwarna merah dan sangat menakutkan. Begitulah yang dirasakan oleh Andi saat ini.

"A-ayo tuan Shin," ucap Andi yang langsung mempersilahkan Shin lewat dengan nada yang sangat hormat.

"Oke," balas Shin dengan santai dan berjalan menuju pesawat mereka yang terparkir tak jauh dari sini.

"Persetan! Aku sangat beruntung karena bersikap baik dan tak menuruti egoku saat melihat lelaki berpakaian compang-camping. Semoga saat aku tiba di sana tidak ada yang melakukan kesalahan bodoh," seru Andi di dalam hatinya sambil berkeringat dingin.

>>Bersambung<<

~Higashi