webnovel

Rebirth Of The Queen

"Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Kita adalah jiwa yang sama" -Fu Xie Lan- . . . Dikhianati oleh organisasinya, jiwa Clara terlempar ke tubuh putri dari wanita yang dituduh berkhianat. Berada pada dunia yang sama sekali tak pernah ia duga. Semua hal yang pernah dianggapnya hanya mitos benar-benar menjadi nyata. Sihir? Demon? Peri? dan segala jenis makhluk immortal berkeliaran di sana. Dipertemukan dengan pemuda yang selalu mengikuti dan memanggilnya ibu. Dan sebuah jiwa lain yang ikut tersegel di dalam tubuhnya, serta misteri tentang kejadian 700 tahun lalu yang selalu membayanginya. Bagaimana Clara menghadapi semuanya? Bagaimana cara ia terbebas dari segel yang ada di tubuhnya dan membalaskan dendamnya? Siapa pemuda yang selalu memanggilnya ibu? Mampukah ia membalaskan dendamnya? Jawabannya ada di dalam cerita ini.

Gloryglory96 · Fantasy
Not enough ratings
473 Chs

Bab 3 Penyiksaan

Artland World

Malam itu sangat terang, cahaya purnama menyinari setiap sudut kota, lampion warna warni memenuhi cakrawala. Berbagai macam pernak pernik menghiasi seluruh alun alun kota. Tawa riang terdengar sana sini memecah keheningan. Setiap insan bersuka cita seolah melupakan segala hal seakan mereka hanya hidup untuk malam ini saja.

Sebuah kerajaan yang luas dan makmur, kesejahteraan dan sumber dayanya yang melimpah membuatnya disegani dan dikenal luas oleh seluruh kerajaan yang ada di benua tengah. Kerajaan Zu, kerajaan yang dipimpin oleh sesorang yang Tangguh, Kaisar Fu Qing.

Malam yang penuh kebahagiaan bagi seorang gadis, kebahagiaan yang meresap ke nadi setiap makhluk. Fu Xie Yan, seorang gadis yang pada malam ini menginjak umur 16 tahun, menjadi putri kesayangan raja, kecerdasan dan parasnya yang cantik membuatnya sangat dikagumi oleh semua orang.

Utusan dari berbagai kerajaan turut menghadiri undangan, beberapa pangeran dari negeri negeri tetangga ikut merayakan moment langka ini dengan maksud untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan putri raja, Fu Xie Yan.

***

Berbeda dengan perasaan suka cita yang dirasakan setiap insan, suasana di sebuah gubuk tua yang begitu terisolasi dan sangat jauh dari keramaian begitu kelam.

Seorang gadis duduk terkulai dengan tangan dan kaki terikat, wajahnya pucat, tubuhnya begitu kurus dan tak terawat, samar samar terlihat noda darah yang mulai mengering menghiasi sudut bibirnya. Luka lebam dan sayatan memanjang memenuhi seluruh tubuhnya, pakaiannya terkoyak, tak berbentuk dengan warna yang sudah berubah. Dinilai dari penampilannya, gadis itu sepertinya menerima cambukan beberapa saat yang lalu. Hanya gerakan naik turun di dadanya yang menandakan bahwa gadis itu masih hidup. Sebuah gambaran seseorang yang kembali dari kematian yang mengerikan.

Gadis itu bukan orang lain. Ia adalah Fu Xie Lan, putri sulung kerajaan Zu, kakak Fu Xie Yan yang hanya berbeda dua tahun dengannya.

Jauh ditahun tahun sebelumnya ia sangat disayangi oleh ayahnya Fu Qing, Kaisar yang memerintah saat ini, hingga sampai pada masa itu, masa dimana permaisuri yang merupakan ibunya menerima hukuman mati. Ia dituduh berselingkuh dengan salah satu menteri kerajaan, menyebabkan Kaisar murka. Membuatnya selalu berpikir bahwa Fu Xie Lan seorang putri yang sangat disayanginya bukan tidak mungkin adalah hasil dari hubungan gelap istrinya selama ini.

Sejak saat itu, posisi permaisuri diisi oleh selir utama kerajaan Zu, Ibu Fu Xie Yan.

Semua perlakuan baik yang diterimanya berubah menjadi malapetaka baginya, ibunya mati, ia dikucilkan dan dipandang jijik oleh semua mata yang tertuju padanya.

Siang malam ia disiksa, menderita kelaparan setiap waktu. Sebagai bentuk pelampiasan amarah sang Kaisar yang tak pernah padam. Memikirkan bahwa wanita yang sangat dicintainya mengkhianatinya membuatnya geram. Hanya membunuh pengkhianat itu tak akan pernah cukup baginya.

Dengan akhir yang begitu tragis, Fu Xie Lan menjadi putri yang terlupakan. Keberadaannya tak pernah lagi diterima oleh masyarakat.

"Bagaimana kondisinya?" Seorang wanita disusul beberapa pengawal berjalan menghampiri dua orang yang berjaga di luar gubuk.

"Yang mulia," Kaget, kedua penjaga itu segera tunduk memberi hormat.

"Bangun! aku ingin melihatnya."

"Baik, yang mulia Silahkan." segera salah satu dari mereka memimpin jalan membuka pintu, melangkah masuk.

Di dalam sangat gelap.. tak ada penerangan. Hanya bermodalkan cahaya bulan yang mengintip disetiap celah gubuk sudah lebih dari cukup untuk memberi pandangan terhadap sosok yang diam tak bergerak didepannya.

Mengamati sejenak, Sudut bibirnya terangkat tersenyum penuh kemenangan.

" Sudah cukup. Berhenti menyiksanya," ujarnya sambil terus menikmati pemandangan didepannya.

" Ta...tapi yang mulia... Yang mulia kaisar memerintahkan kami untuk ..." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, wanita itu memotong.

" Sudah, Itu sudah cukup. Terus menyiksanya hanya akan membuang buang waktu. Tinggalkan dia, perlahan biarkan dia menikmati rasa sakit ditubuhnya. Jangan beri makan dan minum, biarkan dia mati kelaparan.. ini titah kaisar." Berjalan berbalik meninggalkan bangunan tua itu.

" Baik yang Mulia. Perintah Kaisar adalah keharusan bagi kami." kembali kedua orang itu tunduk memberi hormat.

Menunggu wanita itu berjalan menjauh kedua orang itu kembali berdiri tegak, saling melirik sekilas kemudian mengangguk beranjak pergi.

Gubuk tua itu kembali sepi, tak ada lagi penjaga, hanya tersisa Fu Xie Lan seorang.

Semua suara suara itu terdengar jelas olehnya, ia sangat menyadari bagaimana ayahnya sangat membencinya, sampai sekarang ia masih belum bisa menerima semua tuduhan atas ibunya, masih belum bisa menerima kematian ibunya. Ia sangat mempercayai ibunya, ia sangat yakin ibunya tidak akan melakukan semua itu. Didalam dirinya, posisi dan semua kemuliaan ibunya masih terpatri dengan jelas dihatinya.

Napasnya semakin lemah, kepalanya terasa semakin berat, menjadi mati rasa perlahan kegelapan merenggutnya. Bulir bulir air dengan patuh membasahi pipinya. Hingga napas terakhirnya ia tak akan pernah bisa menerima semua ini.