1 Chapter 1 : Transmigrate

Nama ku Yuki, saat ini aku berumur hampir 23 tahun, seorang mahasiswi jurusan fashion di suatu universitas dan aku baru menyadarinya bahwa hidup ku hingga saat ini bukan lah hidup yang berarti.

Di umur ku yang seharusnya sudah bekerja dan berpenghasilan sendiri, malah masih menjadi beban orang tua. Aku melihat di media sosial teman-teman seangkatan ku di kampus sudah memiliki pekerjaan dan banyak dari mereka yang sudah sukses. Sedangkan aku masih di sini, tidak beranjak kemanapun, masih menjadi beban orang tua.

Ini bukan salah siapun malainkan hanya salah ku yang terlarut dengan dunia ku sendiri, dunia fantasi yang ntah kenapa masih ada di otak ku. ini membuat ku tidak semangat untuk menyelesaikan study ku yang sudah hampir selesai ini.

Ya, kalian benar, aku hanya mencari alasan untuk rasa malas yang membuat ku tidak terobsesi untuk menyelesaikan tugas akhir ini dan berakhir menjadi beban orang tua hingga detik ini.

Tapi tentang fantasi yang selalu muncul di otak ku, itu bukan sesuatu ke bohongan, hal itu benar adanya, itulah kenapa aku sangat senang membuat cerita, ya walaupun sekali lagi penyakit malas tetap menyelimuti ku.

Aku bukan wanita yang menarik, aku tidak punya banyak kepercayaan diri karena aku tidak merasa bahwa aku adalah wanita yang cantik dan menarik, aku juga bukan wanita yang pintar, aku hanya wanita biasa sekali. Aku juga tidak punya teman yang akan mendukung ku dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan masalah di hidup ku.

Kalian bertanya apa masalah hidup ku?

Ya tentu saja study ku, finansial yang aku tidak ingin meminta lagi jadi aku bahkan menghabis kan uang tabungan ku untuk membayar uang kuliah ku dan sekarang aku butuh uang untuk bahan yang harus ku beli untuk tugas akhir ku dan di ATM ku bahkan tidak ada uang sampai lima ratus ribu.

Keluarga ku?

Ada, tapi aku tidak ingin membebani mereka yang aku tau itu tidak mungkin, sekarang aku masih meminta mereka terkadang, jika mereka tau apa yang terjadi di hidup ku sebenarnya, mereka bisa marah besar mungkin, jadi aku diam dan tidak ingin menambah masalah yang aku miliki.

Terdengaar berlebihan memang dan kalian pasti berfikir "kau seharusnya berusaha untuk mencari uang, bukan hanya diam"

Aku berharap aku bisa dan memiliki keberanian untuk menjadi mandiri, tidak bergantung pada orang lain dan melakukan semua sendiri, aku sangat berharap aku memiliki mental dan kepribadian seperti itu, tapi sayangnya, aku bahkan teralalu kaku dan tidak pandai berbicara dengan baik, selalu pesimis dan insecure.

Aku merasa sendiri....

Saat aku melihat orang lain terlihat sangat bahagia karena ada teman baik yang mendukung mereka, berbeda dengan ku yang hanya bisa diam dan berusaha menguatkan diri sendiri.

Aku punya seseorang yang membuat ku semangat, pria tampan yang terlihat sangat baik. Senyumnya sangat menawan, memiliki tubuh yang tinggi, suara yang bagus dan tarian yang memukau, ia selalu memiliki penampilan memukau di atas panggung bersama dengan timnya.

Kalian bisa menebak?

Ya, itu member grup idol korea...

Haha... bahkan seseorang yang membuat ku bersemangat juga bukan seseorang yang dekat dengan ku, aku merasa tetap sendirian.

Aku melihat grup itu dan selalu iri dengan petemanan mereka yang erat. Menopang satu samalain, mendukung satu samalain, memiliki mimpi bersama. Mereka sangat bersinar, berbeda dengan ku yang selalu bersembunyi di balik banyang-bayang takut ada orang lain yang melihat ku.

Seperti kucing kucing kecil yang kesepian dan penakut, selalu bersembunyi di tempat aman dan takut untuk melihat dunia.

Tidak terhitung sudah berapa kali aku selalu merasa gagal dengan kehidupan ku dan merasa ingin menyerah, padahal ke gagalan yang aku terima juga bukan kesalahan orang lain tapi kesalahan ku sendiri.

Walapun terkadang aku berusaha mencari pembelaan dan alasan kenapa aku seperti ini, seperti, kenapa ibu ku dulu terlalu ikut campur urusan ku membuat ku tidak mendiri? Kenapa ibu ku tidak mendidik ku menjadi orang yang kuat? Dan segudang alasan lainnya.

Pada akhirnya saat berfikir rasional, ini semua karena salah ku, bukan orang lain.

Aku berharap bisa mengulang dunia ku...

Menjadi lebih baik...

Kalau bisa, aku ingin bertemu dengan orang itu saat ia belum bersinar.

Haha...bercanda.

Tapi aku tau itu bukan sesuatu yang mungkin terjadi, jadi aku hanya bisa membayangkan saja.

.

.

.

Pagi ini kakak ku kembali dari bulan madunya dengan istrinya, aku, ibu ku dan ayah ku datang untuk menjemput mereka di bandara dengan mobil kami. saat kami menemukan mereka, kami memutuskan kembali ke mobil.

Hari ini bandara sangat padat sekali, yang aku tau karena grup idol asal korea selatan itu akan datang, di sana ada orang yang aku sukai yang tentu saja tidak mungkin ku gapai.

Aku juga tidak berminat untuk berkerumun hanya untuk melihat mereka, lebih baik tetap seperti ini daripada aku semakin dalam menyukain orang yang mustahil ku gapai, aku hanya ingin tetap menapak di tanah dan tidak berharap, lagipula dia terlalu sempurna untuk ku.

Suara teriakan bergema di sana. Yang aku tau mereka sepertinya sudah sampai.

"kamu nggak mau liat? Itu kan grup yang katanya kamu suka?" mama ku bertanya pada ku sambil memandang ku.

"nggak ma, rame banget, males" aku menjawabnya santai.

"liat aja sebentar, nggak apa-apa, liat doang, kapan lagi kamu bisa liat kumpulan pria tampan?" goda mama ku, aku hanya menatap ke depan dengan tatapan datar.

Apa manfaatnya melihat seseorang yang tidak bisa ku gapai?

Tapi ibu ku ini tetap mendorong ku untuk melihat, ini terlalu ramai, aku tidak menyukainya tapi pada akhirnya aku tetap maju pergi ke kerumunan untuk melihat mereka, aku berharap hanya melihat member lain dan bukan dia.

Tubuh kecil ku terdorong dan mengikuti arus yang ada, benar-benar sangat ramai, semua bau bercampur dan kurasa di sini bukan hanya ada fans dari negara ku saja tapi juga dari negara lain, bahkan ku rasa ada yang berasal dari korea selatan juga.

Aku akhirnya berada di depan dan melihat mereka yang juga sedang berjalan, aku terseret arus tapi ku rasa aku cukup beruntung karena sekarang aku ada di dekat mereka.

Mereka sangat tampan.

Aku hanya memandang mereka yang di jaga ketat oleh tim keamanan dan mataku tetap jatuh pada seseorang yang aku sangat kenal, Jay.

Member yang paling aku sukai, ku rasa dewi fortuna tidak berada di pihak ku membuat ku melihatnya dan aku berharap aku tidak jatuh terlalu dalam setelah ini.

Aku juga melihat member lain dan sampai mata ku jatuh pada seorang wanita yang sangat mencurigakan.

Ia bukan wanita dari negara ku, ia juga selalu melihat ke arah Jay dengan tatapan yang sedikit aneh, wanita ini tidak terlalu asing, aku seperti pernah melihatnya, tapi tidak tau di mana aku pernah melihatnya.

Aku jadi tidak fokus melihat grup itu dan berakhir dengan melihat wanita ini, aku melihat pisau yang tersimpan di saku jaketnya. Aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan dengan benda itu dan darimana ia mendapatkannya.

Aku melihatnya mendorong dua orang lainnya ke arah penjaga yang tentu saja di hadang dan ia maju. Semua terjadi sangat cepat, ia maju dan menembus penjagaan ke arah Jay, saat ia maju aku juga ikut berlari berusaha mendahuluinya.

Dari samping aku berteriak "Jay!!!!" dan aku berhasil sampai di depannya, ntah bagaimana. Aku ingin menghalangi wanita ini dengan mendorongnya, tapi aku hanya diam aku mendengar kesunyian sesaat.

Aku merasa sesuatu yang sangat menyakitkan menembus tubuh ku, aku melihat dengan jelas ekspresi kaget wanita itu, setelah aku teliti lagi, bukan kah orang ini sesaeng?

Tak lama wanita ini di tangkap oleh pihak keamanan dan tiba-tiba tubuh ku kehilangan kekuatannya, aku hampir jatuh jika tidak di topang seseorang di belakang ku yang aku tidak tau siapa.

Aku tidak mendengar apapun dan hanya menutup luka di perut ku yang sangat menyakitkan dengan tangan ku, darah merembes dari sana.

Seseorang di belakang ku menidurkan ku di sana dan melihat luka ku dengan tatapan terkejut. aku hanya samar bisa melihat wajahnya.

Orang ini... Jay?

"you ok?"

Aku tidak bisa menggerakan tubuh ku, rasanya mati rasa menyelimuti ku.

"yeah... just want to rest...." ucap ku perlahan.

Setelahnya aku hampir tidak bisa menebak apa yang terjadi.

Apa aku mati?

Aku hanya bisa melihat orang-orang yang datang dan pergi di atas sebuah kuburan yang aku tau itu adalah milik ku, meyakinkan ku bahwa hidup ku berakhir, aku melihat keluarga ku bersedih dan menangis.

Ahhh... ternyata mereka menangis.

Aku selalu bertanya-tanya jika beban sepertiku pergi, apa ada yang akan menangis atas kepergian ku?

Setelah semua yang terjadi aku baru menyadarinya bahwa ada mereka dan aku tidak sendirian.

Pengelihatan ku jatuh pada dua orang pria yang asing namun tidak terlalu asing, itu Jay dan managernya. Wajah itu tampak bersedih dan bersalah, manager di sampingnya menepuk bahunya berusaha menguatkannya.

Kenapa ia merasa seperti itu? Dia tidak mengenal ku, seharusnya ia tidak merasa bersedih.

"kita pergi" aku mendengar suara asing di sebelah ku, aku menatapnya, sosok berjubah putih dengan surai lurus berwarna putih juga, ia sangat terang bercahaya, yang aku tau sosok ini memang terbuat dari cahaya, tatapannya datar dan tampak tidak memiliki emosi, sangat kuat dan mengintimidasi. Malaikat maut.

Ia berbalik menatap ku dengat mata indah namun dinginnya "ada apa? Kau ingin bernegosiasi dengan ku? kau tau jawabannya"

Aku hanya tesenyum ke arahnya "tidak... aku hanya mengagumi mu" ia mengintimidasi dan tampak menekan ku, membuat ku takut.

Sosok di sebelah ku terdiam sesaat "manusia memang tidak pernah puas" aku mendengar nada sinis di sana.

Aku terkekeh pelan dan menatap ke arah keluarga ku yang sedang berduka "kau benar, aku setuju" pada kenyataanya aku memang setuju dengan ucapannya, manusia tidak ada yang pernah merasa puas, bahkan banyak yang berusaha menjatuhkan orang lain demi berada di atas, aku membenci orang semacam ini tapi pada kenyataannya aku juga sama, tidak menyadari dan tidak bersyukur dengan apa yang sudah di berikan pencipta "tapi itu memang sifat manusia kan?"

".... ya, merasa kalian adalah makhluk paling tinggi, tidak peduli dengan bahkan sesama manusia dan seolah tau apapun, menjijikan"

Ugghhh.... itu menyakitkan tapi sayangnya aku pun setuju.

"kau benar"

"kita pergi"

Ku hanya diam dan mengikutinya, aku berfikir ia akan membawa ku pergi ke alam kubur, tapi ternyata, ia membawa ku pergi melihat orang-orang yang berduka untuk ku selama beberapa hari, tentu saja keluarga ku dan yang tidak kusangka-sangka... Jay.

Aku melihatnya memegang sebuah kalung berbentuk kunci, itu milik ku. aku tau Jay adalah orang yang lembut, aku bisa menebaknya dari aura dan gerak-geriknya, nampak diam, namun ia memperhatikan orang di sekitarnya, aku penahsaran, orang-orang di sekelilingnya menyadari bahwa ia peduli atau tidak.

Ia tidak menangis, ia hanya diam dan menatap kalung itu sangat lama, aku tak tau apa yang di fikirkannya, ku rasa itu perasaan bersalah dan shock.

Tak lama aku mendengar seseorang memasuki kamar Jay, itu leader grup.

"Jay? Sudah makan?"

Mereka menggunakan bahasa yang sebenarnya asing dengan ku, tentu saja, tapi hebatnya, aku faham dan mengerti dengan apa yang mereka ucapkan!

Aku terkejut tapi aku berfikir ini efek dari kematian ku. hebat juga.

Aku melihat Jay terdiam sesaan dan tak lama menatap wajah Leadernya, aku tidak mengerti dengan tatapan itu.

"belum"

Leader itu mendekat ke arah Jay yang saat itu sedang setengah tiduran di atas kasurnya.

"makanlah dulu Jay, aku membawa makanan, yang lain menunggu mu..." ucapnya lembut, ia mengusap surai hitam adiknya itu. Ia leader yang baik, sudah ku duga.

Jay terdiam sesaat dan berdiri, ia memasukan kalung milik ku ke dalam saku celananya dan keluar kamar bersama dengan leadernya.

"jadi? Bagaimana menurut mu?" tanya sosok di sebelah ku.

"apanya yang menurut ku?" tanya ku, aku masih menatap kepergian mereka yang walaupun saat itu hanya pintu yang tertutup.

"tentang kehidupan mu"

Aku terdiam sesaat dan menatap sosok di samping ku "hanya sebuah kegagalan yang ku buat sendiri" ucap ku tanpa ekspresi.

"kau benar" sosok itu menjeda ucapannya "menurut mu, siapa aku?" tatapan mata itu tetap sama, indah namun tajam dan mengintimidasi, aku tau tidak semua makhluk sepertinya sama indahnya, tapi yang ada di dekat ku ini tidak terlalu seram.

"malaikat maut?" tebak ku. sudah jelas kan? Aku sudah mati dan ia ada di sebelah ku, apa lagi kalau bukan malaikat maut?

"salah"

Aku tercengang sejenak "ha?"

"salah" ulangnya "menurut mu untuk apa aku bertemu dengan mu?"

"uhhhh, tentu saja untuk mencabut nyawa ku" jawab ku sedikit ragu.

"aku bukan malaikat pencabut nyawa, tugasnya sudah selesai setelah kau menghembuskan nafas terakhir" masih dengan suaranya yang sedikit menyeramkan dan mengintimidasi

"tunggu, jika bukan? Kau ini apa?"

"malaikat"

"....." memaki malaikat itu apa perbuatan dosa? Aku sudah mati apa amal ku masih di catat? Malaikat pencatat amal, jika kalian berdua di sini, bisa jawab pertanyaan ku?

"aku malaikat yang di utus untuk membawa mu kembali" aku tau, aku tau kau akan membawa ku kembali ke tangan pencipta, aku tau itu. Tunggu, itu bukan tugas malaikat maut? "kembali ke masa lalu"

".... ha?" Aku menatapnya tidak percaya.

"aku tidak tau kenapa pencipta ingin mengembalikan mu ke masalalu dan mengulang kehidupan mu"

Aku masih terdiam, tidak terlalu mendengarkan ucapan sosok di sebelah ku.

"kau bukan manusia suci yang bersih, kau sangat kotor dan menjijikan, kenapa pencipta memberi mu kesempatan? Bukan kah ini tidak adil?"

Aku merubah tatapan ku menjadi datar. Aku rasa, ada yang salah dengan makhluk di sebelah ku ini, setau ku malaikat hanya akan menjalankan perintah tanpa mempertanyakan apapun, tapi makhluk ini malah seolah sedang kesal.

"kau... bukan di utus karena kau membuat masalah kan?" tanya ku.

Ia berbalik menatap ku dengan tatapan tajam mengintimidasinya lagi "kau tidak tau apapun manusia hina"

"terserah lah, just do your job" aku sudah lelah dan tidak ingin berdebat dengan makhluk ini.

Makhluk di sebelah ku mengeluarkan cahaya yang sangat terang, sampai mata ku terasa menyakitkan. Tubuh ku serasa di tarik dengan kuat, rasanya sangat remuk, aku tidak bisa bergerak, bahkan aku merasa sepertinya saat aku di tusuk lebih baik daripada ini. Tak lama semua gelap, kegelapan tanpa batas.

"heyyy, kau dimana?" aku berteriak mencari sosok yang beberapa hari ini ada di sebelah ku, namun aku tidak menemukan siapapun, sunyi dan gelap, semakin lama semakin terasa mengerikan.

Walaupun terkadang ucapan malaikat itu menyakitkan, itu masih lebih baik daripada sendirian seperti saat ini.

"bangun hey" samar aku mendengar suara, seperti suara ibu ku. apa aku terlalu merindukannya?

"sekolah nggak? Cepet bangun kalo mau sekolah" suara itu semakin jelas terdengar, ku fikir aku mulai berhalusinasi.

Tunggu, malaikat itu bilang ingin membawa ku kembali ke masalalu, itu artinya aku kembali hidup?

Aku melihat cahaya yang sangat terang dan saat tersadar aku membuka mata ku dan bangun "cepet bangun kalo mau sekolah, nanti telat" aku melihat ibu ku berusaha membangun kan ku, saat melihat aku sudah membuka mata, ibu ku segera menjauh dan aku juga berusaha menapakan kaki ku ke lantai.

Tubuh ku rasanya masih agak sedikit sakit, tidak bisa kah aku beristirahat sejenak?

Saat aku berhasil berdiri, aku menyadari suatu hal. Ini bukan kamar ku yang berantakan, ini kamar ibu dan ayah ku dengan tatanan yang aku ingat jaman dulu. aku merasa benda-benda di sekitar ku juga besar.

Salah.

Aku yang berubah jadi kecil! Ini tubuh ku saat aku masih kecil.

avataravatar
Next chapter