webnovel

Reason : May I Loving You?

Bagi Feby, dia adalah cahaya yang tiba - tiba menerobos ke dalam hidupnya. Alasannya untuk tetap bertahan, alasannya untuk melanjutkan kehidupan. Namun, gadis itu tahu, bagi Angga dia mungkin hanyalah gadis pembuat onar yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya. Pengusik yang mengganggu hari-harinya. "Alam, jika dia tidak pernah datang di hidupmu. Apakah aku memiliki kesempatan untuk mencintaimu?"

Felicia_Dee · Teen
Not enough ratings
2 Chs

Chapter 1. Dia Siapa?

"Sahabat bukanlah mereka yang datang ketika butuh, tetapi mereka yang datang saat semua orang menjauh."

☔☔❄☔☔

Hawa panas dari sinar matahari membuat seorang cewek yang sedang berdiri berbaris di barisan paling belakang mati-matian menahan dirinya untuk berlari ke bawah pohon. Berteduh.

Cewek pemilik nama Febriani Alana Putri itu membungkukkan sedikit tubuhnya, menjadikan orang dihadapannya sebagai tameng untuk menghindari panas terik matahari.

Feby, merasa sedikit lega karena setidaknya hawa panas yang ia rasakan bisa sedikit mereda. Feby, benar-benar membenci hari ini, hari senin dimana semua penghuni SMA Angkasa harus berdiri berbaris rapi di bawah panasnya terik matahari.

"Ini kapan selesainya sih? Gue bisa gosong kalau gini caranya." Feby menggerutu kesal sambil melirik perempuan yang berdiri disampingnya.

Kayla, salah satu sahabat Feby menoleh. Ia memutar bola matanya malas, "Sabar aja kali, dari tadi lo kayak cacing kenapasan tau gak. Dilihat Bu Rohaya baru tau rasa lo." Kayla, cewek tomboy. Jadi, hal kecil semacam berdiri dibawah terik matahari adalah hal biasa baginya. Apalagi dia adalah anak Paskibra dan Karate. Panas Matahari adalah temannya.

Mendengar nama Bu Rohaya disebutkan, Feby langsung berdiri tegak. Ia memperhatikan ke arah sekitarnya mencari guru paling fenomenal di SMA Angkasa itu.

"Untung gak ada." Feby mengelus-elus dadanya lega. Perempuan itu kemudian kembali melirik Kayla dan berucap kesal, "Lo jangan sebut-sebut nama tuh guru deh, horor gue ngedengernya." Feby berdigik ngeri.

Kayla terkekeh, tau akan maksud ucapan Feby. Seminggu yang lalu, Feby lupa membawa topi untuk upacara dan Bu Rohaya memergokinya. Alhasil dia disuruh jalan jongkok di lapangan sebanyak lima putaran membuat cewek itu menjadi tontonan anak-anak lain.

"Makanya, taat aturan."

Feby mendengus, ia mengacuhkan segala ucapan Kayla dan memilih menutupi wajahnya menggunakan topi. Menghalangi panas matahari yang mungkin saja akan membakar wajahnya.

"Pemimpin upacara meninggalkan lapangan upacara, Barisan di bubarkan."

Mendengar itu Feby menghembuskan nafas lega. "Akhirnya...."

"Yuk, ke kelas. Jangan sampai lo pingsan disini. Bisa repot gue."

Feby hanya pasrah saja saat Kayla merangkulnya menuntun kakinya yang terasa lemas berjalan menuju kelas mereka yang berada dilantai dua.

Tai! Ini mah, pembunuhan secara perlahan. Fikirnya menggerutu saat memikirkan harus menaiki tangga dengan kondisi seperti ini.

"Kita ke kantin saja dulu, gue mau minum sekalian istirahat, gak kuat kalau harus naik tangga lagi."

Kayla hanya mengangguk kemudian menuntun Feby ke arah kantin. Sahabatnya yang satu ini memang gampang lelah, waktu dihukum Bu Rohaya saja Feby hampir pingsan padahal dia baru melaksanakan hukumannya tiga putaran.

Suasana kantin terlihat ramai dan riuh. Beberapa kali ada yang menyapa Feby dan Kayla yang hanya dibalas senyuman ala kadarnya. Feby, sedang tidak ingin beramah tamah saat ini.

"Kay, beliin minum dong." Pinta Feby memelas saat mereka menduduki salah satu tempat yang kosong tepat di tengah-tengah kantin.

Kayla hanya menganggukkan kepalanya, kemudian pergi ke arah stand minuman yang terlihat ramai dengan Siswa-siswi lainnya.

"Woi! Lemes amat Neng. Belum makan lo?" Seorang cewek menggebrak meja yang ditempati Feby membuat cewek itu mendelik kesal.

"Ratna, lo kebiasaan banget sih! Udah dibilang jangan sering-sering ngagetin gue." Gerutu Feby, sembari menatap kesal perempuan yang sudah mengambil tempat disampingnya itu.

Ratna, salah satu sahabatnya itu hanya mengangkat bahunya acuh sembari meminum air botol di tangannya.

"Waktu hari jumat lo gak masuk lagi yah, Feb?"

Feby menatap perempuan dengan rambut dikuncir di hadapannya.  Diam sama sekali tak berminat untuk menjawab pertanyaan yang sudah diketahui dengan pasti jawabannya oleh sahabatnya itu.

"Pake nanya lagi lo Kin, Nih anakkan emang suka gitu. Keseringan gak masuk sekolah." Cibir Ratna.

Feby hanya mendengus, tak sedang ingin meladeni Ratna dengan keadaan tenggorokan kering seperti ini.

"Feb, nih air lo. Jangan lupa ganti uang gue." Kayla menaruh sebotol air mineral tidak dingin dihadapan Feby yang langsung disambar oleh cewek itu.

"Perhitungan amat lo Kay, temen sendiri juga." Kinar  mencibir sembari bergeser karena Kayla ingin duduk disampingnya.

"Cih, itu duit mau gue pake bayar iuran karate. Lo tau sendirikan nyokap udah potong uang jajan gue." Raut wajah Kayla berubah kesal mengingat fakta itu.

Ketiga cewek di meja itu kompak tertawa, mengingat kembali saat Kayla curhat di grup chat mereka bagaiman Ibunya memarahinya habis-habisan karena pulang jam sembilan malam.

"Makanya, jangan keasikan pacaran sama si Doni sampai lupa pulang." Feby yang sudah merasa lebih baik setelah meneguk hampir setengah botol minuman mulai mengejek temannya itu.

"Tau, lagian gue heran deh. Model cowok perfect kayak Doni mau-maunya sama lo?" Ratna memberikan pandangan menilai ke arah Kayla, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya melihat penampilan yang sama sekali tak ada kesan feminim-feminimnya itu. Andai saja Kayla tidak pakai rok, mungkin Ratna akan mengira Kayla adalah seorang cowok.

Lihat saja penampilan cewek itu, rambut yang digulung asal, Wajah yang super duper polos tanpa riasana apapun, belum lagi kedua lengan baju cewek itu yang dilipat dan kancing atas yang terbuka. Dan yang paling mencolok adalah kalung laki-laki dan anting-anting yang hanya berupa tindik hitam yang dia pakai. Dimana kesan feminim cewek itu?

"Maksud lo apaan ngomong gitu?" Tanya Kayla tersinggung, jika saja ke tiganya bukan sahabat sedari kecilnya. Sudah lama mereka bonyok oleh tinjunya.

"Maksud Ratna, lo terlalu laki buat cowok kayak Doni." Celetuk Kinar tanpa dosa mengundang tawa dari Ratna dan Feby.

Kayla mendengus. Kenapa gue bisa temenan sama titisan setan sih? Fikirnya menyesal.

"Udahlah, mereka udah putus juga." Feby berkata tanpa rasa bersalah kembali mengundang tawa dari Ratna dan Kinar, sama sekali tak peduli dengan suasana hati Kayla yang menjadi mendung mengingat fakta menyebalkan itu.

"Si Doni udah sadar tuh!" Ratna memegang perutnya yang mulai terasa sakit.

Beginilah pertemanan mereka, saling mengejek dan menjatuhkan, tetapi akan jadi orang pertama juga yang akan mengulurkan tangan.

"Udah puas lo semua ketawa? Bully aja gue terus, gue sudah pasrah."

"Tampang lo kan emang muka-muka minta di bully." Feby membuka botol minumannya dan kembali meneguknya. Ia melirik arloji yang bertengker manis di tangannya. Pukul 08.34, Mereka setidaknya masih mempunyai waktu 25 menit sebelum jam pertama dimulai.

"Lo budek yah?!"

Suara bentakan itu berhasil menarik perhatian kempatnya, bahkan seisi kantinpun menoleh melihat ke arah pojok kantin dimana seorang cowok sedang memarahi seorang cewek yang terlihat tidak peduli dengan bentakan cowok itu.

Feby tidak bisa melihat wajah cowok itu  karena cowok itu membelakangi tempat mereka duduk. Feby hanya bisa melihat punggung kokoh dan sebuah earphone putih yang tersampir dilehernya. Feby melirik si cewek dan tau siapa cewek itu karena wajahnya bisa terlihat jelas dari tempat mereka duduk.

"Tuh Cabe kenapa lagi?" Tanya Feby heran.

"Biasa dia mungkin ngeganggu si Angga lagi. Emang tuh cewek kayaknya gak punya malu deh, udah ditolak mentah-mentah juga. Masih aja ngintilin Angga."

"Angga?" Feby bergumam tanpa sadar yang berhasil menarik perhatian ketiganya.

"Kenapa?" Feby bertanya heran melihat pandangan ketiga temannya itu seolah dirinya adalah alien dari planet lain.

Ratna menatap Feby dengan horor,  "Lo gak tau Feb?" Ratna bertanya dengan raut tak percaya, apalagi melihat Feby yang dengan polosnya menggeleng.

"Omegot! Gue kira lo cewek terupdate di SMA Angkasa. Ternyata lo kudet banget!"

Feby mendengus, bukannya sombong Feby memang adalah salah satu cewek populer di SMA Angkasa jadi informasi apapun pasti akan mudah ia dapatkan. Tetapi, bukan berarti Feby akan mencari tahu segala berita terupdate disekolah, apalagi yang tidak penting. Menurut Feby itu hanya akan membuang-buang waktunya saja.

"Heboh amat lo." cibir Feby yang menurutnya Ratna terlalu berlebihan.

"Demi Upin-ipin yang gak pernah gede-gede! gue kasih tau lo sekarang." Ratna mengambil nafas panjang kemudian menghembuskan secara perlahan. "Dia itu Febian Anggara, baru pindah dua bulan lalu. Dia anak pindahan dari Singapore dan gak kalah penting dia cucu pemilik yayasan!" Ratna berkata menggebu-gebu.

"Ditambah dia itu super duper ganteng. Gak kebayangkan lo? Udah ganteng, pintar, tajir lagi. Di kelas aja dia udah bisa ngegeser posisi Indah yang awalnya anak kesayangan guru." Kinar menambahkan dengan raut wajah kagumnya.

"Tapi sayangnya dia itu susah di deketin, orangnya sadis. Gak punya hati. Si Meta aja ditolak mentah-mentah di depan umum sama tuh cowok." Kayla ikut menambahkan.

Feby menaikkan sebelah alisnya, mengapa dia tidak tahu ada insiden dimana cewek cabe-cabean busuk yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya itu ditolak mentah-mentah. Apalagi di depan umum.

"Kok gue gak tau kalau Si Cabe ditolak sama tuh cowok?"

Kayla terlihat berfikir, kemudian menjentikkan jarinya setelah mengingat sesuatu "Waktu itu, lo gak masuk sebulan. Jadi lo gak tau kalau ada murid baru sama insiden penolakan tuh cowok."

Feby membulatkan mulutnya ber 'Oh' ria. Ia kembali melirik ke arah dimana keributan tadi berasal, namun cowok itu sudah tidak ada, hanya menyisahkan Meta yang terlihat emosi dan ditenangkan oleh pembokat-pembokat yang Feby anggap bodoh. Mau-maunya menjadi bayang-bayang model cewek sok kecantikan kayak Meta.

"Udah mau masuk nih, ke kelas yuk Feb. Jangan sampai tuh guru Fisika ngehukum kita gegara telat masuk." Ajak Kayla sembari berdiri dari duduknya. Memang diantara keempatnya hanya Kayla dan Feby yang mengambil jurusan yang sama, Yaitu IPS. Sedangkan Ratna mengambil jurusan Bahasa dan Kinar yang paling pintar diantara mereka mengambil jurusan IPA.

Feby menganggukkan kepalanya, ia melirik ke arah kedua temannya yang masih terlihat santai "Lo berdua gak ke kelas?"

Ratna mengangkat bahunya acuh "Nanggung, tunggu bel bunyi aja."Jawab Ratna acuh.

Feby menggeleng-gelengkan kepalanya. "Yaudah, gue sama Kayla ke kelas dulu. Istirahat nanti kita ketemuan ditempat biasa aja."

Kinar dan Ratna mengacungkan jempolnya mengerti.

Setelahnya Feby dan Kayla melenggang pergi meninggalkan area kantin menuju ke kelas mereka yang berada di lantai Dua. 11 IPS 3.