290 CH.290 Ambruk

Pertarungan kurang lebih sudah terlewat sekitar 40 persen setidaknya karena kemunculan monster kelas evolusi tujuh telah dikonfirmasi. Kami percaya dengan prediksi yang ada, monster kelas evolusi tujuh setidaknya akan muncul dalam jumlah sekitar tujuh ekor sampai puluhan.

Yang mulai merepotkan adalah monster kelas evolusi depalan dan sembilan, bahkan sepuluh atau lebih mungkin. Kalau jumlah mereka sama banyaknya dengan monster kelas evolusi tujuh, itu akan membuatku kewalahan dalam keadaan normal.

Namun kali ini akan akan melepaskan seperlima batasanku seolah mendekatkanku dengan maut kalau boleh dibilang. Semakin sering aku menggunakan kekuatan dewa, semakin lemahlah tubuhku dan mendekati kematian.

Walau begitu, tidak ada yang perlu kutakutkan karena kalau aku mati pun, pasti kerjaan dewa takdir akan menghidupkanku lagi entah di mana. Kematian bukanlah yang kuharapkan, tetapi kalau memang tidak bisa dihindari baru aku menyerah meskipun aku tidak ingin.

Daripada aku membahayakan keluargaku dan teman-temanku, mending aku yang mengorbankan diriku. Perasaan ini sudah menjadi satu denganku sejak kematian Kiera yang pertama kali. Semua itu menyadarkanku sampai membuatku mampu melakukan ini.

Dalam hal normal, orang pasti menghindari kematian sebisa mungkin, tetapi aku sudah berkali-kali mengorbankan nyawaku untuk orang lain. Memang bisa dibilang kasus yang sama, tetapi setiap kali pengulangan waktu, semuanya terasa berbeda jalan ceritanya, walau akhirnya sama.

'Kalian tidak akan menghentikanku bukan?'

[Kenapa kami harus menghentikanmu, bertarunglah, itu pertarunganmu, bukan pertarungan kami. Juga kalau sampai kehilangan kesadaran lagi, paling kau berakhir di sini lagi. Walau kami senang ada teman, hindarilah sebisanya.]

'Hahaha, aku paham. Baiklah, mari kita hajar pantat monster-monster ini dan menyadarkan dewa-dewa sialan itu yang menonton kita layaknya film.'

Bahkan aku sendiri pun bisa menyadari ada yang mengawasiku dari jauh walau aku tidak bisa menemukan jejaknya. Bagaimana pun, Kuroshin adalah dewa yang hampir maha mampu, aku takut kekuatannya membuatnya tidak goyah sedikit pun walau dalam tekanan.

Itu membuatku berpikir lebih keras, bagaimana sebenarnya cara mengalahkan Kuroshin? Aku tahu hal yang dipikirkan dengan waktu yang sangat lama dan usaha yang ekstra. Namun semakin lama aku berpikir, semakin itu mengusik diriku untuk mencari tahu dan balas dendam.

Kusadari dengan jelas banyak orang yang pasti protes kenapa diriku malah mengambil jalan yang salah? Tenang saja, aku tidak akan menjadi salah satu penjahat sialan itu. Setidaknya aku juga tidak ingin dianggap pahlawan. Maka sekarang aku adalah anti-hero.

"[Re: I'm God Partial 5]."

Sebagian batasan ditiadakan, sekejap saja aku bisa merasakan kekuatan mengalir dalam tubuhku. Jelas, guna batasan ini adalah untuk menghindari diriku kelelahan dan mati karena terus-terusan dalam wujud dewa sepenuhnya.

Walau aku mampu menggunakan kekuatan dewa, tetapi pada dasarnya kekuatanku belum mencapai kualifikasi yang dibutuhkan. Kupastikan aku akan mencari tahu bagaimana menggunakan kekuatan penuh bahkan tanpa perlu khawatir soal pingsan dan lainnya.

Sudah kubuktikan, bukan hanya latihan fisik atau sihir yang mempengaruhi sebuah sihir itu, tetapi kemampuan psikologi. Terbukti, semakin dalam psikologinya, dan aku tahu jelas kegunaannya, contohnya cara membuat sihir apa pun itu di lain waktu.

Menunggu para monster muncul terus-menerus, aku bersiap melanjutkan rencanaku yang sudah runtuh tadi karena keegoisanku. Mungkin aku tahu jelas kenapa setiap kali aku kalah itu karena apa. Hanya satu, karena aku tidak ingin merubah sifat burukku yaitu egois dan emosian.

"Matilah kalian!!"

"Jangan paksa dirimu Sin!"

Partial God atau bisa dikatakan sebagian dewa itu membuatku hanya bisa memunculkan setengah pasang sayap yang harusnya muncul dua pasang. Itu tidak masalah, satu sayap pun sudah membantuku bergerak dengan cepat dan mengembalikan keseimbanganku kalau perlu.

Otakku bekerja secara parallel dan membuat rencana sambil bertarung. Kalau aku bertarung secara brutal, staminaku akan langsung jatuh ke titik paling bawah. Sebenarnya ini cara yang tidak cocok untuk melawan semuanya ini sendiri, tetapi ini memang kesukaanku, Assassin.

Dengan mencondongkan tubuh setidaknya 60 derajat ke depan, itu membuat angin yang melewaktiku bukannya memperlambat, tetapi mempercepat. Jujur, kalau tidak terbantu dengan sayap, setiap gerakanku akan memakan stamina dengan cepatnya.

"Manusia…? Bukan, kau adalah separuh dewa bukan?"

"Siapa!?"

Secepat kilat aku menolehkan kepalaku ke arah suara tersebut. Aku dengan jelas mendengarkan bahwa itu bukanlah suara manusia, apalagi teman-temanku. Sekejap juga aku menghentikan pergerakanku untuk menyeimbangi arah kepalaku tertoleh.

Tidak kusangka apa yang kupandang itu berlapiskan kabut hitam yang cukup pekat dan menunjukkan wujud sebesar monster kelas evolusi lima atau enam yang hanya 2 meter sekian. Siapa yang tidak terkejut melihat itu, sejauh ini tidak kuketahui ada monster yang bahkan mampu berbicara dan berpikir layaknya manusia.

"Tidak perlu kau mengetahui namaku. Aku akan segera menghajarmu dan membalaskan dendam semua pasukan dan temanku."

"Justru kalianlah yang mengacaukan dunia ini. Kenapa kalian tidak tinggal diam di dunia sana hah!? Jika kalian tidak mengusik kami, ini semua tidak akan terjadi."

"Mana bisa kami membiarkan nyawa para pendahulu kami sejak ratusan tahun yang lalu terlewat begitu saja. Kalian para manusia badjingan akan membayar habis darah yang tercurah sejak dulu sampai sekarang."

Mulutku tertutup kencang mendengar itu. Segera saja aku memproses informasi itu dan meminta IAI dengan perintah di otak, untuk mencari tahu kebenaran soal itu. Sebenarnya aku pun mengerti bahwa sebenarnya manusialah yang memulai semua ini dan mendesak para monster.

Biar kutebal, dulu para monster bahkan belum sebrutal ini dan merencanakan untuk mengacaukan dunia ini. Namun seiring waktu, dendam darah semakin terkucur membuat mata mereka buta akan keadilan dan ketakutan.

Tidak perlu berpikir terlalu jauh, aku bisa melihat dengan jelas mata merah tua mereka itu adalah hasil dari kebencian yang pekat dalam diri mereka. Bahkan boleh dikatakan bahwa tidak ada keraguan sama sekali walau mereka punya kemungkinan besar terbunuh.

Jika ini bukan lawan, maka aku sudah menghargai kegigihan mereka itu. Namun membiarkan mereka sama saja membuat dunia ini hancur. Sebisa mungkin, aku akan membuat mereka sadar, kalau tidak mampu, maka dengan terpaksa aku harus membunuh mereka.

"Tenanglah dulu, bahkan kami para manusia dulu juga terpaksa karena dunia asal kami itu hancur karena kiamat. Tidakkah kita bisa selesaikan ini baik-baik dan tanpa bertarung?"

"Kata seseorang yang bahkan tangannya sudah bermandikan darah kawanku. Kalian manusia memang sialan dan kuyakin ucapan kalian hanyalah manisan semata."

Pun aku tidak bisa menyangkal hal itu. Entah manusia atau bahkan dewa, semuanya itu tidak bisa dimaafkan perbuatannya. Namun kalau aku melanjutkan keegoisanku, hanya akan ada satu dunia penuh kehancuran yang bahkan bukan karena kiamat.

Pada dasarnya sifat manusia memang begini, itu kenapa sering kali aku jauh dari orang banyak dan memilih untuk hidup sesuai jalan yang kuanggap paling baik. Namun seperti itulah manusia, tidak sempurna dan sudah cacat parah. Anggap saja tidak ada solusi untuk semua ini selain mati.

"Tidak dipungkiri hal itu memang nyata, bahkan aku sendiri pun tidak bisa mempercayai ucapan manusia yang sudah bobrok ini. Dewa pun sama saja, tidak ada bedanya."

"Kau… kau manusia, dewa satu yang unik. Aku akan memberi tahu namaku, tetapi boleh kau ucapkan namamu terlebih dahulu?"

"Tentu. Sin, Guirusia Sin. Setengah manusia, setengah dewa. Soal pembicaraan ini, sudah kupastikan tidak ada yang mendengarnya karena peredam suara yang kubuat."

"Yang seperti itu tidak kupedulikan. Baiklah Sin, namaku adalah K-Onou. Satu dari 26 jenderal perang ras Moudian atau yang kalian sebut monster itu entah apa rasnya. Ada 25 ras lain, dan kurasa kau sudah tahu sebagiannya."

Total bahkan ada 26 ras!? Tunggu, tunggu, seingatku sejauh ini hanya ada 9 jenis monster kelas evolusi. Dan sekarang kau mengatakan bahwa total ada 26 ras? Kujamin setiap rasnya itu terbagi berdasarkan kemampuan keseluruhannya.

Jadi kalau boleh kusimpulkan, ada 26 monster kelas evolusi totalnya!? Gila, bahkan aku menghadapi monster kelas evolusi 7, 8, dan 9 saja sudah terpojokkan seperti ini. Sekarang malah muncul sebuah informasi yang memberikan diriku rasanya sebuah sambaran petir.

"Oh ya, dan sebelum kau menyimpulkan lebih jauh, 26 ras itu hanya menentukan monster jenis apa kami, bukan semua dari ras itu punya kekuatan yang sama. Misal ras Moudian diriku itu punya banyak bentuk dan ukuran. Bagiku, aku termasuk kelas atas."

"Biar kutebak, monster kelas evolusi 12?"

"Hampir benar, aku sudah berevolusi 13 kali. Kekuatanku setara 1400 pasukan kelas evolusi 2."

Gila saja kau, monster kelas evolusi 13!? Bahkan kelas evolusi yang sebelum ini paling tinggi kuketahui saja hanya kelas evolusi 9, malahan sekarang muncul kelas evolusi 13. Bilang saja siapa pun yang merancang ini sengaja ingin membunuhku bahkan dengan kekuatan para monster yang paling kuat.

Bagaimana ini? Kalau aku mencoba melawannya dengan kekuatan dewaku yang terbatasi hanya mampu seperlimanya saja, aku pasti mati. Tidak seperti aku takut mati, tetapi kalau aku mati, rencanaku semua akan kacau.

Ini saja baru satu tahun pertama, untuk perkiraanku pertarungan terbesar nanti akan dimulai sekitar 3-4 tahun lagi. Tentu, itu memberikan waktu bagi para monster untuk berkembang biak dan berevolusi lebih lagi. Gawat, ini berita yang sangat buruk!!

"Kau… Onou, begitu kuat ya? Kujamin aku pasti kalah denganmu bahkan sekali serang saja. Raja kalian, pemimpin kalian, siapa pun itu yang memerintah kalian, sudah berapa kali berevolusikah dia?"

"Sejauh yang kuketahui, sekitar 16 kali, 750 pasukan evolusi 4 kali."

Pemimpinnya saja kelas evolusi 16, dan kujamin setelah lewat tiga atau empat kali, pemimpin para monster bisa berkembang jadi kelas evolusi 20 bahkan lebih. Kalau begini caranya, apa aku yakin bahwa dunia ini bisa menang?

"Sial… betapa lemahnya aku ini… aku-"

"Sin!!"

Ah aku lupa… aku sejak tadi masih memakai kekuatan dewa dan staminaku tersedot parah. Tidak bisa ditahan lagi, aku pingsan dan terjatuh ke tanah lagi. Lemah, lemah, lemah, aku begitu lemah!! Tidak bisa dimaafkan.

avataravatar
Next chapter