1 Kepulangan Bayu.

Gadis berkaca mata dengan tampang kusut itu menggaruk kepalanya yang terasa gatal, membuat rambut coklat sepinggangnya yang sudah berantakan semakin kacau. Sebuah laptop menyala di hadapannya, menampilkan rangkaian kata yang sudah ia susun sedemikian rupa menjadi kalimat yang enak di baca.

Ia Rayna Alyssia Rizky, seorang penulis muda berbakat yang sudah menghasilkan banyak novel yang hampir semuanya best seller. Tapi kebanyakan karya Rayna bergenre fantasy atau action. Ia tak pernah menulis novel bergenre romance karena memang tak berminat di genre itu. Tapi malam tadi, Malik, salah satu penulis dari kantor penerbitan yang sama dengan Rayna tiba-tiba saja mengajukan sebuah dare. Malik bilang, Rayna harus membuat 1 novel bergenre romance yang harus di publikasikan di blog pribadi Rayna. Jika Rayna menolak, mereka akan membongkar identitas Rayna. Itu yang membuat wajah Rayna kusut dan uring-uringan tak jelas. Semua gara-gara permainan truth or dare konyol yang mereka mainkan!

Sebenarnya tidak masalah walau pun identitas gadis itu sebagai penulis dengan nama pena Skyla Vall terungkap. Toh, tak pernah ada masalah dengan karya Rayna atau pun skandal dalam hidupnya. Tapi bagi Rayna, ini semua soal kenyamanan. Ia tak suka orang lain tahu bahwa ia yang menulis semua novel itu, itu membuatnya malu, terutama jika yang membaca novelnya adalah keluarga atau teman-temannya sendiri. Di kantornya pun hanya Malik, Amir dan Windy yang tahu bahwa ia adalah Skyla Vall, serta beberapa editor yang memang dekat dengan Rayna. Dan ia tak yakin bisa menulis seperti biasanya jika identitasnya sampai terbongkar.

Tapi kenapa juga pria berdarah campuran itu meminta Rayna menulis novel genre romance? Padahal tak pernah sedikitpun dalam hidupnya ia membayangkan hal romantis, karena itu selalu membuatnya bergidik geli seketika. Ia selalu merasa geli jika membayangkan adegan romantis dan sejenisnya. Mungkin karena ia belum pernah menjalin hubungan seperti itu? atau karena hal lainnya? Rayna tidak tahu dan tidak peduli. Yang ia tahu ia lebih suka novel yang memacu adrenalin. Seperti horror, thriller atau action.

Rayna bangun dari sofa ruang tengah sambil membawa laptopnya. Ia berjalan menuju kamar dan membaringkan tubuhnya telungkup dengan laptopnya yang masih menyala di letakkan di depan wajahnya.

Tiba-tiba ponsel Rayna yang ia letakkan entah dimana berbunyi nyaring membuat gadis itu terlonjak kaget. Ia segera mencari-cari di mana ponselnya berada di antara sprai dan selimut yang berantakan di atas kasurnya. Setelah ketemu, ia cepat-cepat mengangkat panggilan itu.

"Halo" sapanya.

"RAYNA ALYSSIA RIZKY!!! DI MANA KAMU?! JANGAN BILANG KAMU LUPA KALO PUNYA JANJI SAMA MAMA HARI INI!!!" pekik seseorang di sebrang sana membuat Rayna refleks menjauhkan ponsel dari telinganya. Ia melirik Id Callernya. Tertulis 'My Angel' di sana. Ternyata itu mamanya Rayna.

Dengan hati-hati, Rayna kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Rayna gak lupa kok, Ma. Ini Rayna lagi siap-siap" kilahnya. Padahal ia memang lupa jika kemarin mamanya meminta Rayna menemani wanita paruh baya itu untuk makan siang bersama karena putri bungsunya itu sudah hampir 3 bulan tidak pulang kerumah. Rayna memang memilih tinggal sendiri di apartemen yang ia beli dari hasil penjualan novelnya sejak ia lulus SMA. Walaupun keinginannya sempat di tentang keras oleh sang Mama, tapi akhirnya ia mendapat izin 'bersyarat' dari sang Mama.

Terdengar helaan napas di sebrang sana, "Yaudah, cepetan siap-siapnya. Jangan kelamaan. Awas kalo lama! Mama ancurin si Cece" ancam Mama Rayna membuat gadis itu meringis. Cece itu sepeda gunung kesayangan Rayna, itu adalah barang pertama yang Rayna beli dengan uangnya sendiri saat SMA dulu dari hasil penjualan novel pertamanya.

"Siap komandan!" sahut Rayna dengan tangan kanan membentuk sikap hormat. Padahal Mamanya juga tak mungkin bisa lihat. "Yaudah, Rayna tutup dulu ya Ma. Bye!"

Rayna segera melompat dari atas kasur kemudian berlari menuju kamar mandi. Setelah mandi dan berpakaian, gadis itu segera meraih ponsel dan kunci mobil yang tergeletak di meja nakas.

Butuh waktu sekitar 10 menit untuk sampai ke restoran tempat janjiannya dengan Risma, Mamanya Rayna.

Gadis itu langsung celingukan mencari keberadaan Risma saat ia memasuki restoran. Sampai ia melihat sebuah lambaian tangan semangat dari seorang wanita paruh baya yang duduk dekat jendela.

Tanpa basa basi, Rayna menghampiri wanita itu yang ternyata adalah Risma, Mamanya.

"Lama banget sih! Mama sampe jamuran tahu!" gerutu Risma begitu Rayna mendudukkan bokongnya di kursi.

"Tadi agak macet, Ma" kilahnya sambil menyengir. Ia tak mungkin mengaku jika ia lupa dengan janji mereka. Itu sama saja cari mati. Untung saja Risma percaya.

Risma memanggil pelayan meminta buku menu. Saat Rayna dan Risma sedang memilah menu, seorang wanita paruh baya seumuran Risma datang menghampiri mereka berdua.

"Risma?" tanyanya tak yakin.

Risma menoleh, matanya melebar dengan bibir yang membulat. "Anjani?!" pekik Risma kaget.

Wanita yang di panggil Anjani itu mengangguk semangat. Kemudian Risma bangkit memeluk Anjani dengan erat. Mereka terlihat seperti sepasang teman yang sudah lama tak bertemu, padahal Rayna ingat betul jika seminggu yang lalu Risma meminta Rayna menemani arisan di rumah Anjani. Rayna mendengus. Drama sekali kedua Mama ini.

Setelah puas 'melepas rindu' kedua Mama cantik itu duduk kembali.

"Ya ampun, Jani! Gak nyangka bisa ketemu di sini!" seru Risma membuat Rayna mendengus geli.

"Mama sama tante Anjani ini udah kayak gak ketemu bertahun-tahun aja. Padahal belum ada seminggu arisan bareng"

"Ih Rayna. Mama sama tante Jani kan udah seminggu gak ketemu sama sekali Ray. Jadi wajar dong kalo kita kangen-kangenan" bela Risma.

"Iya deh iya. Ibu-ibu selalu benar" gumam Rayna malas membuat Risma dan Anjani tertawa.

"Makan siang bareng aku sama Rayna yuk. Udah lama gak makan bareng" ucap Risma. Anjani mengangguk. Setelah memesan, obrolan kembali berlanjut.

"Oh iya Ris. Hari ini Bayu mau pulang dari London, loh!" seru Anjani semangat.

Rayna mematung. 'Bayu? Mau pulang?' batin Rayna gelisah.

Bayu Pratama Adiyasa. Putra tunggal Anjani dan suaminya Deni yang merupakan sahabat sekaligus tetangga Rayna sejak kecil saat ia masih tinggal dengan Risma.

Rumah mereka memang persis bersebelahan dengan Anjani, jadi tidak heran jika Rayna dan Bayu jadi cepat akrab. Apalagi kedua orang tua mereka juga sahabat sejak SMP.

Tapi semenjak kejadian di SMA dulu, Rayna dan Bayu menjauh satu sama lain. Hubungan mereka merenggang dan semakin jauh saat Rayna memutuskan pindah ke apartemen.

"Wah! Masa? Duh, udah lama gak ketemu Bayu. Pasti tambah cakep deh"

"Haha gak tahu juga Ris. Aku aja yang Mamanya penasaran. Abisnya anak itu selalu nolak di kunjungi sama aku dan mas Deni, sih!" gerutu Anjani. Saat Bayu memutuskan pindah ke London untuk melanjutkan kuliah di sana, pria itu memang selalu melarang siapa pun untuk berkunjung, dengan alasan ingin mandiri dan membuat pangling saat pulang nanti katanya.

"Emang dia dateng jam berapa?"

"Katanya sih nanti sore sekitar jam 5 an"

"Kalo aku sama Rayna ikut jemput Bayu, boleh gak?" tanya Risma membuat Rayna melotot menatap Mamanya.

"Ya boleh lah Ris. Lagian Bayu juga pasti kangen sama Rayna. Kalian kan udah lama gak ketemu" jawab Anjani.

Rayna tersenyum kecut. Bayu? Rindu padanya? Itu terdengar seperti sebuah ejekan bagi Rayna. Tapi Mamanya dan Tante Anjani kan tidak tahu masalah mereka berdua.

"Maaf banget ya, Ma, tante Jani. Aku harus nyelesain novel baruku. Deadline nya sebentar lagi soalnya. Dan masih ada beberapa halaman yang belum selesai di tulis"

"Emang gak bisa di tunda dulu Ray? Ke bandaranya juga kan cuma sebentar"

"Gak bisa, Ma"

Anjani mengangguk mengerti. "Yaudah gak apa-apa Ray. Kamu beresin aja dulu kerjaan kamu. Nanti kalo udah beres kalian kan bisa ketemu lebih leluasa" Saran Anjani. Rayna hanya mengangguk saja.

Makanan datang, akhirnya mereka bertiga menghabiskan makan siang sambil mengobrol ringan. Lebih tepatnya Risma dan Anjani yang mengobrol, sementara Rayna hanya tertunduk lesu sambil menghabiskan makanannya. Entah kenapa mendengar kepulangan Bayu membuat ia kehilangan semangat.

£££

Bandara Soekarno-Hatta, 15.11 wib.

Seorang pria berkemeja hitam melangkahkan kakinya keluar dari pintu bandara. Ia mengedarkan pandangan ke kiri dan ke kanan mencari taksi. Setelah matanya menangkap sebuah mobil biru dengan logo taksi di atasnya terparkir di dekat sana, ia langsung menaikinya sementara si sopir taksi memasukkan kopernya kedalam bagasi.

Setelah menyebutkan alamat tujuan pria itu, taksi mulai melaju membelah jalanan ibukota yang untungnya tidak macet.

Di dalam taksi, pria itu terus menatap keluar jendela. Memperhatikan kondisi ibu kota yang sudah lumayan banyak berubah dengan saat terakhir kali. Saat mereka melewati sebuah Cafe kecil yang terlihat hijau dan asri, pikirannya tertuju pada seseorang.

"Rayna..." gumamnya...

BERSAMBUNG....

avataravatar
Next chapter