webnovel

PUNCAK KENIKMATAN

"Apa kau menikmatinya?" tanya Casanova menginginkan jawaban.

Mora mengangguk-angguk.

"Apa kau ingin melakukannya?"

"Ya, tapi aku belum pernah melakukannya."

"Aku tahu, maka dari itu biar kubertanya dan jawablah dengan jujur, Mora. Jika kita melakukannya malam ini, apa kau tidak akan menyesal?" Casanova menatap tajam. Membuat Mora menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Baik, jika memang itu sudah menjadi keputusanmu, maka mari kita lakukan." Casanova merebahkan tubuh gadis itu hingga terlentang di atas ranjang.

Kali ini Mora pasrah sepenuhnya. Dan sebenarnya pun ia sudah tidak tahan ingin melakukan percintaan, terutama melihat dada Casanova yang berbulu dan menggairahkan itu. Gadis mana yang mampu menahan hasrat saat melihat badan sebagus itu?

Shhh... ahh...

Mora pun langsung berteriak ketika tiba-tiba Casanova membuka kedua pahanya dan langsung menggelitiknya menggunakan jemari. Itu adalah sebuah sengatan yang hebat dan mengejutkan! Mora belum siap menerima sentuhan tersebut, namun Casanova tersenyum miring sangat menikmati tindakannya.

Dengan jemarinya Casanova terus memainkan barang milik Mora hingga menjadi lebih basah karena cairan kental yang bening. Jari itu terus menari diiringi dengan nyanyian desahan yang memekak di telinga. Mora tidak bisa menahan lagi suaranya, karena ia merasakan kenikmatan luar biasa.

Kedua pucuk dadanya mengeras. Pahanya menekuk dan tegang. Ia seperti melayang diterbangkan ke udara. Mencoba menahan tangan Casanova yang nakal sedang memainkan bagian sensitifnya, namun apa daya pria itu sudah tidak bisa dilawan lagi.

"Kau selalu merawat barang milikmu, kan? Sangat terlihat sebabnya. Kau rajin mencukur bulumu, dan mungkin memberi wewangian. Ah, betapa aku beruntung bisa menikmatinya malam ini." Casanova dengan wajah liciknya tersenyum miring, merasa puas dengan apa yang ditemukannya dari gadis ini.

Tak hanya cantik wajahnya, tapi ternyata seluruh bagian tubuh Mora memang sangat terawat dan menggoda. Bulu-bulu tipis yang dicukur dengan rapi membuat benda sensitif itu makin tampak dengan jelas, berwarna putih kemerah-merahan.

Puas mempermainkannya dengan jemari, lalu pria itu segera mengambil posisi. Tubuhnya sekarang berada di atas Mora, dan siap menghujamkan pusaka yang sudah menegang dan berotot tersebut.

"Apakah ini akan sakit?" Mora menatap dengan memelas.

"Mungkin..."

"Bisakah kau melakukannya dengan pelan?" tanya Mora masih memelas.

"Tutup saja matamu, Sayang. Aku akan memasukkanya dengan perlahan."

Mora menurut dan menutup matanya.

Casanova segera memajukan pinggulnya untuk menerobos pintu terakhir dari gadis tersebut. Badannya semakin panas dan seolah seluruh aliran darah telah berhenti di otaknya.

"Peeriihh ... aw ... sa-saakiit..." Mora merintih. Tangannya berusaha mendorong tubuh Casanova agar mundur, tapi sayang pria itu kadung bernapsu dan malah terus bergerak maju demi merobek selaput yang menjadi pertahanan terakhir gadis polos tersebut.

SREET!!

Sobek sudah sekarang. Selaput itu yang biasanya dijaga oleh setiap wanita di dunia akhirnya malam ini dibobol oleh seorang Casanova. Meski perlahan, namun rasa perih tidak bisa terelakkan. Casanova terus berkonsentrasi sebab baginya, kali ini pertama kali ia membobol seorang gadis perawan. Rasanya memang beda. Lebih sempit dan menantang.

Apa lagi ditambah dengan melihat wajah Mora yang sempurna memerah itu, membuat Casanova semakin birahi. Ia semakin semangat untuk memaju mundurkan pinggulnya, memberi sebuah ritme yang perlahan. Hingga pelan tapi pasti, lama-lama tangan Mora yang mencoba menahan tubuh Casanova melemas sudah. Sepertinya gadis lugu itu sudah pasrah sekarang, sebab rasa perih yang tadinya menyayat kini berubah menjadi rasa hangat di liang senggamanya. Dan tentu, ini adalah sebuah kenikmatan sebab barang miliknya seakan sedang ditusuk oleh benda yang besar.

Ugh!

Agh!

"Yah, ssshh... hmmpp..." Mora menggigit bibirnya sendiri. Gadis polos itu sudah tidak menjadi polos lagi, sebab kini ia sudah bisa merasakan bagaimana rasanya nikmatnya percintaan. Memang masih terasa perih, tapi itu sedikit. Kebanyakan yang ia rasakan sekarang adalah perasaan hasrat yang meledak di sebuah percintaan.

"Mora... Sayang... kau sangat sempurna," Casanova semakin cepat memompa gerakannya, dan ia melihat kedua dada kecil Mora bergoyang-goyang naik dan turun. Hal tersebut semakin membuatnya bersemangat, lebih-lebih saat Mora sudah terlihat sudah menikmati permainan ini.

Perempuan itu memegangi ujung dipan, kedua tangannya pun telentang hingga tampak ketiak putihnya yang mulus itu. Benar-benar pemandangan yang sempurna. Casanova mencumbunya semakin kencang saja, hingga tubuhnya dibanjirioleh keringat.

Tidak terasa, lima belas menit percintaan ini sudah berlalu. Di dalam kamar kecil dan remang-remang itu keduanya saling mendesah dan menikmati tubuh yang menyatu. Casanova menurunkan badannya agar bisa dipeluk oleh Mora. Kemudian ia trus memompa pinggulnya, sesekali menghentaknya, dan di setiap hentakan itu akan membuat Mora memekik. Nikmat bukan dusta!

"Apa kamu ingin mencoba posisi lain?" ucap Casanova menawari. Tentu saja ia sudah terlalu ahli dalam masalah ini, sebab di dalam laci kamarnya sudah ada 3 jilid buku kamasutra.

Mora tidak keberatan, "Terserah kamu saja. Asalkan kamu suka dan bisa menikmati tubuhku, aku akan menuruti keinginanmu."

"Walalaa, jawaban yang bagus." Pria itu mencabut barang miliknya, dan lekas menyuruh Mora untuk bangkit sebentar. Sedangkan Casanova memilih tiduran di atas ranjang, dan seharusnya semua orang juga tahu bahwa pria itu menginginkan posisi women on top.

"Sekarang giliranmu yang menhajarku," ucap Casanova menyuruh Mora naik ke tubuhnya. Pria itu sudah tidur terlentang dan bersiap dengan ronde kedua.

"Baik... mmm, apakah maksudmu aku harus begini?" Mora sudah berada di posisi yang tepat, namun ia masih polos dan ragu apakah posisinya itu benar?

"Ya, betul, sekarang masukkanlah perlahan-lahan. Arahkan pusaka ku ke dalam milikmu, Sayang."

"Ba-baik..." Mora punn menurut dan langsung melakukannya.

Luar biasa! Ternyata dengan posisi seperti ini, barang milik Casanova terasa bisa lebih masuk ke dalam. Mora membelalak sesaat, kemudian dengan gerakan refleks ia meremas dada Casanova yang berbulu.

Sebentar gadis itu terpukau untuk sesuatu yang terlalu menusuk ke dalam lubang miliknya. Namun dengan bantuan Casanovva, akhirnya Mora tahu apa yang harusnya dilakukan. Ia segera menaik-turunkan pinggulnya, hingga sampai beberapa saat kemudian, tangan Casanova melepaskannya dan gadis itu tampak sudah mengerti untuk terus melakukan gerakan seperti itu.

"Yahh... hmpptt... hmmpptt... aku sangat menyukai posisi ini, Casanova. Aku bisa merasakan lebih geli di bagian sensitifku karena menyentuh bulu milikmu yang lebat itu... hmmpptt... sshh..."

Dan begitulah yang terjadi kemudian. Mora sengaja menggesek-gesekkan terus kulit di antara kedua paha dengan bulu-bulu lebat yang dipunya Casanova. Selain bulu di area pusakanya, pria itu juga punya bulu-bulu di pahanya, dan itu semakin menimbulkan sensasi geli bagi Mora.

Hingga beberapa menit, gadis itu terasa memuncak dan aaww!!! Desahan panjang itu menandakan ia sudah mengalami puncak kenikmatan.

Mora ambruk ke samping ranjang. Tubuhnya lemas, pun matanya pejam tidak sanggup untuk membuka lagi.

Benar-benar permainan yang luar biasa... Mora hanya bisa membatin.

Dan diam-diam, di luar kamar itu ada Ibu Merry yang sedang mengintip permainan ini.

"Bajingan kurang ajar!" pekik geram janda paruh baya itu.

Next chapter