webnovel

Rainbow Dragon For My Pain

Dee-han(Author) ingin mendengar tangisan para Fujoshi diluar sana~~ Mwahahahahahahahhaaaaa!! ~~ ____ "Apapun!! Kumohon!!" Naga brengsek itu malah tersenyum sinis.. "Hoo?" Siluman itu menatap kami dengan tatapan yang angkuh, "Sebeharga itu Dia untuk mu?" Aku mencengkram pakaian Ragfael, "Ja..Jangan....." Ragfael yang sedikit tertarik kebelakang, menoleh ke arah ku lalu baru mendekat, "Kakak.. Dengarkan aku.. Aku sangat menyayangi mu dan kau tahu itu bukan kak?" Aku yang masih menahan sakit, menatap nya seolah bilang, 'Aku tidak percaya si brengsek gila emas itu.' Ragfael yang seperti nya mengerti tatapan ku, ia menarik nafas dalam kemudian mendekat ke telinga ku, "Aku tahu Kakak khawatir.." bisik nya lembut, "Tapi kadal Pelangi kurang harta itu ada benarnya juga ka.. Tapi kita tidak bisa mempercayai semua ucapan nya.. Apalagi dengan tawaran tidak masuk akal nya." "HEI!!" teriak si Siluman yang Baru saja adik ku bisikkan. "Aku tidak tuli ya!!" "Eehh?? Begitukah?" jawab adik ku yang entah kenapa setelah bertemu dengan Naga tujuan kami ini..tingkat percaya diri nya naik sangat tinggi sekali dan seperti nya ia benci sekali dengan Naga itu. Entah siapa nama nya. Aku lupa...- "Ini bukan urusan mu! Ini urusan ku dengan Kakak ku!!" tambah Ragfael. Si Naga malah melompat ke hadapan adik ku lalu berdiri membayangi nya. Menandakan dominasi nya. Seperti nya.. Negosiasi kesembuhan kutukan jantung ku akan JAUH lebih sulit Dari kelihatan nya.... # P.S: Cover asli masih dalam proses pengerjaan... Jadi mohon maaf dan kiranya untuk persabar..

Logically_X11 · Fantasy
Not enough ratings
7 Chs

Tokoh Utama

Tempat legenda yang seperti nya akan disukai semua orang.

Dimensi fantasi dimana segala imajinasai mu dapat nyata seolah semua nya normal-normal saja.

Aku berjalan pelan di jalan setapak desa dengan santai dan menikmati jalan ku.

Seekor anak Manticore terbang begitu saja ke arah kepala ku dari kanan-

Aku merunduk dan menghindari nya, "Hati-Hati Qanna!" ucap ku pada anak kecil perempuan yang ada di sebelah kanan ku.

"Aahahah.. Ma-maaf tuan Lohengrin..~" senyum kikuk terlihat dari wajah nya yang kecil dan manis itu.

Sepertinya hari ini ia memutuskan untuk mengikat rambut merah merlot nya menjadi dua diatas kepala nya. Dengan pita berwarna Pink menyala menghiasi ikatan rambut nya itu.

"Tangkap peliharaan mu itu sana cepat. Nanti ada yang akan mengambilnya lhoo~" ucap ku bermain-main dengan gadis kecil itu.

"Iya tuan!!" kemudian dia berlari cepat ke arah Manticore yang tadi melayang.

Aku melanjutkan langkah ku ke tempat tujuan ku.

Aku mendapat banyak sapaan sepanjang jalan. Ku jawab semua dengan senyuman dan sapaan balasan tentu saja.

Aku sampai ke tempat tujuan ku.

Sebuah bangunan yang terlihat resmi dari luar dan bertingkat 2. Dinding nya yang berwarna Ivory dan dicampur dengan aksen penyangga kayu yang entah kenapa warna nya mirip seperti kue jahe..

Aku membuka pintu berkaca yang ada sepasang itu. Aroma kopi langsung tercium dari dalam. Espresso seperti nya enak untuk jam segini hm~ 

Aku berjalan masuk kedalam dengan santai saja seolah aku tuan rumah nya hehe.

"Tuan Lohengrin." Ucap seorang penjaga pintu(?)

Aku tersenyum miring, "Terkejut aku masih hidup?" ucap ku sambil melipat tangan di depan dada ku setelah berjalan ke depan penyihir ini.

Ia membalas dengan senyuman sinis lalu berkata, "Mengharapkan mu mati bukanlah pilihan. Lagipula Boss sangat sayang pada mu."

Ia menggiring ku berjalan naik tangga sambil berbincang, "Sepertinya pakaian biru mu ini menjadi ikonik huh?" ledek nya. "Sekarang ini kau terkenal."

"Begitukah?? Terkenal sebagai apa? 'Si Pemburu Saphirre dari Satbury' ?"

"Ahahahahaha~ Kau sudah tahu apa kata mereka ternyata eh?"

"Berhenti meledek ku dan bilang saja ada apa?"

Kami sampai di lantai 2 di depan sebuah ruangan berpintu klasik dan mewah.

"Dimana hormat ku pada Boss ku kalau aku bilang pada mu hah? Lagi pula.."

"Aku mendengarkan."

Ia membukakan pintu didepan kami, "Lagipula aku tidak tahu menahu juga alasan kau kembali dipanggil kemari."

Ekspresi ku berubah menjadi bingung dan tidak mengerti.

Aku masuk ke dalam ruangan yang baru saja dibukakan dan menatap lurus ke ujung ruangan. Sebuah meja kerja coklat tua terdapat disana dan ada sebuah kursi mewah membelakangi ku.

"Boss.. Ini Lohengrin." Winter memberi hormat pada yang ada dibalik kursi mewah itu.

Ya.

Penyihir yang baru saja mengantar ku ke ruangan ini.

"Hm. Winter, kau keluarlah dulu dan bawakan dia anggur. Aku ingin bicara secara pribadi dengan tuan Lohengrin." perintah yang ada di balik kursi mewah itu dengan suara pelan namun tegas.

"Tentu tuan.."

Winter keluar dari rungan lalu menutup pintu dari luar.

Kursi mewah itu pun berbalik dengan sihir dari sebuah awan yang warna nya seperti kuning telur.

Penyihir lagi....

Jangan bilang pada nya, tapi sebenarnya, aku tidak suka penyihir,

Dan ironis nya,,, Aku seorang penyihir tingkat tinggi..

"Jadi, Tuan Lohengrin.."

Seorang penyihir pria yang sedang duduk diatas kursi mewah dengan pakaian klasik yang terlihat gagah di tubuh nya. Pakaian seperti rompi tak berlengan berwarna abu tua bergaris dan kemeja putih tulang. Ia menatap ku, "Bagaimana kabar Mercenary kebanggaan ku?"

Aku memutar bola mata ku, "Kau berlebihan tuan. Aku bukan apa-apa dibandingkan dengan diri mu."

"Selalu saja menolak halus pujian ku." ia tertawa pelan,

Aku berjalan kearah dinding yang ada di kanan ku dan melihat sebuah senapan api yang benar-benar mewah dan sangat terlihat kalau itu pasti mahal sekali.

Sepertinya ia memperhatikan ku, "Kau menyukai nya bukan?"

"Hobi mu semakin menjadi sepertinya tuan Axy."

"Ohh ayolah. Daripada aku bermain wanita dan membuat uang ku dibawa kabur oleh nya, lebih baik ku jadikan senjata dan sebuah koleksi berbentuk barang."

"Cerdas dan patut ditiru." komentar ku.

"Kau selalu sarkastik."

"Sudahlah. Untuk apa kau memanggil ku kemari kalau bukan untuk melakukan hal kotor untuk mu ha?"

Ia menjentikkan jari, "Tepat. Aku ada misi baru untuk mu."

"Apalagi memang mau mu dari ku?"

Axy berdiri dari kursi nya, "Jadi menantu ku kau tidak mau."

Aku menatap nya datar, "Aku pergi dari sini kalau hal aneh itu lagi yang akan kau bicara kan."

*Tok tok

Sepertinya itu Winter.

"Tuan Axy, apa hamba boleh masuk?"

Benar saja itu Winter.

Kapan tebakan ku salah?

"Ya. Masuk saja Winter."

Winter masuk dengan satu orang lagi. Yang satu itu membawa sebuah nampan berwarna perak.

"Lohengrin. Barca Elias Lohengrin." ucap tuan Axy.

Orang yang sepertinya adalah pelayan tuan Axy menyodorkan nampan perak yang dibawa nya itu, yang ternyata ada sesuatu untuk ku diatas nya.

Aku mengambil gelas champagne dari nya itu lalu menjawab tuan Axy, "Tuan Axy Owr Pallas.."

"Aku ingin kau ke area timur."

Aku yang sedang minum jadi tersedak, "KAU GILA??!!"

"Mungkin~" Jawab tuan Axy.

________

"Lalu kau menerima nya dengan begitu saja ka?" ia menatap ku aneh dan tidak suka.

"Aihhh. Jangan menatap ku begitu seolah kau tak ingin uang bagian mu dari ku."

"Tapi ke Timur....."

"Kita ini warga miskin ael. Mereka yang kaya dapat melakukan apapun yang mereka mau pada kita."

Adik kecil ku yang hanya bebeda 2 tahun dengan ku berkacak pinggang, " 'Miskin'?? 'Miskin' kata MU???"

Aku berlari ke ruang tamu sambil tertawa.

Ragfael mengejar ku secepatnya, lalu ia menarik mantel biru ku di bagian kerah nya , "KEMARI KAU 'TUAN' LOHENGRIN!!!"

Aku merasa tercekik baju ku sendiri "GYAAAA-"

Lalu ael membalikkan tubuh ku dengan sedikit kasar, "Kau bilang kita miskin ay?"

Aku tersenyum salah tingkah.

"Kita hidup dalam rumah bata itu dari hasil kerja mu. Hampir setiap hari kita makan daging yang berkualitas baik. Roti selalu ada di keranjang dapur kita. Kita juga memiliki 2 orang pembantu rumah tangga. Apa yang kau sebut miskin??"

"Dan ketika kau ingin menjajani wanita pun selalu meminta uang dari ku."

"Brengsek kau KAKK!"

Ia menendang selangkanganku tanpa dosa...

Masa depan ku hancur.....

hiks..

________

Langit sudah menujukkan warna gradasi orange nya dari muda sampai tua.

Suara burung di luar rumah yang sepertinya sudah kembali ke sarang mereka dan menemui keluarga mereka dapat terdengar sampai ke kamar ku.

Aku sedang bersiap untuk pergi menjalankan misi mulai besok hari.

Aku mendengar langkah kaki masuk ke kamar ku yang pintu nya tidak ditutup.

Aku yang masih melipat baju ku dan memasukkan nya kedalam tas bepergian, membiarkan saja langkah kaki yang masuk itu.

Pasti itu ael. Karena kalau itu adalah pelayan, pasti sudah minta izin dulu untuk bisa masuk ke kamar berharga ku.

Entah bagaimana atau entah kerasukan apa, ael sepertinya memelukku dari belakang.

Tentu aku langsung saja melepaskan tangan nya , "HIH! Homo!"

"KAU INI TIDAK BERGUNA!!!"

Ia menendang ku ke tempat tidur,

Sial nya kepala mu bukan mendarat di bantal. Malah mendarat diatas sebuah botol yang cukup tebal.

Untung tidak gagar otak-

"Aku ini sedang sedih kau akan pergi lagi padahal baru saja datang semalam. Aku memeluk mu tidak boleh?"

Aku memegangi kepala ku sendiri karena pusing, "Tentu saja tidak! Kau itu sudah tua dan bau tanah. Kenapa masih mau memeluk ku segala??"

Ael menatap ku tidak suka dan kecewa.

Ia berjalan cepat keluar kamar ku.

Dia marah karena aku tak lagi memanjakan nya seperti dulu.

Uhh Hello??

Dia sudah dewasa.

Aku bercanda.