1 Switch

16 Maret.

Suara derai hujan yang deras dan cuaca dingin membuat siapa saja ingin menarik selimut di pagi hari ini. Begitu juga dengan Roselyn. Setelah mengalami hal yang tidak masuk akal semalam dia ingin menambah lagi jam tidurnya saat ini. Dia malas untuk pergi bekerja. Ditariknya lagi selimut untuk membungkus tubuhnya yang terasa dingin. Namun ketika dia menarik selimut, dia mendengar suara dengkuran halus di telinganya. Roselyn membuka matanya. Seingatnya semalam dia tidur sendiri. Tapi kenapa dia merasa ada seseorang tidur di belakang punggungnya.

Roselyn kemudian membalikkan badannya. Dan dia langsung terkejut begitu melihat seseorang sedang tertidur di sampingnya.

'Selena, kenapa dia tidur di kamarku?' gumam Roselyn merasa aneh karena ada Selena di tempat tidurnya dan astaga.

"Kenapa dia tidur dengan keadaan telanjang?" ucap Roselyn aneh.

"Apa yang terjadi?" Roselyn kemudian bangun dan duduk memandangi tempat tidurnya yang terlihat berantakan. Dan dia melihat begitu banyak pakaian tercecer di lantai.

Merasa bingung dan tidak ingat apa yang terjadi. Sekejap tubuh Roselyn menggigil karena dingin. Dan dia sadar kalau dia juga dalam keadaan bugil.

"Apa yang terjadi. Kenapa aku telanjang, dan apa ini?" seru Roselyn kaget mendapati dadanya rata tanpa ada gundukan berharganya.

"Kemana perginya payudaraku yang seksi?" gumam Roselyn dalam hati masih mencoba untuk mengingat-ingat dan dia rasa ini adalah sebuah mimpi. Dia meraba-raba dadanya yang tiba-tiba jadi rata dan kekar. Dan perutnya, sejak kapan menjadi berotot seperti ini.

"Astaga, apa ituuu?" jerit Roselyn kaget begitu dia menyingkap selimut yang membungkus bagian tubuh bawahnya.

"A-a, kenapa suaraku menjadi seperti ini?" Roselyn menjadi tambah kaget begitu menyadari kalau ada yang salah dengan pita suaranya. Kenapa suaranya menjadi lebih berat dan tinggi seperti seorang laki-laki. Dan apa itu tadi?

Roselyn kembali mengintip sesuatu yang bergerak di bawah perutnya.

"Se-sejak kapan aku punya tongkat sakti?" jerit Roselyn histeris dan membuat Selena terbangun.

"Ada apa Ronan, kenapa pagi-pagi kau sudah heboh?" tanya Selena langsung memeluk tubuh Roselyn.

"Ronan?" Roselyn memandang wajah Selena yang terlihat biasa saja melihat tongkat saktinya seolah Selena tidak kaget kalau Roselyn sekarang mempunyai benda yang dimiliki seorang laki-laki.

"Tu-tunggu dulu. Kenapa kau memanggilku Ronan?" tanya Roselyn menatap wajah Selena yang sekarang terlihat bingung karena dia memberinya pertanyaan yang aneh.

"Tentu saja aku memanggilmu Ronan. Memangnya siapa namamu. Kau kan Ronan Leone Moretti."

Roselyn kaget mendengarnya. Dia hampir pingsan mendengarnya.

*** ***

Hanya bersekat selapis tembok dengan kamar di mana Roselyn dan Selena berada, perlahan Ronan terjaga dari tidur lelapnya. Dengan mata setengah terpejam, dia menyeringai kala teringat permainan panasnya semalam bersama seorang gadis bernama—Ronan lupa siapa namanya. Terlalu banyak wanita yang datang dan pergi sekadar untuk menghangatkan ranjang Ronan.

Lagipula, persetan dengan nama. Intinya Ronan benar-benar puas tadi malam. Mereka melakukannya beronde-ronde hingga si gadis dibuat lemas tak berdaya. Tak terhitung berapa kali pelepasan yang Selena alami. Ronan sendiri pun meraih klimaksnya hingga nyaris lima kali. Mereka sungguh puas sepuas-puasnya.

Ah, Selena memang gila. Dia mampu mengimbangi hasrat Ronan yang menggebu-gebu. Berbagai gaya baru pun mereka lakoni semalam.

Nampaknya, Ronan akan memacari Selena sedikit lebih lama dibanding pacar-pacarnya yang lain. Sekitar dua bulan, mungkin? Dia terlalu nikmat hanya untuk dicicipi satu minggu saja. Belum tentu ke depannya Ronan dapat menemukan gadis setipe Selena lagi.

Kelak, ketika Ronan sudah bosan, Selena akan dia buang persis seperti lusinan gadis lain dalam hidupnya. Prinsip Ronan selalu sama, tiada kenikmatan yang abadi.

Ronan meraba-raba ke tengah tempat tidur, hendak memeluk tubuh gadisnya sebelum benar-benar mengakhiri kebersamaan mereka hari ini. Namun, sesuatu yang aneh Ronan rasakan. Tempat tersebut kosong. Selena tidak ada di sampingnya.

Apakah gadis itu sudah bangun duluan?

Setengah panik, akhirnya Ronan benar-benar terjaga seratus persen. Matanya terbuka lebar. Dia terduduk di atas ranjang, memindai ruangan seluas tiga kali dua meter itu setengah linglung. Dipandanginya deretan poster para pria berwajah oriental yang ditempel di sepenjuru kamar. Membuat kening Ronan mengerut dalam. Dia tidak ingat kapan Selena memajang gambar-gambar tersebut di sana. Setahunya, semalam dinding kamar Selena masih polos, tanpa sentuhan pribadi apa pun.

Tak ingin ambil pusing, Ronan bergegas turun dari atas ranjang. Pukul sepuluh siang nanti dia sudah harus tiba di lokasi syuting. Profesinya sebagai seorang aktor mengharuskan Ronan mesti siap kapan pun dirinya dibutuhkan. Perintah untuk syuting kali ini pun baru dia dapatkan dini hari tadi—pasca menuntaskan ronde keempat bersama Selena.

Ngomong-ngomong, di mana ponsel Ronan tergeletak?

Kalau tidak salah, semalam dia meletakkannya di atas lemari TV. Akan tetapi ... ke mana lemari itu pergi?

Ronan semakin heran, manakala mencari pakaian yang mestinya berceceran di atas lantai, lenyap begitu saja. Apa jangan-jangan Selena sudah memindahkannya ke tempat lain?

Selagi menunggu Selena yang mungkin sedang keluar mencari sarapan, Ronan memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Baru saja kaki Ronan masuk sebelah ke dalam kamar mandi, pelipisnya mendadak berkedut cepat. Dikucek-kuceknya mata Ronan berkali-kali. Hendak memastikan apa yang nampak di cermin itu tidak nyata atau hanya ilusi semata.

Seberapa keras pun Ronan menyangkal, refleksi dirinya di dalam cermin tetap tidak berubah. Ronan tetap dengan penampilan barunya yang sangat sulit diterima nalar. Dan dia lebih terkejut lagi manakala tangannya menyentuh dua buah benda kenyal di puncak dadanya.

Sesuatu yang biasa Ronan mainkan kala bercinta kini justru tumbuh di tubuhnya—tubuh barunya.

Ronan menggeleng tak habis pikir. Ini tidak masuk akal. Mustahil. Amat-sangat mustahil.

Bagaimana mungkin dirinya bisa menjadi perempuan? Dan wajah itu, bukankah wajah gadis bernama Roselyn, teman dari Selena. Yang semalam baru saja berkenalan dengannya dan pergi ke sebuah klub. Kenapa dia sekarang berada di tubuhnya. Ronan mengangkat-angkat rambut coklatnya. Dia menepuk pipinya beberapa kali untuk memastikan itu semua.

Dia memegang area bawahnya. Dia meraba-raba sesuatu yang sekarang hilang tidak ada di dalam tubuhnya. Sesuatu yang berharga yang sangat dia banggakan ketika dia berada di atas tubuh wanita.

*** ***

"Damn it!" Reino mengumpat saat pertama kali dia membuka matanya dan segera menjauh dari tubuh seorang wanita tua yang tidur di sampingnya.

'Kenapa apa wanita tua tidur di sampingku?' pikir Reino sambil mengucek matanya dan mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.

Seingatnya dia semalam minum bersama Baran di sebuah klub dan langsung pulang ke rumah. Tapi kenapa dia bisa berada di tempat asing ini. Dan wanita tua itu.

'Apa yang sudah aku lakukan dengan wanita itu. Sampai-sampai aku tidur dengannya. Aku masih waras kan?' Reino tidak habis pikir bagaimana dia bisa berakhir tidur dengan seorang wanita tua pula yang cocok menjadi ibunya itu. Tapi melihat keadaan wanita tua yang tertidur itu, Reino yakin kalau dia tidak berbuat apa-apa.

"Aish, sial. Ada di mana aku?"

Reino tahu ini bukan kamarnya. Dan kamar ini sangat kumuh. Reino beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari ponselnya. Dia ingin menghubungi Baran. Siapa tahu dia mengetahui kenapa dia bisa berada di tempa ini. Namun ketika dia sedang mencari ponselnya. Tak sengaja dia menatap cermin yang berada di samping tempat tidurnya.

"Si-siapa itu?" Reino merasa aneh dengan pantulan wajahnya di cermin. Kenapa pantulan wajahnya di cermin terasa aneh dan berbeda. Kenapa wajahnya menjadi …

"Astaga, apaa ini!" pekik Reino menepuk wajahnya lalu memegang rambutnya yang sekarang panjang.

Reino mendekatkan wajahnya ke cermin. Seketika dia terkejut bukan kepalang. Kenapa wajahnya berubah dan kenapa wajah itu . Bukankah wajah itu milik karyawan barunya. Ruby.

"Ruby, kau sudah bangun?" Reino menoleh ke arah suara wanita tua tadi. Dia memanggilnya dengan nama Ruby.

'Ruby. Apa dia memanggilku.'

"Ruby … Maafkan Mama ya!"

'Hah? Mama? Apakah wanita itu ibunya?'

*** ***

Pagi hari dan masih hujan mengguyur. Ruby terbangun oleh suara nada dering ponsel yang ada di bawah bantalnya.

Nada dering yang terdengar sangat asing, ia belum pernah mendengarnya. Ini adalah suara musik klasik yang mendayu-dayu, sedangkan ponselnya tidak ada nada dering seperti itu.

Ruby sedikit ragu, dengan mata yang terpejam , ia mengambil ponsel itu.

Sekejap kemudian, Ruby merasa di tempat asing, karena dia merasakan dirinya berada di tempat tidur yang sangat empuk, selimutnya pun halus, lembut dan wangi, Sesaat rasanya dia ingin terus tidur dan enggan untuk bangun.

Suara dering ponsel itu berhenti dengan sendirinya. Dan Ruby dia ingin melanjutkan kembali tidurnya karena merasa nyaman sekali. Cuaca yang dingin memang membuatnya betah untuk berlama-lama di dalam selimut.

Ponsel itu kemudian kembali berdering.

"Arrrrrgggh … Apalagi?" Ruby sedikit kesal dengan suara dering ponsel yang menganggu tidurnya.

"Siapa yang berani menganggu tidurku?" Ruby berteriak. Ia memegang ponsel itu dan melihat nomor yang tertera di sana.

Ia sedikit bingung dan ragu. Ini bukan ponselnya, dan ini … nomor yang menghubungi ponsel ini. Dia mengenali kombinasi nomor itu.

"Kenapa nomornya sama persis dengan nomor teleponku?" Ruby merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Ada keanehan yang terjadi sekarang.

"Ha-lo!" Ruby menyapa dengan suara yang gugup. Ruby memegang lehernya karena merasa suaranya serak dan berubah.

"Keluar sekarang juga!" terdengar suara teriakan wanita dari seberang telepon.

"Si-siapa kau?" Ruby tidak mengerti.

'Ada apa ini?Mengapa nomorku menghubungi ponsel ini? Dan suara itu? Sepertinya aku mengenal suara itu.' Batin Ruby.

"Aku beri waktu kau sepuluh menit. Jika kau tidak segera keluar. Rasakan sendiri akibatnya!"

Klik. Panggilan terputus.

Wanita yang telah meneleponnya dengan berani terus mengancamnya.

Ia mengangkat kepala, menatap sekeliling ruangan. Ini tampak berbeda. Dirinya berada di dalam kamar tidur yang begitu asing.

Seketika ia terkejut, "Aaaaa, di mana ini? Di mana aku?"

"Mamaaaa!" Ada kepanikan dari teriakannya. "Di mana Mama?"

Ruby panik mengetahui dirinya sudah tidak berada di dalam kamar tidurnya lagi. Ia yakin, saat ini dirinya berada di dalam kamar tidur orang lain dan tidak ada ibunya di sini.

Kemudian, Ruby menundukkan kepalanya ke bawah. Ia melihat dirinya sekarang mengenakan kaos putih polos dengan celana tidur pendek yang memperlihatkan kaki panjangnya yang berbulu.

"Kyaaaa!Kenapa kaki-ku. Aku berubah menjadi monyet! Mama toloooong!" Ruby berteriak dengan kencang.

Ruby ketakutan hingga tubuhnya bergetar. Ia tidak menyangka, kakinya akan berbulu seperti monyet. Mana kaki putih dan mulus miliknya? Mengapa sekarang jadi banyak bulu?

Ponsel itu kembali berdering sebelum habis rasa terkejut dan kaget Ruby.

"Halo!"

"Waktumu sudah habis!"

"A-apa maksudmu?"

"Cepat keluar sekarang juga!"

Ruby bergetar karena dia merasa aneh dengan suaranya. Tapi dia belum bisa menyimpulkan situasi apa yang terjadi saat ini. Tanpa menghiraukan apa pun, Ruby segera berlari ke arah pintu. Berlari menuju keluar dari kamar yang sangat asing. Dan Ruby semakin heran begitu dia mendapati dirinya berada di sebuah rumah mewah dan besar.

Suara wanita yang berteriak-teriak di telepon itu membuat Ruby harus segera keluar rumah. Dia juga harus mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ruby merasakan langkah kakinya terasa lebih panjang dan lebar.

Begitu dia sampai di depan rumah. Ruby melihat seorang wanita berdiri di depan luar gerbang rumah itu. Ruby buru-buru menghampirinya. Dan alangkah kagetnya begitu dia melihat siapa wanita itu.

Ruby seakan hampir mati melihatnya. Kenapa wanita yang sekarang di hadapannya itu mirip sekali dengannya. Tatapannya aneh dan tajam melihat tubuh Ruby. Dan Ruby pun secara otomatis memperhatikan tubuhnya.

"Apaaa. Kenapa tubuhku aneh? Ruby juga menepuk wajahnya terasa asing. Dan rambutnya kenapa bisa pendek seperti seorang laki-laki.

"Ruby, tubuh kita tertukar," ucap wanita yang mirip dengannya begitu dia melihat Ruby yang sedang kebingungan.

"Tertukar, lalu siapa kamu?"

"Bos mu!"

Ruby merasakan sesuatu yang besar menghantam kepala dan dadanya.

"Bos Reino,apa itu kau?" tanya Ruby menatap wajah miliknya namun rupanya dia adalah Reino.

Bruuuuk.

Ruby pingsan. Dan wanita itu (Reino) hanya menarik napas panjang melihat tubuh kekar dan bagusnya tergeletak di tanah.

Catatan Author :

Bagi pembaca yang baru mampir ke sini. Harap siapkan kesabaran dan ketelitian dalam membaca. Karena setiap babnya Author akan menceritakan tokoh secara bergantian.

avataravatar
Next chapter