webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · Realistic
Not enough ratings
312 Chs

Seminar

Pukul sembilan, artinya Aksara sudah berada dalam ruang sekretariat sekolahnya selama dua jam. Hanya duduk diam mendengarkan seminar yang di bawakan oleh beberapa mahasiswa di depan sana.

Si samping kanan Aksara, Nathalie tampak mendengarkan dengan seksama, sesekali mencatat beberapa poin. Sedang di samping kiri Aksara, Raka tenang sibuk dengan dunianya sendiri, melamun, sudah di pastikan pemuda itu tengah menghayal.

Aksara menarik napas kasar, mengantuk berat, jika tidak bukan karena ia duduk di barisan depan mungkin ia sudah tidur sejak tadi. Bahkan Mas Abim terus memelototinya agar tidak mengantuk. Menyebalkan sekali kakaknya satu itu.

"Lo nggak ngantuk Sa?" tanya Raka, si samping kiri Raka, Ardi yang juga temannya mengangguk mengiyakan.

"Ngantuk. Tapi kalo tidur ntar kena tegur. Malu ah,"

Raka dan Ardi mengangguk bersamaan, kembali fokus pada seminar di depan sana. Menyebalkan, pantat Aksara sampai merasa kram karena terlalu lama duduk.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com