1 .. ProLog ..

📞"Assalamu'alaikum Ummi."

📞"Waalaikumusalam sayangnya Ummi, aduh Ummi udah kangen ni sama kamu nak, kamu kapan pulangnya sih?"

Dengan intonasi dan tutur kata yang panjang, begitu akrab ku dengar membuat hati ini kembali memanggil rindu.

📞"Ummi, aku di sini baik-baik aja kok. Ummi tenang aja, aku gak minat tu niru Malin Kundang hahha," ku tambah dengan tawa lambat.

📞"Ah kamu ni ya, andai kamu kuliahnya di sini aja! pasti Ummi gak kesepian."

Ummi emang paling sulit untuk melepaskan sesuatu yang ia sayangi. Bukannya gak mau ikhlas sih tapi... ya gitu lah, intinya sulit aja gitu. Apalagi untuk melepas pelukannya sewaktu di bandara kemarin. Ahhahaha aku merasa seperti masih kecil saja jika mengingat kejadian itu.

Mendengar curhatan Ummi seperti ini seakan menambah vitamin bagi diriku. Ummi sangat mengkhawatirkan keadaanku, yang saat ini menjadi anak satu-satunya Ummi.

Ummi akan menghubungiku dua atau tiga kali sehari apabila aku jauh darinya. Hmm udah kayak makan nasi ajakan.

"Ummi... Ara titip salam buat Abi ya. Soalnya Ara gak bisa janji untuk nelfon Ummi nanti malam, maaf ya Mi..."

📞"Ya sayang, nanti Ummi titipin deh salamnya. Ummi tau kamu pasti capek, lagian Abi lagi lembur. Ya udah Ummi tutup sekarang ya, kamu jaga diri di sana, jangan lupa semua pesan Ummi. Ingat selalu untuk kontak bantin sama Allah ya sayangku. Assalamualaikum."

📞"Waalaikumusalam Ummi..."

Tut Tut Tut...

"Ra gak papakan kalo besok pagi aja kita ke tempat tante Lin-nya"

"Oouh gak masalah kali El...l"

Hillery atau yang biasa aku panggil Ell merupakan sahabat terbaikku. Kami telah menjalin persahabatan sejak bertemu di kelas satu SMA. Ia faktor utama yang mendorongku untuk dapat melanjutkan studi ke China.

Tak tak tak tak...

"Hillery ayo makan! Makananmu sudah sampai." Suara wanita yang berumur tua dari balik pintu kamar Ell sedikit mengejutkan kami.

"Shi de nainai," jawab Ell sambil menarik pergelangan tanganku.

Aku dan Ell saat ini menginap di kediaman nenek dan kakek dari pihak ayahnya Ell, bisa dibilang ini  kampunya Ell. Mereka sangatlah toleran pada kami walaupun memiliki perbedaan keyakinan.

Bagaimana tidak, ini sudah keempat kalinya neneknya Ell memesan makanan halal untuk kami makan. Ia juga tak mengizinkan kami untuk menggunakan barang-barang di sini dalam keperluan makan. Ia sangat menjaga kami agar tak tercemar oleh ketidak halalan.

Aku merasa beruntung berteman dengan Ell yang memiliki keluarga seperti ini. Tampaknya perbedaan yang mereka miliki tidak menjadi tolak ukur untuk menebar kasih sayang. Dan aku tau satu-satunya harap besar Ell adalah dapat menghilangkan perbedaan itu.

* *

Sinar matahari telah digantikan oleh rembulan. Ocehan-ocehan ringan kami mungkin telah menepati beberapa judul. Ya begitulah wanita, tak ada suasana tanpa hadirnya suara.

"Ell?" aku mengalihkan dengan pembicaraan yang lebih serius.

"yap."

"aa..."

"Kenapa Ra? Kok lo gugup gitu sih?"

"Hmm... Iya ni, tiba-tiba aja gua gugup buat jalani hidup di sini."

"Iiih Ra, lo lupa ya ini tu udah jalan kita. Toh kemarin lo gak kaya gini mentalnya."

"Iya ni, gua kurang percaya diri aja."

"Pasti lo takut dibullykan?"

"Gak sih, cuman gua ngerasa ada hal besar yang bakal gua hadapi."

"Ya tentulah. Ingat deh kata Pak Siril, setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki tujuan. Kita sebagai manusia memiliki tugas untuk menyelesaikannya! Besar kecilnya masalah yang bakal lo hadapi itu  pastinya udah ditentuin. Gua yakin lo pasti bisa ngelewatinya! Berada di sini kan juga merupakan jalan buat kita mencapai tujuan itu Ra..."

"Tumben lo bijak, hehehe," ledekku padanya, sembari memikirkan ucapannya.

Benar kata-kata Ell itu mengembalikan semangat juangku. Pastinya aku ditakdirkan belajar di negara ini gak cuma-cuma. Tentu untuk menyelasaikan permasalahan, menjalani tugas dan mencapai tujuan.

"Makasih ya Ell."

Ell mengangguk dan tersenyum, kemudian ia memegang erat kedua tanganku.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucap kami berdua sebagai awalan menjalani hidup di sini.

avataravatar
Next chapter