webnovel

Bara - 14 Hari Sebelum Babak Penyiksaan

Hari-hari yang aku lewati bersama Anung adalah sesuatu hal yang indah di dunia ini. Tidak banyak yang bisa aku peroleh keindahan dunia ini. Semua manusia mencoba untuk menjadi eksis dengan kelompoknya. Orang di daerah Barat selalu mendesak dan menekan orang-orang-orang yang berasal dari Timur, Selatan, Utara dan Tenggara. Aku benci melihatnya namun aku juga benci untuk menjalankan tugas ini.

Aku membuat sebuah pot tempel untuk tumbuhan rosemaryku. Bukan karena aku ingin untuk diingat oleh dia, aku hanya menggambarkan kebahagiaanku dan sebuah keindahan di sini yang serupa dengan setiap waktu yang aku lewati bersamanya. Awalnya ia sempat menolak ide untuk tumbuhan gantung, mengingat ini hanya tempat tinggal yang diberikan secara cuma-cuman oleh pemilik kafe, namun aku membujuknya, dan sedikit sihir kutaburkan disetiap tumbuhan rosemary, setiap dihirup olehnya maka dia akan terus mengikuti kemauanku.

Rambutnya yang berombak dan berwarna cokelat kemerahan membuatku seperti candu untuk menyentuhnya dengan tanganku, karena harum sederhana dan unik kutemukan pada dirinya. Pandangan matanya tidak dalam seperti samudra, kulitnya yang cokelat memberikan rasa manis untuk memandangnya.

"Sayang aku ditugaskan untuk membunuhnya dengan keji." kataku dalam hati dengan memandang sekitar kamar kami di belakang kafe palsu ini.

"Ya, kalian tahu maksudku dengan keji ? Mencintai untuk dicintai, melukai untuk dilukai. Pada akhirnya aku menginginkan dia terluka dan mati." aku masih bergelut dalam hati dan menyeringai sendiri.

Bangsa Nemalamuk berdiri lebih kuat dari bangsa manapun, ribuan tahun dihabiskan untuk menemukan celah menggabungkan banyak hal yang tidak biasa bagi manusia, yaitu sihir. Bartanda hanyalah makhluk Agung yang lemah setelah perginya Aita di masa Perang Salib dahulu. Aita perempuan yang lemah di masanya yang bertahan mengagungkan Sang Eloah dari Negeri Barat. Sayangnya Aita sekarang hanya tumbuh di Negeri Timur, menjadi terang di tengah kegelapan. Sang Eloah adalah penguasa negeri Barat dan Sang Bartanda adalah penguasa negeri Timur. Mereka berdua adalah penguasa yang konyol, selalu beralasan dengan keadilan dan kasih pada akhirnya semua adalah ketidakmungkinan.

Kehadiran Aita Anung adalah bukti kebaikan dan kemuliaan Bartanda untuk mengulang kembali masa-masa sebelumnya, menghadirkan penyelamat, yang membantu manusia untuk kembali pada jalannya di negeri Timur. Namun, pada jalan apa ? Bartanda memang baik, tapi tidak sepenuhnya baik. Ada banyak misteri yang tidak ditunjukkan karena menurut manusia itu baik dan baik bagiNya. Tapi, manusia penuh derita, kekerasan, penipuan, benci, korupsi, pembunuhan, gosip, media sosial, kecanggihan teknologi semua adalah penderitaan yang diciptakan Bartanda.

"Bara, apa yang kamu pikirkan ? Sepertinya sangat serius ?" suara Anung yang datang mendekat kepadaku.

"Aku berpikir ? Sepertinya aku tidak cocok untuk berpikir Anung. Hahaha." Balasku dengan membuat wajahku lucu dengan membentuk bibirku menjadi duck face.

"Mmm, apakah ada sesuatu yang ingin kamu lakukan ?", ujarnya dengan melihatku sambil tersenyum hangat. Dalam hatiku berbegegas mengatakan "membunuhmu" tapi aku tidak sampai hati menyampaikannya.

"Tidak Anung, aku hanya sembari berbaring di kamar ini ingin mengenang semuanya."

"Apakah kamu akan menghilang ?" pertanyaan yang diberikan padaku dengan mengerutkan dahinya.

"Apakah aku terlihat seperti akan menghilang ?" balasku cepat dan mengelus pipi kananku.

"Kamu seperti mempunyai rahasia yang besaaaaaar dariku ?" ujarnya dengan menyipitkan matanya dan duduk disebelahku bersandar pada tembok kamar berwarna putih dan melebarkan tangannya ke arahku, ya, dirinya bercanda.

"Mmmmm,, aku akan memberitahumu kalau kau berhenti menciumku secara dadakan." balasku sambil mengambil bantal dan menutup wajahku.

"Bara, CURANG!! Sudah tau saja aku akan menciummu. Hahaha." teriaknya.

"Kamu memang begitu kan?" ucapku dengan tidak jelas karena bantal yang menutup wajahku. Lalu, aku menggulingkan badan ke kiri dan kanan untuk membuatnya merasa aneh dan tertawa.

Sial. Dia benar tertawa, dan suaranya masuk melalui telingaku, dan aku ikut tersenyum di balik bantal.

Apakah aku juga pantas merasakan momen ini ? Padahal aku akan segera membunuhnya.

Hari-hari bersamanya membuatku melupakan sedikit ketegangan rencana-rencana tragis dan keji yang sudah harusnya kulakukan di awal pertemuan kami. Bahkan sampai kami seranjang dan berhubungan intim pun, dia tidak menyadari kehadiranku adalah sebuah malapetaka baginya.

~

Pandangan matanya tidak dalam seperti samudra, kulitnya yang cokelat memberikan rasa manis untuk memandangnya. 

gendhisirengcreators' thoughts
Next chapter