webnovel

Chapter 1 // Artelia Quenella

7 tahun kemudian

Dengan rambut di ikat dua di sisi kanan dan kiri lengkap dengan seragam putih abu-abunya serta permen lolipop di mulutnya. Artelia memasuki kawasan SMA Perbanas. Artelia murid baru di sekolah ini. Ia melenggang masuk mencari ruang kepala sekolah.

=========//========//========//=======//======//=====//=====

"Eh tadi gue liat ada anak baru di sekolah kita waktu gue liat habis ambil spidol di TU" ucapnya antusias

"Cewek apa cowok? Kalo cewek mau gue modusin ah" sahut temannya.

"Anak barunya tuh cew-" potong Beni saat melihat guru masuk ke kelas dan duduk di tempatnya.

Murid yang lain diam tanpa bersuara. Guru di depan mereka adalah salah satu paling galak di SMA Perbanas.

"Selamat pagi semua. Hari ini kalian mendapat murid baru. Semoga kalian bisa berteman dengan baik" ucap Bu Yutiah lalu menoleh ke Artelia.

"Berkenalkan diri kamu." suruhnya. Artelia hanya mengangguk.

"Perkenalkan nama gue Artelia Quenella. Biasa dipanggil Lia. Tapi lo semua bisa panggil gue sesuka kalian gue gak masalah asal gak nyinggung gue. Gue pindahan dari Surabaya. Pindah ke sekolah ini karena papa gue pindah kerja ke Jakarta. Apa ada yang di tanyakan? " terang Arelia.

"Panggil sayang boleh dong" celetuk salah satu cowok di bangku belakang.

"Boleh kalo lo bisa kalahin gue" seringai Artelia.

"Widih nantangin nih cewek" sahut teman sebelahnya.

"Sudah-sudah, kamu boleh duduk di bangku kosong itu" tunjuknya pada Artelia.

Artelia mengangguk dan mengucapkan terimakasih lalu berjalan ke bangkunya dengan tasnya bertengger di bahu kanannya. Bu Yutiah keluar meninggalkan kelas karena memang bukan jamnya mengajar di kelas ini..

Artelia Quenella. Nama murid baru hari ini.. Cewek tomboy dengan rambut di ikat dua di kanan dan kiri tak lupa bandana orange di kepalanya. Artelia memiliki wajah cantik dan juga manis. Dari wajahnya tak terlihat bahwa dia gadis tomboy seorang atlet karate nasional. Ia tak pernah membanggakan bahwa dia atlet karate karena ia hanya ingin di kenal sebagai ARTELIA QUENELLA. Bela diri baginya adalah keharusan meskipun ia seorang cewek. Mungkin pemikiran itu terjadi 10 tahun yang lalu. Artelia sering berpindah sekolah, bukan karena dia nakal namun karena ayahnya yang sering dipindah tugasnya untuk mengurus perusahaan. Mau tak mau ia harus ikut ayahnya.

Inilah Artelia Quenella dan inilah kisahnya.. Selamat menikmati kisah Artelia Quenella.

=========//========//========//=======//======//=====//=====

Artelia berjalan ke bangkunya. Bangku baris kedua dari belakang. Duduk di samping gadis kacamata lengkap dengan buku di atas mejanya. Artelia pikir ia adalah gadis membosankan dan kutubuku di lihat dari penampilannya. Tapi dia manis. Dan di belakang bangkunya ada cowok yang asal sahut saat perkenalannya. Artelia duduk di kursinya. Lalu ada tangan yang terulur di depannya.

"Riska" katanya ambil mengulurkan tangan kepada Artelia.

Artelia melihatnya, lalu menjabat tangan itu. "Artelia"

"Kalo gue Beni. Boleh dong bagi nomor wa" katanya genit sambil mengulurkan tangan juga.

Artelia menjabat tangan itu lalu memelintirnya. Jangan harap Artelia akan bersikap manis kepada cowok model Beni ini. "Boleh, kalo lo bisa menang dari gue." Seringainya.

"Aduh aduh sakit Li" rintih Beni.

"Gitu aja udah kesakitan gimana lo mau dapetin nomor wa gue apalagi panggil gue sayang." sambil melepas tangannya.

Riska dan cowok di samping Beni hanya memerhatikan tanpa ikut campur. Pikir mereka Beni memang harus di begitukan agar dia gak modusin cewek-cewek lagi. Sudah banyak korban kemodusan Beni. Memang beni memiliki wajah diatas rata-rata namun itu tak berpengaruh untuk Artelia.

"Anjir tangan gue sampek merah. Tenaga lo kuat juga ya sampek bikin tangan sakit kayak gini" puji Beni. Bukannya jera dia malah kesenangan.

Artelia tak menggubis perkataan Beni. Artelia beralih ke cowok samping Beni. "Nama lo siapa?" tanya Artelia sambil mengulurkan tangannya. "Tenang gue gak bakal melintir tangan lo kok." lanjutnya.

"Dino" jawabnya..

"Salam kenal buat semuanya" kata Artelia tulus sambil tersenyum manis.

Artelia akan bersikap biasa tau manis kepada orang yang tak memiliki masalah padanya atau mengusiknya. Namun bila ada cowok bermodelan seperti perkataan Beni jangan harap Artelia bersikap manis padanya. Artelia memiliki mood yang berubah-ubah. Kadang bersikap feminim kadang bersikap tomboy. Seakan-akan ada dua orang di diri Artelia.

Pelajaran pertama di sekolah barunyapun di mulai. Artelia menyimaknya.

=========//========//========//=======//======//=====//=====

"Ka, ke kantin yuk. Gue laper nih" ajak Artelia ke Riska.

"Boleh, yuk gue temenin." balas Riska sambil beranjak dari bangkunya.

"Eh lo berdua mau ke kantin kan. Kita ikutan" sahut Beni sambil menarik tangan Dino.

Artelia dan Riska tak menggubis omongan Beni. Mereka lebih memilih berjalan dahulu.

Dengan iseng Beni menarik ikat rambut Artelia dari belakang. Pertama Artelia masih bersabar. Hingga ikat rambutnya terlepas semua menampilkan rambut urainya.

Artelia langsung membalik badankannya dan menatap tajam kearah Beni, artelia menatap sambil berjalan mundur.

"Lia, jangan mundur jalannya" pinta Riska namun tak di gubis Artelia.

"Maksud lo apaan tarik ikat rambut gue?Ha?" tanyanya galak.

Beni yang mendapat tatapan itu langsung ciut nyalinya. Baru ada cewek di sekolah ini yang berani berhadapan dengan dia selama ini.

"Bisa gak sih lo diem tinggal ngikut aja kalo lo emang mau ikut tanpa harus jahil ke orang lain?!" tanya Artelia lagi

Yang diajak bicara hanya diam sambil nunduk.

"Udah Lia udah. Maafin Beni ya" bela Dino.

"Gue udah greget sama Beni dari awal." katanya sambil berbalik badan. Namun badannya tak seimbang dan akan jatuh.

"Lia awas!"

Ada tangan lain dipinggangnya.. Menahan tubuhnya agar tak jatuh. Mereka saling bertatatapan.. Orang itu menatap Artelia. Mata itu, gunamnya.

Orang itu sadar dari lamunannya. "Kalo jalan tuh kedepan buka mundur" sewotnya.

Artelia yang sadar akan ucapannya lalu segera pindah dari pelukannya.. Dan meminta maaf.. Orang itu berlalu begitu saja.

=========//========//========//=======//======//=====//=====

"Sebagai permintaan maaf gue, gue traktir mie ayam" kata Beni sambil menyimpan mangkok mie ayam di depan Artelia.

"Lo nyogok gue?"

"Enggak. Yang lain juga gue traktir kok tuh lagi ngantri. Gue minta maaf Lia" kata Beni tulus.

"Jangan ngulangin lagi. Gue gak suka di gituin. Baru juga kenal udah jail ke gue. Untung lo gak gue sleding" kata Artelia memperingati.

Riska dan Dino duduk di bangku mereka lengkap dengan nampan berisi mie ayam, bakso, dan es teh untuk mereka berempat.

"Gue peringatin Lia. Jangan berurusan sama yang namanya YOSI PRADANA" peringat Dino sambil menekan nama Yosi Pradana.

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan! Apalagi lo anak baru disini" sahut Beni.

"Siapa Yosi Pradana? Tanya Artelia masih tidak paham arah pembicaraan mereka.

"Yang nolongin lo tadi waktu mau jatuh.. Itu namanya Yosi Pradana. Dan cowok di belakangnya tadi namanya Dalu Dharmawangsa. Mereka dua cowok yang berpengaruh di sekolah ini.. Yosi sang raja perbanas anak pemilik yayasan. Dan Dalu adalah saudara sepupu Yosi anak kepala sekolah disini. Nanti lo bakal tau sendiri gimana sikap mereka." jelas Riska

Yosi Pradana, gunamnya seperti tak asing dengan nama itu. Tapi siapa? Dan dimana dia pernah bertemu atau mendengar nama itu