webnovel

Setelah kematian ibu

Zahra berusaha tegar sambil menahan tangisnya,setelah perjuangan panjang berharap ibu nya yang sangat dia cintai bisa terus hidup hingga 100 tahun rupanya sia-sia.

Penyakit kanker rahim milik wanita itu sama sekali tidak berhasil disembuhkan. Setelah perjuangan berobat kesana kemari penuh perjuangan berharap jika masih tersisa sedikit harapan rupanya semuanya sia-sia.

Zahra menghapus air matanya secara perlahan, bola matanya menatap kearah depan untuk waktu yang cukup lama, menatap hamparan Padang rumput luas yang ada di hadapannya tersebut.

Selanjutnya kemana aku akan pergi?!.

Itu menjadi pertanyaan besar dia saat ini, yah kemana dia harus pergi setelah kematian ibu nya?!.

Wanita itu yang tidak lain merupakan sang petugas pembersih panti asuhan xxxxxxx merupakan ibu angkat nya, membawa nya kesana dan membiarkan dirinya tinggal di panti asuhan pinggiran Lubuklinggau sejak usia nya 7 tahun.

Dia tidak tahu sebenarnya berasal dari keluarga mana, dimasa lalu dia ditemukan di didekat sebuah danau pinggiran desa puncak sembari menangis tersedu-sedu, dia merupakan gadis kecil yang hilang di sebuah pedesaan kecil dengan jumlah penduduk yang masih begitu minim.

Hilang di desa jelas tidak sama seperti di kota, akses komunikasi yang sulit, petugas kepolisian yang jelas saat minim untuk ditemukan bahkan kurangnya pemahaman untuk melaporkan soal anak hilang hingga akhirnya membuat wanita itu pasrah dengan keadaan dan membawa Zahra menuju ke panti asuhan xxxxxxx dimana dia berkerja dan tinggal.

Satu-satunya ingatan Zahra adalah dia dibawa oleh seorang wanita kala itu dengan sebuah mobil mendominasi berwarna putih, kemudian tahu-tahu dia berdiri di tepian danau pinggiran desa puncak dan menangis tersedu-sedu karena ketakutan yang luar biasa.

Zahra pikir akan sangat sulit untuk nya kembali tinggal di panti asuhan tersebut, selain ibu angkat nya yang telah meninggal, dia pikir dia tidak mungkin tinggal gratis disana tanpa bekerja.

Pilihan gadis itu dia harus pergi ke kota untuk mengubah nasib nya dan bekerja untuk mulai membuka kehidupan baru untuk dirinya.

Berbekal ijazah SMA dari kampung tersebut, Zahra pikir itu cukup membuat dia berkemungkinan bisa mendapatkan pekerjaan di pusat kota dengan persaingan yang begitu padat dan kencang.

Apapun pekerjaan nya bukan masalah, selama itu baik dan tidak menurunkan harga dirinya nya.

"Yakin akan pergi ke kota?," seorang wanita tua bertanya pada Zahra malam ini, ketika wanita itu melihat Zahra mulai mengepak seluruh pakaiannya.

Wanita tersebut adalah pengurus panti asuhan dimana dia tinggal itu.

Gadis tersebut menganggukkan kepalanya.

"Aku telah memikirkannya dengan matang, Bu," Jawan Zahra pelan.

Mendengar Jawaban Zahra, wanita itu terlihat diam untuk beberapa waktu.

"Kota tidak begitu baik, berhati-hati lah dalam bergaul dan melangkah," pesan wanita tersebut sembari menatap dalam wajah Zahra.

Gadis itu langsung menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Hmmm aku mengerti, Bu," setelah wanita itu pergi meninggalkan dirinya, sejenak Zahra menatap sesuatu di lengan kanannya, sebuah tanda lahir unik berbentuk kupu-kupu terpampang jelas di lengan kanan nya tersebut.

Dia menatap cukup lama tanda lahir Tersebut tanpa mengeluarkan suaranya.