1 Derita sang Putri Mahkota

"KENAPA MENJADI SEPERTI INI!"

Clara meneriakkan perasaannya ketika dia menyadari apa yang terjadi selama ini. Dia sudah terikat oleh kewajiban status yang disebut 'Putri Mahkota' karena dia telah jatuh ke perangkap ibu tirinya, Baroness Elisa.

Setengah tahun yang lalu, Baroness Elisa dan putri tirinya, Clara, hidup damai di pedesaan tanpa masalah.

Hingga suatu hari, sebuah kereta kuda bangsawan tiba di rumah Baroness Eva. Tamu itu adalah Duke McMillan, Chamberlain kerajaan Hereford, yang memberi tahu kepada nyonya Elisa bahwa kakak lelakinya, raja berkuasa, dan keluarganya telah meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Situasi ini menyebabkan nyonya Elisa sebagai satu-satunya de facto monarki yang tersisa di kerajaan.

"SAYA MENOLAK!!!" Elisa menolak proposal yang mengangkatnya sebagai ratu berikutnya di kerajaan Hereford.

"Kumohon, Nyonya. Anda adalah harapan kami untuk mempertahankan garis suci tahta. Tidak ada pilihan lain."

Duke McMillan membujuk tanpa lelah dan bersikeras dia tidak akan pulang sampai nyonya Elisa menerima posisinya sebagai putri mahkota berikutnya.

"Apakah anda sudah kehilangan akal dengan meminta seorang wanita tua seperti saya untuk menjadi putri mahkota berikutnya dari negara ini!"

"Seluruh negara tetangga akan menertawakan kerajaan kita jika anda berani mengangkatku ke posisi tersebut."

Elisa mengutarakan alasan logisnya untuk menolak proposal itu. Namun, Duke McMillan juga bersikukuh mempertahankan opininya.

"Nyonya. Apakah anda ingin melihat seluruh negeri yang dibangun oleh leluhur anda dengan keringat dan darah mereka hancur dalam perang saudara karena Anda menolak tawaran sederhana ini."

"Kami sudah mendapatkan persetujuan dengan House of Lord dan House of Common. Mereka akan mendukung Anda di sesi parlemen jika anda menjadi Putri Mahkota."

Duke McMillan menegaskan tawarannya tanpa lelah saat dia mengantisipasi situasi ini dan mengetahui kepribadian nyonya Elisa.

"ANDA!!!" Teriak Elisa kepada sang Duke.

\\\\Tock .... tock ..... tock.////

Seseorang mengetuk pintu ruang tamu.

Suara seorang gadis datang dari balik pintu ruang tamu. Suaranya terlihat takut atau khawatir dengan pembicaraan itu.

"Ummmm ..... permisi, ibunda. Saya akan menyajikan teh untuk anda dan tamu. Apakah anda tidak keberatan jika saya masuk dan menyajikannya?" Gadis itu berkata dengan gugup.

"Ah ....maafkan saya ... saya benar-benar mohon maaf sayangku. Silakan masuk." Nyonya Elisa meminta maaf atas suaranya yang keras tadi.

Seorang gadis remaja pirang yang sederhana memasuki ruangan membawa nampan berisi cangkir teh dan teko. Dia menyajikan teh untuk ibunya dan tamunya dengan berlahan.

Sang Duke terkesan dengan sifat gadis yang elegan dan sopan saat dia minum teh dan santai.

"Saya tidak pernah tahu anda memiliki anak perempuan yang cantik, Baroness Elisa." Dia mengatakan untuk meredakan ketegangan antara dia dan nyonya Elisa.

"Ya ..... tentu saja ..... dia adalah putriku yang berharga dan satu-satunya teman di dunia ini setelah aku meninggalkan kastil bertahun-tahun yang lalu." Elisa dengan bangga memamerkan putrinya.

"Sebenarnya saya berharap dia menjadi putri mahkota dan anda sebagai pengasuhnya maka semua masalah ini akan terpecahkan." Kata sang Duke sambil bercanda dan dia meneguk tehnya.

"ITU DIA !!!!" Eva berteriak ketika dia mendapatkan ide cemerlang.

"EHHH !!! ..... Apakah anda bercanda. Tolong jangan menganggapnya serius. Ini hanya lelucon sederhana." Jawab Duke McMillan.

"Kenapa tidak. Lihat, dia masih muda, cemerlang, cantik, dan energik. Saya yakin dia bisa mengambil peran lebih baik dari diri saya sendiri ... fufufufu." Elisa menjelaskan rencananya yang liciknya.

"Hmmmm ..... kurasa saya setuju denganmu kali ini. Dia memang cocok untuk peran ini ..... fuehehehe." Kata sang Duke.

Baroness Elisa dan Duke McMillan mengalihkan pandangan mereka ke Clara yang di tengah menyajikan kue. Ketika Clara melihat mereka berdua, dia mendapat firasat buruk tentang itu.

"EEEHHH !!!! ... MAKSUD ANDA ADALAH SAYA!" Clara terkejut ketika dia menyadari rencana ibu tirinya.

##################

Sekelompok maid tiba di kediaman Baroness Elisa pada pagi berikutnya. Tugas mereka adalah untuk mengungkapkan kecantikan dan keanggunan Clara hingga dia memenuhi syarat untuk menjadi layaknya anggota keluarga kerajaan. Clara yang tidak pernah mengalami situasi ini mulai takut.

"MOHON IZINKAN KAMI UNTUK MENDANDANI ANDA. YANG MULIA PUTRI MAHKOTA CLARA." Kata para maid secara bersamaan.

"Eeehhhh .... aaahhhhh ..... mohon perhatikan saya juga. Ibunda, saya takut tolong bantu saya." Panik Clara pada ibu tirinya.

"Tenang, Clara sayangku. Semuanya akan baik-baik saja. Tutup kedua matamu saat mereka melakukan tugas mereka." Jawab nyonya Elisa.

"Tolong jangan bergerak di kursi. Yang Mulia Putri mahkota." Seorang maid senior memulai tugasnya.

"EEeeeeekkk ... tolong lakukan pelan-pelan. Saya mohon." Kata Clara dengan gugup.

Enam jam kemudian, para pelayan sudah bekerja dengan baik. Lady Eva puas dengan pekerjaan mereka juga.

"KAMI SELESAI MENDANDANI. NYONYA ELISA. SANG PUTRI MAHKOTA CLARA TELAH SIAP!" Kata semua maid lelah.

"Luar biasa. Engkau bisa membuka matamu sekarang, Clara sayang." Nyonya Elisa memberi tahu putri tirinya.

Ketika Clara membuka matanya, dia melihat seorang wanita berambut pirang emas cantik dengan sepasang mata biru laut. Bibir merah mudanya yang kecil terlihat menggoda sementara kulit putihnya yang pucat terpapar sinar matahari. Dia mengenakan gaun perak yang indah.

"KYYAAAAAAA !!!!! ....." Clara berteriak ketika dia mengenali gadis cantik yang tercermin di cermin ibu tirinya.

###################

Empat bulan kemudian, Baroness Elisa dan Clara tiba di istana kerajaan. Mereka akan bertindak sebagai seorang putri dan pengasuhnya hanya peran mereka terbalik. Elisa meyakinkan Clara bahwa dia hanya berpura-pura menjadi seorang putri untuk mengisi kekosongan kekuasaan sampai ada kerabat Baroness bersedia sebagai calon pangeran atau putri.

"HIDUP SANG PUTRI MAHKOTA CLARA!! ..... HIDUP SANG PUTRI MAHKOTA CLARA!!" Teriakan publik menonton kedatangan Putri Mahkota Clara di ibukota.

"Yang Mulia Putri Mahkota Clara. Izinkan saya untuk memperkenalkan ...." Setiap pejabat memperkenalkan diri kepada Putri Mahkota yang baru.

"Jangan .... anda tidak harus melakukannya, Yang Mulia Putri Mahkota. Izinkan kami melakukannya untukmu." Para maid selalu menahan Clara untuk melakukan hal-hal mendasar.

"Rambut Yang Mulia Putri sungguh indah. Izinkan kami untuk mengepang dan mendandani rambut anda." Empat penata rambut menyisir rambut sang Putri Mahkota setiap pagi.

"Kami tidak bisa membiarkan Yang Mulia Putri makan roti untuk makan malam. Kami akan menyajikan kue keju dan teh untuk Yang Mulia Putri." Koki istana mengatakan itu ketika Clara meminta roti dan air.

"Yang Mulia Putri Mahkota sangat cantik. Kami senang Anda menerima undangan kami." Seorang wanita bangsawan berbasa-basi dengan sang Putri.

Pada akhirnya, Clara harus menanggung semua hal itu tanpa mengeluh untuk menghindari publik mengetahui bahwa dia hanya menggantikan putri sesungguhnya. Putri yang sebenarnya adalah ibu tirinya.

"Terima kasih ..... maaf, bisakah anda ulangi lagi ... sangat baik ... Ya ampun ..... sungguh, luar biasa ..... ohohoHOHOHO .... ..... saya senang bertemu dengan anda juga. "

Kata-kata itu menjadi percakapan sehari-hari Putri Mahkota Clara dengan semua orang dalam fungsi publik atau resmi.

Cepat atau lambat, Clara merasa muak dengan akting dan kehidupan sehari-hari barunya sebagai pengganti Putri Mahkota.

#####################

Di tengah malam di kamar keluarga kerajaan. Putri Clara memutuskan untuk menemui ibu tirinya untuk mencari solusi yang lebih baik untuk memudahkan hidupnya.

BRAK!

"IBUNDA!" Teriak Clara kepada ibunya.

"Ya ampun ..... Clara. Tolong buka pintu dengan sopan, sayangku. Engkau adalah seorang putri sekarang." Kata nyonya Elisa.

"Ibunda! Mari kita tinggalkan tempat yang menyedihkan ini dan kembali ke rumah kita di desa! Saya tidak tahan lagi." Sang putri putus asa memohon kepada ibunya.

"Dear ..... sayangku ..... harap bersabar sedikit lagi, sayangku. Semuanya akan baik-baik saja selama kamu melakukan aktingmu." Sang Baroness menenangkan putri tirinya.

"Tapi .... tapi ..... ibunda! Saya tidak suka semua gaya hidup ini. Mereka tidak mengizinkanku melakukan apa pun. Semua orang mendandaniku setiap pagi seperti sebuah boneka mewah. Setiap pejabat mencoba mencari perhatianku kedalam agenda mereka. Saya ingin makan sederhana, mereka malah memberiku makan malam mewah. INI LEBIH BURUK DARIPADA PENJARA! " Putri Clara menangis di pangkuan nyonya Elisa.

"Ara ..... ara ..... ara ..... putriku sayang. Saya akan memberitahumu sebuah rahasia. Engkau hanya perlu menahan diri sampai hari penobatan minggu depan. Kemudian, kita berdua bisa pergi kembali ke rumah diam-diam dan membiarkan para pejabat keparat itu untuk melakukan sisanya. Saya janji. " Jawab nyonya Elisa.

"BENARKAH! Ibunda. Kita bisa pulang minggu depan! Tolong berjanji padaku, ya?" Sang Putri tiba-tiba merasa lega seperti anak kecil.

"Ya, Clara sayangku. Saya berjanji untukmu." Balas nyonya Elisa meyakinkan putri tirinya.

"Ibunda. Saya pasti bisa melakukannya." Sang putri meyakinkan dirinya sendiri.

"..." Baroness Elisa hanya terlihat kasihan pada putrinya ketika dia meninggalkan kamar malam itu.

#####################

Pada hari penobatan Putri Mahkota, setiap pejabat kerajaan, duta besar negara tetangga, pejabat asing, tokoh masyarakat dan pangeran atau putri dari negara lain menghadiri upacara tersebut.

Sementara itu, Putri Mahkota Clara dan Baroness Elisa menunggu dengan tenang di ruang tunggu kerajaan, menunggu isyarat dimulainya upacara.

"Dengar, putriku sayang. Saya tidak bisa menemanimu ke aula upacara karena statusku sebagai Baroness, hanya Viscount keatas yang boleh menghadiri upacara itu. Engkau harus melakukannya sendiri sampai selesai. Saya akan tinggal di kamarmu dan berdoa untuk keberhasilanmu. " Baroness Elisa menghibur putrinya sebelum upacara.

"Ibunda. Saya akan berhasil tunggulah saya." Kata Putri Mahkota Clara mengenakan gaun upacara kerajaan.

"Biarkan saya memelukmu sekali lagi sebelum engkau pergi sayangku." Nyonya Elisa memeluk putrinya dengan hangat.

Putri Clara dan Baroness Elisa berpelukan selama beberapa saat. Sang putri merasa aneh karena tidak biasanya dia dipeluk oleh ibunya dengan begitu kuat dan hangat seperti saat ini.

"Sekarang, pergilah putriku tersayang. Biarkan mereka tahu siapa dirimu." Kata nyonya Elisa melepaskan Clara untuk terakhir kalinya.

"Ya, ibunda. Saya akan kembali nanti." Jawab putri Clara.

Putri Mahkota meninggalkan ibu tirinya dan pergi ke aula tahta.

####################

"DENGAN NAMA TUHAN. SAYA MENYATAKAN ANDA SEBAGAI PENGUASA YANG SEBENARNYA DARI KERAJAAN INI. YANG MULIA RATU CLARA HEREFORD. SEMOGA KEDAMAIAN DAN KEMAKMURAN MENYERTAI ANDA DAN PEMERINTAHAN ANDA." Seorang Uskup Agung meletakkan mahkota Ratu di kepala Clara.

"PANJANG UMUR RATU CLARA !! ..... PANJANG UMUR RATU CLARA!" Publik bersorak dan lagu kebangsaan kerajaan mulai dilantunkan.

CLAP .... CLAP .... CLAP ..... CLAP .... CLAP .....

Setiap perwakilan asing dan duta besar memberikan tepuk tangan kepada penguasa kerajaan yang baru.

DONG .... DONG .... DONG .... DONG .... DONG

Di luar setiap gereja dan kapel di ibukota membunyikan lonceng mereka tanpa henti.

Ratu Clara duduk di kursi tahtanya dengan anggun sambil menonton orang-orang menikmati jamuan perayaan setelah upacara sesuai tradisi kerajaan.

Pikiran Clara hanya dipenuhi dia berharap nanti akan bebas setelah hari ini berakhir dan kembali ke desa dengan ibu tirinya.

Menjelang sore, Ratu Clara mengumumkan dia ingin istirahat sebentar dan akan kembali pada acara malam nanti.

####################

BRAK

"Ibunda. Ibunda. Di mana Anda? Apakah kita akan pergi sekarang?" Clara memanggil ibu tirinya ketika dia tiba di kamar kerajaan.

"Ibunda. Nyonya Elisa. Nyonya Elisa ... Tolong jawab saya ... ini saya, putrimu Clara ..... Tolong ibu, Jawab saya ... Tolong, saya mohon Anda .... "Sang Ratu putus asa mencari tanda-tanda ibunya di setiap kamar di dalam istana Kerajaan.

"Ibu ..... Nyonya Elisa ... ini tidak lucu lagi. Saya mohon keluarlah sekarang!" Clara mulai menangis ketika dia merinding merasa ada sesuatu yang salah.

Ketika dia mencari ibu tirinya, dia melihat seorang maid berjalan di koridor istana.

"Permisi. Apakah anda melihat pengasuh saya, nyonya Elisa?" Clara bertanya kepada maid tersebut dengan perlahan.

"YANG MULIA RATU !!! MOHON MAAFKAN ATAS KETIDAKTAHUAN SAYA!" Maid itu malah membungkuk dalam-dalam kepada diri Clara.

"Tidak apa-apa. Apakah engkau pernah bertemu pengasuh saya, Baroness Elisa?" Sang Ratu mengulangi pertanyaan tadi.

"Ya, Yang Mulia Ratu. Baroness sudah pergi sore ini setelah acara penobatan Anda. Dia mengucapkan semoga anda sukses dan tetap sehat-sehat." Laporkan sang maid.

"APA YANG ENGKAU BILANG !!!!" Clara terkejut ketika dia mendengarnya.

"EEEEeeeekkkk! Maafkan saya Yang Mulia Ratu. Saya hanya menyampaikan pesan seperti yang diminta oleh Lady Elisa." Pelayan berlutut di depan Clara memohon ampun.

"KENAPA MENJADI SEPERTI INI!" Clara baru saja menyadari rencana untuk menjadikannya ratu sungguhan.

######################

Baroness Elisa tiba di rumahnya di pedesaan. Dia merasa sangat lelah dan bersalah setelah membohongi putri tirinya yang telah dibesarkannya selama ini. Dia membuka surat dari Perdana Menteri Kerajaan yang menghargai usahanya.

Yang Terhormat Baroness Elisa,

Kingdom Hereford menghargai pengabdian setia anda untuk membesarkan dan mendidik Putri Mahkota Clara secara diam-diam. Pihak pemerintah memutuskan untuk mempromosikan gelar anda sebagai Countess Elisa mulai hari ini dan memberikan sejumlah tanah di pinggiran Chesterfield. Anda juga akan menerima pensiun bulanan untuk pengabdian anda sebagai pengasuh sang Ratu juga.

Teman baik anda,

Duke Edgar Price. Perdana Menteri.

Lady Elisa menutup surat itu dan menuangkan anggur ke gelasnya kemudian meminumnya dengan santai. Dia akhirnya menyelesaikan misinya yang dipercayakan oleh Raja sebelumnya untuk menjaga Putri Clara.

"Semoga keberuntungan dan kesehatan tetap bersamamu Clara sayangku." Kata Baroness Elisa dan dia minum anggur lagi.

#######################

Sementara itu, Ratu Clara menghadiri Grand Ball malam untuk menghormati penobatannya sebagai penguasa sah Kerajaan.

"Selamat atas penobatan anda, Yang Mulia Ratu. Izinkan saya untuk memperkenalkan diri saya sebagai Pangeran Bern dari Kekaisaran Estagloria. Bolehkah saya berdansa dengan anda?" Seorang Pangeran muda mengajak Clara berdansa bersama.

Ratu Clara hanya diam dan menerima ajakan dansa tersebut tanpa kata. Dia tahu nasibnya sudah disegel sebagai Ratu. Satu-satunya penyesalannya adalah nyonya Elisa, orang yang paling dia percayai, mengkhianati dirinya.

"IBUNDA! ..... SAYA AKAN MENCARIMU DAN MEMBALAS PERBUATANMU INI!" Sang Ratu memutuskan untuk membalas dendam kepada mantan ibu tirinya.

TAMAT

avataravatar