1 Mimpi Buruk

Suara roda yang berdecit di jalan aspal yang basah karena hujan terdengar memekakan telinga. Sebuah mobil mewah terlihat berputar-putar tak terkendali di jalanan sepi.

 

Teriakan dan erangan para penumpang yang berada di dalam mobil mewah itu terdengar nyaring karena terpental-pental dari tempat duduknya dan menghadapi teror jalan raya yang menegangkan itu.

 

BRAKKK.

 

Suara keras terdengar, begitu badan mobil menghantam pembatas jalan dan meluncur bebas ke arah jurang di bawah jalan perbukitan Bohol di Manila, Filipina.

 

Mobil mewah yang kehilangan kendali itu terguling berulang kali karena menabrak bebatuan di sisi badan jurang tempat mobil itu jatuh. Para penumpang yang ada di dalam mobil itu terombang-ambing dan saling bertabrakan di dalam mobil yang berputar-putar itu.

 

Xian yang saat itu duduk di kursi belakang mobil tak dapat menahan tubuhnya yang ikut terpelanting ke sana ke mari. Pecahan-pecahan kaca dan serpihan bebatuan yang masuk dari jendela mobil yang pecah, melukainya.

 

Ia tak bisa memastikan siapa saja anggota keluarganya yang masih sadarkan diri dan siapa yang sudah terlanjur pingsan. Suara-suara teriakan telah berhenti terdengar sejak mobil itu terguling untuk pertama kalinya.

 

Ketika akhirnya kaca belakang mobil menghantam bebatuan besar yang cadas di dasar jurang, Xian yang bertubuh kecil terlempar sekitar sepuluh meter ke luar mobil yang akhirnya berguling untuk terakhir kalinya dan berhenti dalam posisi terbalik.

 

Xian jatuh menelungkup di atas permukaan tanah yang basah karena hujan. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Remaja laki-laki itu berusaha merangkak menuju ke mobil yang terbalik tadi dengan sekuat tenaga.

 

Ia ingin memeriksa keadaan keluarganya yang masih berada di dalam mobil itu. Jari-jari tangannya mencakar permukaan tanah yang lembek itu, namun tubuhnya sama sekali tak bergerak maju barang seinci pun.

 

BLARRR.

 

Mobil yang tadi terbalik itu seketika meledak dan terbakar saat bensin yang menetes dari tangki mobil memicu ledakan karena kontak dengan percikan api di badan mesin mobil. Xian membeku, tak mampu memproses apa yang sedang dilihatnya.

 

Kepala Xian terasa pening, pandangannya berangsur menjadi kabur dan akhirnya ia pun tak sadarkan diri setelah menyaksikan kobaran api yang melahap habis seluruh anggota keluarganya yang ada di dalam mobil itu.

 

Mendadak, Xian terbangun dari mimpi buruk yang senantiasa menghantui tidur malamnya. Nafas pria itu memburu, keringat dingin membanjiri wajah dan lehernya. Dengan panik, Xian bergerak gelisah mencari-cari sesuatu.

 

"Guk ... guk !" Seekor anjing berbulu putih menggonggong nyaring dan melompat naik ke atas tempat tidur di mana Xian berada. Laki-laki itu mengulurkan lengannya untuk menyambut anjing kecil itu ke dalam pelukannya.

 

"Maw!" seru Xian menyebut nama anjing putih kecil itu. Maw menggonggong sekali lagi, kali ini dengan suara yang lebih pelan.

 

Maw meletakkan kedua kaki depannya di dada Xian dan menjilati wajah laki-laki itu seolah hendak menyeka keringat yang membasahi wajah dan leher Xian.

 

"Sudah Maw, sudah! Kau membuatku semakin basah," ujar Xian sambil terkekeh pelan. Ia merasa sedikit tenang berkat Maw yang menemaninya saat ini.

 

Anjing kecil itu mengerti maksud ucapan majikannya dan berhenti menjilati wajah tampan Xian yang memiliki paras oriental seindah anggota idol boy band korea yang banyak digandrungi kaum hawa di seluruh dunia.

 

Maw lantas memutar tubuhnya dan duduk bergulung di atas pangkuan Xian yang membelai-belai bulunya dengan lembut. Mata anjing kecil itu terpejam seolah menikmati tiap belaian yang diberikan oleh majikannya itu padanya.

 

"Aku bermimpi buruk lagi, Maw!" ujar Xian memulai ceritanya seperti malam-malam sebelumnya ketika ia terus-menerus memimpikan hal yang sama.

 

"Aku melihat kecelakaan itu terjadi berulang kali di dalam mimpiku. Mereka semua mati di hadapanku dan aku tidak mampu melakukan apa-apa," sambungnya pilu, sambil tetap membelai lembut punggung Maw.

 

"Ayah, Ibu, Kakak dan Adikku. Aku kehilangan mereka semua di malam itu. Seandainya saja kami tidak menuruti keinginan kakak untuk berlibur ke sana waktu itu, tentu saja kecelakaan itu tak akan terjadi," lanjut Xian lagi dengan nada penuh sesal.

 

"Guk," gonggong Maw seolah menimpali cerita Xian. Anjing itu sudah mendengar kisah yang sama berulang-ulang sejak pertama kali Xian membawanya ke apartemennya ini.

 

Akan tetapi, Maw tidak pernah bosan mendengar cerita majikannya itu. Ia tetap mendengarkan dengan sabar karena ia paham bahwa Xian membutuhkan dirinya untuk menenangkan diri setelah mimpi buruknya itu.

 

"Maw, apakah kau punya keluarga? Ayah? Ibu? Saudara-saudara?" tanya Xian walaupun ia tahu ia tak akan mendapat jawaban dari pertanyaannya itu.

 

Maw mendengking perlahan sebagai jawaban yang tentu saja tak Xian pahami apa artinya. Laki-laki itu hanya tersenyum sekilas. Merasa bodoh karena berdialog dengan seekor anjing kecil.

 

Meskipun begitu, Xian menemukan ketenangan dalam dialog-dialog sepihaknya bersama Maw. Ia merasa didengar tanpa harus mendengar balik keluhan lawan bicaranya yang biasanya suka melebih-lebihkan penderitaan mereka sendiri hanya untuk membuat Xian merasa lebih baik.

 

"Seandainya aku tidak memungutmu di pemakaman saat itu, apakah kau akan kembali pada keluargamu?" tanya Xian lagi.

 

"Apakah aku ini manusia jahat karena telah memisahkanmu dari keluargamu yang saat ini entah berada di mana?" imbuh Xian tanpa menunggu jawaban anjing kecil itu.

 

Maw mendengking sekali lagi dengan nada protes. Anjing itu lalu bangkit dari duduknya dan menggosokkan kepalanya ke dada Xian seolah ingin mengatakan kalau Xian tidak perlu merisaukan tentang dirinya, Xian adalah keluarganya.

 

Walaupun tak dapat memahami maksud anjing kecil itu, Xian merasa senang karena Maw memberi reaksi atas pertanyaannya tadi. Ia pun mengusap-usap kepala Maw dengan telapak tangannya yang kini sudah tak berkeringat seperti sebelumnya.

 

"Terimakasih, kau selalu menemaniku di saat aku membutuhkanmu. Kalau tidak ada kau, aku tidak akan bisa melewati malam ini seorang diri," ucap Xian lirih sambil tetap mengusap kepala Maw.

 

"Jadi, malam ini tidurlah di sini bersamaku. Temani aku sampai pagi menjelang, Maw," sambungnya lagi seraya memindahkan Maw ke sampingnya.

 

Xian bergerak membuka selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya sejak tadi dan menyuruh Maw untuk masuk ke dalam selimut itu bersamanya.

 

"Guk ... Guk!" Maw menjawab dengan gonggongan ceria. Mulut anjing kecil itu terbuka dengan lidah menjulur dan nafas berderu bersemangat.

 

Xian tersenyum melihat Maw yang sangat senang dengan ajakannya itu. Ia lantas membiarkan anjing kecil itu masuk ke dalam selimutnya dan tidur dalam dekapannya.

 

Setidaknya ia akan mampu melewati satu malam lagi setelah mimpi buruk yang selalu menyiksanya. Xian tak tahu sampai kapan ia akan terus dihantui oleh bayangan kecelakaan di masa lalunya.

 

Ia hanya bisa berharap, suatu saat nanti ia bisa berdamai dengan masa lalunya dan hidup normap seperti orang-orang pada umumnya.

 

Beruntung ada Maw di sisinya, sehingga ia tidak merasa kesepian dan sebatang kara seperti sebelumnya, saat Maw si anjing kecil berbulu putih itu hadir dalam hidupnya.

 

Bersambung…

 

avataravatar
Next chapter