1 Awal Mula

"Kak panci"teriak seorang anak perempuan berwajah cantik.

anak itu berlari disepanjang lorong yang ada dibangunan tersebut.

Dress lusuh berwarna hijau selutut yang dikenakannya serta rambut hitam sepunggung tampak berayun-ayun diterpa oleh hembusan angin kala sore itu.

Anak perempuan itu tampak antusias saat menghampiri seorang lelaki yang lebih tua darinya."jangan lari!Reina,nanti kamu bisa jatuh"Tegur lelaki itu ketika anak perempuan berusia 5 tahun itu kini telah berhenti tepat dihadapannya.

Anak itu tak menjawab,ia malah menyengir lucu menampakkan gigi mungil miliknya."kak panci, oleh-oleh buat Rei mana?" Dengan polos gadis itu mengulurkan tangannya meminta sesuatu dari pemuda itu

"Reina sayang,yang imutnya kelewatan.nama kakak itu panji...P.A.N.J.I bukan panci..."koreksinya seraya mengeja kata PANJI.

"coba ulangi,Panji..."pinta Panji dengan nada gemasnya pada gadis kecil itu.

Mata beriris coklat itu mengerjap lucu,yang membuat siapa pun merasa gemas dibuatnya"panki..."bukannya membenarkan,gadis itu malah semakin membuat kesalahan dengan yang tadinya huruf J diganti jadi C dan sekarang huruf J malah diganti huruf K.

Panji memijat pelipisnya yang terasa pusing,sepertinya ia harus lebih banyak bersabar untuk mengahadapi kepolosan gadis kecil yang satu ini.kalau saja ia tak punya rasa sabar sedikit pun dan tak lagi memperdulikan wajah imutnya Reina,mungkin ia tak segan segan akan mengangkat tinggi-tinggi tubuh mungil gadis itu lalu melemparnya ke laut untuk menjadi santapan para ikan hiu.

"J Reina! bukan C atau pun K , tapi J" Tekannya mencoba untuk bersabar

Reina Matsushima, si gadis berwajah cantik yang tumbuh di panti asuhan. Reina ditemukan didepan gerbang panti asuhan Purnama dengan hanya beralaskan kardus kecil, tidak ada selimut atau pun baju yang menutupi tubuh mungilnya. kala itu, Reina masih bayi, masih merah, apa lagi masih ada sedikit bercak darah darah ditubuhnya seolah anak itu baru saja dilahirkan.

Mereka menebak jika gadis malang ini dibuang oleh kedua orang tuanya karena tidak mau bertanggung jawab. Mereka sangat kejam, sampai tega menelantarkannya.

Dan dapat dipastikan, mereka akan sangat menyesal ketika melihat Reina yang kini telah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.

Bagaimana tidak? diusianya yang baru saja menginjak usia 5 tahun, Reina sudah memperlihatkan lekukan wajahnya yang sangat cantik bahkan ia sangat mirip dengan boneka Barbie. kulit yang putih bersih dan kenyal-kenyal yang membuat semua orang gemas ingin terus mencubitnya.

Sepasang matanya yang cerah selalu memancarkan kepolosan di padukan dengan bulu mata yang lentik. Apalagi hidungnya yang kecil namun lumayan mancung serta bibir merah alami membuatnya semakin terlihat sempurna.

Gadis kecil itu Sangatlah cantik, hingga banyak pasangan suami-istri berlomba-lomba ingin mengadopsi Reina namun selalu ditolak dengan halus.

Sari, ibu dari panti asuhan Purnama sangat menyayangi Reina. Dia sudah menganggap Reina seperti anak kandungnya sendiri. ia tidak rela jika Reina diasuh oleh orang lain selain dirinya.

Sama seperti Panji, anak kandung dari sari. pria itu bahkan sudah menganggap Reina sebagai adiknya sendiri. Setiap pulang kerja, orang yang pertama akan ia hampiri adalah Reina, si gadis kecilnya.

"ini kakak bawa boneka buat Rei.." Panji mengeluarkan sebuah boneka panda yang berukuran sedang dari dalam kantung keresek miliknya.

Dengan mata berbinar, Reina menerima boneka itu. "yey! Rei dapat boneka lagi. makasih kak panci. " Serunya memeluk erat boneka pemberian Panji.

Pria itu menghela nafas,lagi lagi gadis itu salah dalam menyebutkan namanya.setelahnya ia langsung tersenyum lembuat. Tangannya terangkat mengelus rambut halus Reina.

"kakak ke bunda dulu ya.."pamitnya yang mendapat anggukan polos dari Reina.

Setelah Panji menghilang dari pandangannya, Reina lantas berbalik sembari mengajak bicara boneka barunya. "Hai!panda nama Akau Reina, temen baru kamu..." Ucapannya tersenyum senang. wajah cantiknya memancarkan aura kepolosan yang selalu membuat orang merasa gemas.

Sambil berjalan menuju taman, Reina terus mengajak ngobrol boneka panda miliknya. Mulutnya tidak berhenti berceloteh- menceritakan sesuatu hal yang tidak penting pada bonekanya.

Dan semua hal aneh Reina tidak pernah lepas dari sepasang mata milik seorang anak laki-laki yang tengah bersandar dibawah pohon.

Seorang anak berwajah blasteran itu memusatkan perhatiannya pada Reina, Dari awal ia datang hingga saat ini, ia tak pernah melepaskan pandangannya dari sosok gadis belia itu.

Sebelah alisnya terangkat kala melihat gadis kecil itu mengajak bicara benda mati ditangannya.

Aneh

Tapi lucu

Saat pertama kali melihat Reina, ia sudah menunjukkan ketertarikan nya pada anak itu. ia bahkan tak perduli ketika mama dan papanya yang pergi entah kemana.

Hingga beberapa menit kemudian, anak perempuan itu menoleh kearahnya. Terlihat keningnya mengerut dan menatapnya dengan penasaran.

Saat gadis kecil itu melangkah kearahnya, ia lantas menegakkan tubunya sembari memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana jeans miliknya.

"wah,kakak ganteng banget!"seketika mata Reina berbinar menatap laki-laki yang kini berdiri dihadapannya. Tinggi Reina hanya sebatas dada anak laki-laki itu. Dalam hati, Reina terpekik kagum.

"Hay! nama aku Reina, kalau kakak siapa?" Tanya Reina sembari mengulurkan sebelah tangannya ingin berkenalan dengan orang itu. ia sangat penasaran dengan laki-laki yang kini berada dihadapannya.

Namun sayang, tidak ada tanggapan sama sekali dari anak laki-laki itu yang membuat Reina berdecak kesal. Gadis itu kembali menarik uluran tangannya dan beralih memeluk boneka panda nya dengan erat.

Reina menggembungkan pipinya yang terlihat merah merona, bukan karena malu, melainkan menahan rasa amarah yang tengah menghinggapi dirinya. "kata kak panci, orang cuek itu enggak ada temannya" Kesal Reina.

Lagi-lagi tak ada sahutan dari laki-laki itu, ia diabaikan begitu saja. Dalam hati Reina mengeram kesal, padahal ia telah berbaik hati mau mengajaknya berkenalan tapi malah tak dipedulikan atau direspon sama sekali olehnya. "jelek" Ejek Reina sembari menjulurkan lidahnya dan berbalik dengan gaya angkuhnya.

Namun seketika...

Bruk!

Reina terjatuh dengan posisi yang bisa dibilang kurang baik, ia lantas mengaduh kesakitan. pelan-pelan ia menoleh dan mendapati anak laki-laki itu hanya diam menatapnya sembari tersenyum miring tanpa berniat membantunya.

wajah Reina memereh, Dengan kesal ia bangkit dari jatuhnya sembari menepuk-nepuk dress-nya yang terlihat kotor. "ish! nyebelin! jelek! batu!" Gerutu Reina yang terlihat akan menangis. Dengan menghentakkan kakinya ia berlalu meninggalkan anak laki-laki itu menuju tengah lapangan di mana anak-anak panti asuhan lainnya sedang bermain.

Anak perempuan itu kembali tersenyum dengan teman-temannya, sesekali menoleh kearah dirinya sembari menjulurkan lidahnya. Namun tidak ada yang menyadari, jika tangan anak laki-laki itu mengepal dengan kuat, meremas jari-jarinya yang memang berada didalam saku celananya.

Tatapannya menajam menatap gerak gerik gadis kecil itu. ia bisa merasakan ada sesuatu hal yang bergejolak ketika gadis itu dari mendekat kearahnya. Seolah dia telah berhasil membangkitkan suatu hal yang asing didalam dirinya. itulah sebabnya kenapa ia hanya diam ketika gadis itu mengajaknya berbicara, ia tengah berusaha menahan dirinya.

"Alphard, apa yang sedang kamu lakukan disini?" Anak itu menoleh menatap Smith yang kini berjalan kearahnya. Smith, sang ayah tampak kebingungan saat melihat putra nya berdiri dengan kaku dibawah pohon.

Alphard mengedikan bahunya "mama mana?" mengabaikan pertanyan sang ayah, ia malah bertanya balik. "ada didalam.." Jawab Smith melirik ke arah sebuah ruangan. Alphard hanya mengangguk pelan, lalu kembali menatap wajah Reina.

Dadanya bergetar, Dalam hatinya Alphard menggeram bertahan. Smith melirik putranya, ia dapat merasakan ada sesuatu yang bergejolak dan mengganjal pada diri Alphard. Anak itu tampak memejamkan matanya, dengan rahang yang mengeras. Smith terdiam, lalu mengalihkan tatapannya kearah kumpulan anak-anak panti yang tengah bermain.

"pa, Al pengen sesuatu..." Tiba-tiba Alphard berucap tanpa mau menatap wajah ayahnya. Smith tersenyum miring seolah sudah mengetahui apa yang diinginkan oleh putranya. "apa? katakan saja..."

Alphard berdehem pelan lalu memejamkan matanya, Tampak jari telunjuknya terangkat dengan perlahan menunjuk objek yang menarik perhatiannya sejak awal. "Al mau anak itu..." Tunjuk Alphard jatuh pada sosok anak perempuan yang tak lain adalah Reina Matsushima.

"Al mau dia jadi milik Al..." Tekan Alphard. Hingga tak lama senyum seringai tersungging di wajahnya yang tampan. Alphard lantas bergumam dalam hati, menyebut nama Reina dengan pelan.

Reina gadis kecilnya.....

avataravatar