webnovel

Program 30 Hari Menulis NAD

Sebuah program rangkaian menulis selama 30 hari di bulan Juni 2020

Frisca_6869 · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Hanya Sebuah Mimpi

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_3

#NomorAbsen_144

Jumlah kata : 532 kata

Judul : Sebatas Mimpi

Isi :

Andai aku menjadi gadis yang cantik rupawan, akan kurebut kembali hatimu dari dia yang pernah merebutmu. Kupoles wajah dan kudandani diri semenarik mungkin hingga kau tidak berpaling lagi kepada yang lain. Akan kubuat dirimu terpesona dengan tubuh molekku yang berubah bagaikan gitar Spanyol.

"Hm, melamun lagi. Masih berandai juga bisa balikan sama Doni?" tegur Ina, sahabat baikku.

"Ya, aku masih berharap dia bakal kembali padaku."

"Untuk apa berharap pada cowok tidak setia macam begitu?"

Pertanyaan Ina tidak kujawab. Aku hanya termangu menatap ke arah Doni yang tengah berasyik-masyuk bercumbu rayu dengan kekasih barunya yang jelita.

Anganku kembali muncul, andai aku lebih cantik dari gadis itu, pasti Doni tidak akan berpindah hati kepadanya. Namun, tentu hal itu tidak mungkin. Aku bukan berasal dari keluarga kaya yang bisa mencucurkan banyak uang untuk operasi plastik atau perawatan mahal di salon. Setiap lembar rupiah yang dihasilkan aku dan keluargaku, kami harus memeras keringat dan membanting tulang untuk mendapatkannya. Akan tetapi, aku masih ingin berangan menjadi sosok yang jelita seperti aktris Korea idolaku.

***

Aku bukanlah orang yang percaya keajaiban. Akan tetapi, saat keesokan pagi kubuka mata dan memandang diri di cermin, aku melihat sosok menawan yang tidak kukenal. Aku masih tidak ingin percaya, diriku kini telah berubah jelita. Akan tetapi, mungkin Sang Kuasa telah merasa kasihan dan mengabulkan keinginanku.

Aku menemui Ina dan mengajak dia untuk pergi ke tempat Doni. Sahabatku sendiri nyaris tidak mengenaliku. Dia mengira aku menggunakan ilmu hitam sehingga dapat mengubah diri dalam semalam.

Aku hanya tergelak mendengar itu, lalu segera kuyakinkan dia bahwa semua adalah keajaiban dari Tuhan. Netranya masih saja menyiratkan ketidakpercayaan, tetapi aku tidak mau ambil pusing lagi.

Seperti yang kuduga, Doni memutuskan kekasih barunya itu di hadapanku. Betapa menyedihkan gadis berparas manis tersebut, kini dia menangis meraung-raung seperti aku dulu. Akan tetapi, suara bising itu bagai nyanyian merdu di telingaku, meski Ina sampai menutup telinganya dengan kedua tangan.

Doni kemudian berdiri tepat di hadapanku. Menggenggam erat kedua tanganku dengan mata hitam yang menatap lekat. Wajah mempesona yang dulu membiusku dalam cinta kini berada persis di hadapanku dan memohon agar aku kembali padanya.

Belum sempat kuberi jawaban, aku merasa tubuhku berguncang-guncang, semua orang di depanku seolah memudar. Kepalaku terasa berat hingga kupejamkan mata rapat-rapat. Saat kembali aku membuka mata, semua telah berubah. Aku berada di tempat tidur kesayanganku, sedang yang mengguncangku adalah Ibu yang berusaha membangunkanku agar tidak terlambat kuliah. Kini kusadar semua itu hanya mimpi belaka.

***

Aku berangkat bersama Ina dan berusaha melupakan mimpi yang masih membekas dalam ingatan. Tanpa kuduga, Doni berdiri menghadangku di pintu gerbang kampus.

"Aku sudah menyadari kesalahanku. Semalam aku dan Ami putus. Ternyata dia adalah gadis yang tidak setia. Aku baru sadar kau yang terbaik untukku. Aku menyesal sudah putus denganmu. Maukah kau kembali bersamaku? Kali ini aku berjanji akan setia," ucapnya sambil menatapku lekat.

Aku terpaku. Inilah yang kuinginkan. Wajah yang kurindukan serta mata yang menatap penuh cinta. Seharusnya aku langsung bersorak dan melompat memeluk dia. Akan tetapi, hatiku tidak merasakan apa-apa. Akhirnya aku menggeleng.

"Maaf, Doni, aku tidak bisa bersamamu lagi."

Kulihat kesedihan pada wajah yang tertunduk lesu di hadapanku. Akan tetapi keputusanku sudah bulat, aku tidak bisa lagi bersama Doni. Biarlah ini menjadi pelajaran berharga baginya karena telah melukai hatiku.

Tamat