webnovel

Program 30 Hari Menulis NAD

Sebuah program rangkaian menulis selama 30 hari di bulan Juni 2020

Frisca_6869 · Urban
Not enough ratings
30 Chs

Cinta sang Idola

#NAD_30HariMenulis2020

#Hari_ke_6

#NomorAbsen_144

Jumlah kata : 800 kata

Judul : Cinta Sang Idola

Isi :

"Aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacarku?" tanya Evan pada gadis di hadapannya tersebut tanpa memiliki keberanian untuk menatap langsung. Tangan kanannya memgulurkan setangkai mawar untuk sang pujaan hati. Jantungnya berdetak cepat menanti jawaban dari sosok idamannya tersebut. Yang membuat ia semakin tegang adalah suasana di kantin yang tadi ramai kini berubah sepi. Semua seolah menunggu sang gadis memberi jawaban atas pernyataan cinta tersebut.

***

"Jadi apa jawaban lo?" tanya Ranti pada Ryana.

"Ya gue tolak lah, gila apa tuh anak, kenal juga cuma say hai doang, tiba-tiba main tembak-tembak aja. 'Kan malu-maluin banget. Di kantin pas jam istirahat lagi," tandas Ryana cepat.

"Lo tuh yang gila. Masa cowok idaman para cewek satu sekolah lo tolak sih?"

"Yeh kalau lo mau, lo ambil aja gih," sahut Ryana.

"Gue mah ogah. 'Kan lo tahu gue cuma suka sama Deni."

Ranti hanya mengangguk. Tangannya kembali sibuk menyalin PR Fisika milik Ryana. Dia tidak pernah habis pikir mengapa sahabatnya itu menyukai Deni. Dibanding Evan, Deni yang bertubuh kurus dan berkacamata minus tentu saja bukan apa-apa.

***

"Jadi dia lebih suka sama Deni?" tanya Evan untuk kesekian kalinya. Dia masih belum bisa percaya gadis yang disukai justru menyukai Deni yang berpenampilan culun.

Ranti hanya mengangguk. Dia sendiri tidak mengerti apa yang dipikirkan Ryana. Mengapa sahabatnya itu lebih memilih cowok kutu buku dibanding cowok berpenampilan keren di hadapannya?

Tidak dapat dipungkiri, penampilan Evan memang menarik. Wajah yang ala idol Korea dipadu tubuh tegap dan tinggi benar-benar menjadi idaman gadis-gadis jaman sekarang. Evan juga jago bermain gitar. Selain itu, dia juga kapten basket di sekolah. Semua itu membuat para cewek tidak berhenti berdecak kagum saat melihatnya. Ketenaran Evan bahkan tidak hanya di sekolah mereka, bahkan cewek-cewek dari sekolah berbeda hampir setiap hari nongkrong di depan sekolah tersebut hanya demi melihat Evan.

Ranti tahu banyak cewek yang telah menyatakan cinta kepada pemuda itu, tetapi semua tidak ditanggapi. Kini dia tahu alasannya, Evan ternyata menyukai Ryana. Sayangnya cinta itu ternyata bertepuk sebelah tangan.

"Baiklah, sudah kuputuskan," cetus Evan tiba-tiba.

"Aku akan mengalahkan Deni!"

Ranti tertegun bingung.

'Apa yang mau dikalahkan dari Deni? Bukankah Evan menang segalanya dari cowok itu?' gumamnya dalam hati.

***

Evan kini berubah. Cowok itu tidak lagi bermain basket ataupun gitar. Hal itu membuat para gadis malas menonton basket atau melihat latihan ekstrakurikuler band. Mereka melihat semua itu hanya demi bisa menonton Evan. Sedang Evan sendiri kini rajin membaca buku di perpustakaan. Dia juga rajin mengerjakan PR dan tidak lagi membuang waktu untuk bermain. Teman-temannya merasa kesal karena Evan kini tidak pernah lagi bermain dengan mereka. Para penggemarnya merasa kesal sekaligus kehilangan sosok yang mereka puja. Evan sendiri tidak peduli dengan semua itu, dia hanya ingin mengalahkan Deni.

Evan merasa kesal. Meski dia telah berusaha keras, tetap saja dia tidak bisa mengalahkan Deni. Bahkan dirinya melihat Deni dan Ryana semakin akrab. Kedua orang itu sering terlihat bersama sekedar mengobrol maupun mengerjakan tugas.

Kekesalan Evan makin hari makin bertumpuk. Ia tidak tahan lagi dan langsung menegur Deni saat keduanya tengah berpapasan di lorong sekolah pas jam istirahat.

"Gue mau ngomong sama lo!" ucap Evan dengan suara cukup keras. Cowok itu berdiri menghadang langkah Deni. Beberapa anak yang berada di dekat situ ikut menoleh, tetapi mereka hanya diam menonton.

"Ada apa ya?" tanya Deni bingung. Dia tidak habis pikir mengapa Evan tiba-tiba terlihat begitu marah padanya.

"Ngapain lo dekat-dekat sama Ryana?"

"Loh memang kenapa? Kita cuma ngerjain tugas sama ngobrol aja."

"Pokoknya lo nggak boleh dekat sama dia."

"Alasannya apa? Kenapa gue nggak boleh dekat sama Ryana?"

"Karena dia suka sama lo!"

"A-pa?"

Deni bengong tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Ryana, cewek yang selama ini diam-diam disukainya ternyata juga memendam rasa yang sama.

"Iya, dia suka sama lo. Karena lo juga, gue jadi nggak punya kesempatan bisa dekat sama dia!"

Raut wajah Evan langsung berubah saat menyadari kesalahan yang dia lakukan. Sayang semua sudah terlambat.

***

"Evan bilang kamu suka sama aku. Apa itu benar?" tanya Deni dengan suara pelan. Ia dan Ryana bertemu di perpustakaan. Keduanya berdiri bersebelahan sambil menatap jajaran buku yang tersusun di rak.

Ryana menoleh sambil tersenyum. Tampak sedikit semburat rona bersemu dadu di wajah manisnya. Perlahan dia mengangguk. Deni ikut tersenyum malu-malu. Tangannya kemudian terulur menggandeng tangan Ryana.

***

Wajah Evan berubah muram saat melihat Deni dan Ryana bergandeng tangan di halaman sekolah. Dia merutuki diri. Karena kesalahannya, Deni dan Ryana malah kini pacaran.

"Jangan bersedih, Kak Deni. Kakak 'kan masih punya aku. Gimana kalau Kakak jadian sama aku?" seru seorang adik kelasnya disambut sorakan kesal dari gadis-gadis lain di dekatnya.

"Aku nggak bakal mau. Aku hanya mau gadis yang seperti Ryana!" sahut Deni. Tidak ada yang mendengar ucapan cowok itu, karena kini para gadis yang mengidolakan dia sibuk saling menjambak dan mencakar. Deni memutuskan tidak mau ikut campur dengan keributan yang terjadi dan pergi dari situ diikuti teman-temannya.

Tamat.