webnovel

09. Kuis dadakan

"AILYY!!!"

Seseorang memanggil nama Aily dengan lantang dari kejauhan. Itu Sasa, ia membawa beberapa tumpukan buku di tangannya sembari berjalan mendekat kearah Aily berada.

"Sasa? ketemu juga ahirnya." ujar Aily yang tidak bisa di dengar oleh Sasa karena jarak mereka yang masih lumayan jauh.

"Siapa Ay? temanmu juga?" tanya Alvaro penasaran.

Mereka berdua sedang duduk di depan kantin alias ngadem. Disini sejuk karena ada payung besar yang melindungi mereka dari panasnya cuaca siang ini. Sedangkan Robby sudah pergi entah kemana, mungkin ia ngambek karena di abaikan oleh Aily.

Belum sampai di tempat Aily, Sasa sudah senyum-senyum sendiri karena menemui Aily yang sedang berduaan dengan seorang pria. "Aduh gadis ini, padahal sudah kubilang cari yang biasa-biasa saja jangan yang tampan-tampan amat tapi malah dapatnya yang kelewat tampan begitu." ujar Sasa yang masih dalam perjalanan mendekat ke tempat Aily.

"Kau kemana saja sih, aku mencarimu dari ujung sana sampai ujung sana tidak ketemu juga." ucap Aily sambil menunjuk ke arah jauh ujung kanan sekolah sampai ke ujung kiri sekolah. Padahal effort nya untuk mencari Sasa tidak sampai sejauh itu, nyatanya ia malah sedang berkencan dengan pria tampan yang saat ini duduk di depannya.

"Aku tadi ke perpustakaan mau kembalikan buku dan pinjam buku yang lain, tapi Ay dia siapa?" tanya Sasa sembari menyomot coklat yang masih terbungkus rapi dan hampir ia buka bungkus nya.

Aily melotot merebut kembali coklat nya yang ia sayang-sayang tidak ingin cepat memakannya karena itu adalah pemberian pertama dari Alvaro, apalagi harganya mahal ia jadi ingin menyimpannya lebih lama karena sudah ia anggap sebagai hartanya.

Sasa menatap sedikit sengit karena Aily sangat pelit tidak mau berbagi makanan dengannya.

"Perkenalkan dia Alvaro, Alvaro ini Sasa." ucap Aily kemudian yang memperkenalkan temannya yang lain kepada Alvaro selain Robby tadi.

"Oh iya, Alvaro." tangan Alvaro menerima ukuran tangan Sasa yang ingin mengajaknya salaman dan mengulangi namanya yang tadi sudah disebutkan lebih dulu oleh Aily.

Mata Sasa dan Aily bertatapan sepersekian detik, mereka menyalurkan telepati yang hanya bisa di ketahui oleh mereka berdua saja.

*Boleh juga, tapi bukankah dia terlalu tampan?* arti dari tatapan Sasa pada Aily.

*Memangnya kenapa kalau tampan? aku kan juga cantik.* itu arti balasan dari tatapan Aily.

Disini Alvaro yang bingung, dua gadis di depannya ini sebenarnya sedang melakukan apa kenapa lihat-lihatan satu sama lain tanpa ada yang mengucapkan kata sedikitpun.

Setelah mengakhiri telepati mereka, Sasa tersenyum renyah pada Alvaro tanpa sebab memang dibuat sok akrab saja. "Kau yang baru pindah satu minggu yang lalu itu ya?" tanya Sasa yang ternyata lebih tau mengenai Alvaro dibandingkan Aily yang sama sekali tidak tau berita pindah nya Alvaro maupun Alvaro yang sekelas dengan dirinya.

"Iya."

Hm, menarik. Sasa melihat Alvaro ini pria yang sedikit cuek mungkin karena ia sadar dirinya itu tampan. Beginilah susahnya kalau akan memiliki hubungan dengan pria tampan, usahanya harus lebih banyak dibandingkan dengan pria yang biasa-biasa saja dalam segi visual. 'Kasian Aily.'ujar Sasa dalam hati yang prihatin membayangkan Aily pasti kesusahan mengambil hati Alvaro.

Padahal Sasa saja yang tidak tau, Alvaro tidak secuek itu pada Aily. Hari ini ia terlalu melakukan banyak hal dengan Aily mengingat ini adalah hari pertama mereka berkenalan secara resmi. Dari mulai menjaga rahasia Aily yang tadi korupsi jatah makan siang, memberikan jatah makan siangnya pada Aily, merawat kaki Aily yang tidak sengaja terkilir saat berjalan ke supermarket, terahir ia bahkan membelikan sebuah coklat untuk nya.

Bagaimana, apakah Alvaro masih bisa dianggap cuek kalau sudah sebanyak ini yang ia lakukan untuk Aily?

Kalau dikatakan suka, sepertinya Alvaro belum bisa mengartikan nya sampai sejauh itu. Untuk sekarang ia ingin fokus untuk mengenal Aily lebih dalam dulu, syukur-syukur bisa di jadikan teman seperti Robby dan Sasa ini atau mungkin sebentar lagi akan muncul lagi teman Aily yang lain.

Sasa menatap kearah Aily seperti mengirimkan sinyal telepati lagi bahwa pria itu memiliki sifat yang terlalu dingin dan apabila Aily ingin menyerah saat ini masih belum terlambat.

Sedangkan Aily memutus sinyal telepati tersebut karena tidak setuju sepenuhnya terhadap pengklaiman Sasa, ia tidak merasa Alvaro sedingin itu padanya jadi tentu tidak ada masalah baginya.

Baiklah karena Aily menolak nasehatnya ia perlu mengetes hal lain. "Alvaro, siapa bapak Presiden ketiga Indonesia?" tanya Sasa secara tiba-tiba.

"B. J. Habibie." jawab Alvaro dengan cepat pula meskipun awalnya otaknya sedikit ngelag.

Apa ini? kenapa tiba-tiba menanyakan pertanyaan kepresidenan? Alvaro jadi serasa ikut kuis yang diadakan oleh dosen.

"Kok cepat? kau ngarang ya?" tanya Sasa curiga, ia sendiri terkejut mendengar jawaban Alvaro yang lumayan cepat di banding perkiraan nya.

Aily juga sama ia sekarang sedang terkagum-kagum bagaimana Alvaro bisa tanggap dengan cepat menjawab pertanyaan mendadak dari Sasa, ia saja tidak hafal daftar urutan presiden Indonesia seperti apa.

"Memangnya jawabanku salah?" tanya Alvaro balik.

"Benar sih, siapa presiden ke empat?" tanya Sasa lagi yang ingin memastikan jawaban cepat Alvaro ini karena pria itu pintar atau memang sedang hoki saja.

"Abdurrahman Wahid." jawab Alvaro lagi, tak kalah cepat dari jawabannya yang pertama. Kini ia tau sedang diuji pengetahuannya oleh Sasa, hanya saja ia tidak mengerti kenapa mahasiswa jurusan psikologi ditanyai tentang urutan presiden seperti ini, meskipun ia yakin semua orang juga tau urutan nya dengan benar.

Alvaro ini sangat polos, jelas-jelas orang seperti Aily tidak mungkin peduli dengan daftar urutan presiden negaranya sendiri. Jadi Alvaro ini orangnya terlalu positif thinking atau bagaimana?

"Coba urutkan presiden pertama hingga sekarang!" ujar Sasa memberi perintah, sekarang pertanyaan nya sudah semakin sulit saja. Memangnya setelah Alvaro menjawab semuanya dengan benar akan di berikan hadiah apa? bukankah sia-sia kalau hanya di tanyai saja tanpa diberikan reward?

Tapi tetap saja Alvaro merasa ia harus menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman gadis Aily ini dengan benar, ia merasa nilai dirinya di pertaruhkan dengan pertanyaan mengurutkan nama-nama presiden.

"Soekarno, Soeharto, B. J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, Joko Widodo." jawab Alvaro menyebutkan dengan lantang dan cepat, Aily merasa Alvaro baru saja ngerap saat menyebutkan nama-nama presiden.

"Kok bisa sih?" tanya Sasa yang masih belum cukup percaya meskipun telah memberinya pertanyaan bertubi-tubi sejak tadi. Rasanya Alvaro sampai ingin segera meminta hadiah sebagai penghargaan ia menjawab dengan sungguh-sungguh semua pertanyaan yang ia sebutkan.

"Ya kan memang bisa." jawab Alvaro yang sudah tidak lagi, memperlihatkan sikap dinginnya, kali ini Alvaro sudah berbicara dengan lebih banyak ekspresi yang ia keluar kan. Baguslah, dengan begitu Sasa jadi lega karena Aily tidak akan terlalu kesulitan mendekati nya.