1 Episode 1 : Kampung Nenek

3 Pria Sekaligus Saudara Kandung Yang Kehidupannya Selalu di Penuhi Kemewahan, Memiliki Sifat Yang Hampir Sama dalam Menjalani Kehidupan, Selalu Menghabiskan Kegiatan Dengan Cara Yang Tak Berguna. Membuat Ayahnya Kewalahan dengan Sikapnya yang tak Pernah bisa memberi Harapan Selama Hidupnya.

Jeno Si Pria Tampan nan Tinggi Berkulit Putih dan Rambut Yang begitu Rapi adalah Anak Pertama Dari 3 Bersaudara, Selalu Menghabiskan Waktunya dengan Teman-temannya di sebuah Bar bersama dengan beberapa Wanita, Tapi ia tahu batasan Sebagai seorang Pria jika bersama Seorang Wanita

Gabyn Si Pria Yang Tingginya Lebih Daripada Jeno si kakaknya, Si kulit Putih Pucat, Dan Si Senyum Yang manis, Siapapun Wanita Yang melihatnya akan Merasa Jatuh Cinta, Gabyn adalah anak ke 2 setelah Jeno, Gabyn sendiri tak Suka Berada Di luar Rumah, Ia hanya akan Keluar ketika ia membutuhkan Sesuatu. Gabyn sendiri selalu Menikmati Kemewahannya dalam Rumah dengan Caranya Sendiri.

Rey Si Bungsu, Pria Yang sedikit agak Berantakan dari Kakak-kakaknya, Yang jarang berada Di rumah, dan sangat Suka Mengendarai Motornya kemana saja, Dan ia Selalu Mengoleksi Motor-motor Baru Yang harganya Mencapai Miliaran Rupiah.

Suatu Hari, Ayah Jeno menemui Jeno di sebuah Bar Tempat yang sering ia Datangi.

Ia menemukan Jeno di Bar sedang Mabuk bersama Teman-temannya, Karena Hal itu Ayahnya Begitu Marah, Dan Berteriak di depan Jeno Untuk Pergi dari Tempatnya dan Kembali Pulang Kerumah, Karena Jeno sudah 3 Hari tak Pernah Kembali.

Karena Hal Itu, Membuat Semua Mata Mengarah ke arah Ayah Jeno.

" Anak Brengsek, Ayah Lelah Melihat Kelakuan kamu seperti ini, bahkan adik-adik kamupun mengikuti Jejak Kamu seperti ini, Mau Taruh dimana Muka Ayah?? " Pak Adrian perdana Merasa Kesal dan Terus Memarahi Jeno, Wajah Ayah Jeno Semakin Memerah karena Rasa Kesalnya.

Jeno Berdiri Sambil Mabuk dia Menunjuk Ke arah Ayahnya Dan Berkata

" Apa Yang kau Inginkan Kepadaku?? Kau bukan Ayahku!! " Suara Keras Jeno Meneriaki Ayahnya karena ia dalam keadaan Mabuk

" Dasar Anak Bodoh " Mengangkat Tangannya Lalu Menampar Jeno, Sehingga Membuat Mulut Jeno Berdarah

" Om cukup Om, Jeno Mabuk, jadi dia tak tahu apa yang dia katakan !! " Ucap ArioTeman Jeno, Mencoba Untuk Menghentikan Perselisihan.

"Ini Bukan soal Harta, Ini sebagai Harga diri seorang anak, Dimana kamu saat Kami Menginginkan mu? Ibu Mati karena Kesalahanmu, Bukankah seharusnya Seorang Ayah menjadi Pemimpin Baik untuk anaknya? Kau Tidak Perlu Peduli Denganku, Cukup Anak Kandungmu Lah Yang kau Pedulikan" Jeno Mengungkapkan Isi Hatinya Kepada Ayah Tirinya itu.

Dan Tiba-tiba Jeno Ambruk dan Pingsan.

Keesokan Harinya.

Mereka Bertiga Duduk Sambil Berbicara Dengan Ayahnya.

" Ayah Tak Ingin Lagi Melihat Kalian Berkeliaran Tidak Jelas Diluar Rumah " Ucap Pak Adrian perdana

" Aku sudah Menyuruh Seseorang untuk Membawa Kalian Ke Kampung Nenekmu, Sebentar lagi Ia akan Sampai " Ucap Pak Adrian perdana

" Tapi Kenapa ayah?? Apakah harus Seperti itu?? " Tanya Gebin

" Dengarkan Perintah Ayah, Dan Juga! Tak ada Lagi Namanya Kemewahan, Selama 1 bulan Ini Kalian Harus Hidup dalam Kesederhanaan di Kampung Nenek Kalian " Jelas Pak Adrian perdana

" Semua Kemewahan Kalian akan Ayah Sita Selama 1 bulan, Jalani Hidup Kalian Dengan Baik dan jangan menyusahkan Nenekmu " Tegas Seorang Ayah

" Kunci, ATM , dan Kartu Kredit Kalian akan Ayah Sita, Jika kalian Menginginkannya Dengarkan Apa yang ayah Katakan " Pak Adrian perdana terus Menjelaskan Banyak Hal Kepada Ketiga anaknya itu.

Tanpa Kata-kata Apapun Jeno dan Gebin tak ingin Mendengar kan Kata-kata Ayahnya, Dan Mencoba Untuk Beranjak Pergi, Tapi Ayahnya Menghentikannya.

" Jika Kalian Berdua Mencoba Keluar Dari Rumah ini, Kalian jangan Harap akan Hidup dengan Bahagia? Kalian Pikir Kalian bisa Menikmati Dunia kalian seperti dulu lagi, TIDAK, Jika kalian Mendengarkan Ayah, Maka kalian bisa Menikmati Kekayaan setelah Itu " Ayah Jeno Menegaskan.

" Anak Kecil Seperti Kalian, Hanya Bisa Meminta dan Meminta Tapi tak ada Kemajuan untuk Berjuang Lebih Keras " Jelas Ayah Lagi

Jeno Dan Gebin Pun Akhirnya setuju, Karena Mereka Merasa Uang Adalah Segalanya.

" Aku Mengalah, Aku akan Mengikuti Kemauanmu kali Ini " Ucap Gebin

" Setelah 1 Bulan Kalian Bisa Kembali " Ucap Ayah.

....

Merekapun Berangkat Menuju Kampung Halaman Neneknya, Dengan Di antarkan Oleh Pengawal Ayahnya.

Ketika Berada Di Kampung Nenek Jeno!! Jeno, Gabyn dan Rey Hanya Di antar sampai Ke Halte Bis, Dia Harus Berjalan Kaki sampai Kerumah Neneknya dengan Cara Bertanya Kepada Orang-orang Dimana Neneknya Tinggal.

Masing-masing Dari Mereka Berjalan sambil Membawa Koper Masing-masing sepanjang Jalan, Mereka Merasa Kepanasan Dan Haus, Tapi uang Yang Mereka Bawa Tak cukup untuk Mereka Jika Harus membelanjakannya Hari ini.

Mereka Duduk di Sebuah Trotoar Kecil Depan Sebuah Gang, Dan Beberapa Dari Warga Melihat Mereka, Seakan-akan Mereka adalah Seorang Pengemis Jalanan.

Karena Mereka Tidak Begitu akrab dan Selalu Canggung Saat Bersama, Mereka Tidak Peduli satu sama Lain.

Mereka Ingin Meminta Minum Kepada Warga, Tapi Mereka begitu Malu dan Gengsi.

Tiba-tiba Seorang Nenek Membawa sebuah Gerobak diisikan Dengan Beberapa Jagung Yang Telah Di Petik Menghampiri Mereka Bertiga.

" Kalian " Ucap Si Nenek Tua itu.

Mereka Bertiga pun Terkejut Dan Melihat Ke arah Nenek Tua Itu.

" Nenek " Ucapnya Secara Bersamaan.

Rumah Nenek Jino Yang begitu Sederhana, Dinding Rumah Hanya Terbuat Dari sebuah Batu Bata yang masih Terlihat di setiap Dinding, Begitu Kecil Dan Sempit Juga Isi Dari Rumah Tersebut Hanyalah Sebuah Peralatan Kuno Jaman Dulu.

Jino, Gabyn Dan Rey Masih diam Terpaku Melihat Seisi Rumah Neneknya Itu, mereka Tak menyangka harus Tinggal Selama Sebulan di Rumah Yang begitu Sederhana. Mereka Hanya Berdiri memegang Koper Mereka Di ruang Tamu, Mereka Tak Mampu Duduk, Karena Tidak Terbiasa Berada Di Ruangan Seperti ini.

" Nenek, Bukankah Nenek Punya anak Yang kaya Raya? Kenapa Nenek Masih Ingin Tinggal Di Gubuk Tua Seperti ini?? " Jelasnya Rey Yang menatap Sekeliling Ruang Tamu Nenek.

Nenek Hanya Terdiam dan Masuk Ke dalam Dapur.

" Apa Kalian Yakin akan Tinggal di Tempat ini? apa disini Tak ada Hotel?? " Ucapnya Jeno

" Iya, Hotel.. Aku akan Pergi Mencari Hotel " Ucap Gabyn Yang menyadari bahwa ia seharusnya tak tinggal di tempat seperti Ini dan Harus Mencari Hotel Secepatnya.

" Hubungi aku Jika kau Menemukan Hotel " Teriaknya Jeno ketika Gabyn Telah Beranjak Pergi.

Jeno Dan Rey Pergi Ke dapur menemui Neneknya.

" Nenek, Dimana Kamarku? " Tanya Jeno dengan Lugu

" Aku melihat hanya ada 2 Kamar, Apakah Yang 1 Kamarku " Lanjut Rey dengan Muka Polosnya

" Hanya ada Satu Kamar Untuk Kalian Bertiga, Jangan Lupa untuk Membersihkannya " Ucapnya Nenek sambil Memotong Tomat diatas Bangku Kecil dengan Pisau.

" Apakah Nenek Tidak Menyiapkan Kamar untuk Kami? Bukankah Sebelum kami kemari, Nenek Sudah di beritahu oleh Ayah, Nenek Kenapa Tidak Menyiapkan nya?? " Jelasnya Jeno Yang Merasa agak Kecewa Dengan Perilaku Neneknya

" Nenek Sudah Tua, Kaki Nenek Bahkan tak mampu Lagi Berdiri begitu Lama, Seiring Waktu Berjalan, Usia Nenek Sudah Termakan Waktu " Jelasnya Nenek Yang merasa Sedikit sedih

Karena Merasa Bersalah Kepada Nenek, Jeno dan Rey Tak lagi Membahas Tentang dimana ia harus Tidur.

" Aku Merasa Kasihan Kepada Nenek " Rey Berbisik kepada Jeno

Jeno Tak peduli Bisikan Rey dan Pergi dari Dapur.

" Aku selalu Di abaikan " Ucap Rey sambil Menghela Nafas

Gebin Menelusuri Jalan dengan Berjalan kaki Untuk Mencari dimana Hotel/Penginapan Berada, Tapi Ia tak Menemukan satupun Tempat Yang dapat ia Tinggali, Ia ingin Menyewa Rumah, Tapi Uangpun Tak cukup dimakan Sehari-hari.

Gebi Berhenti Di sebuah Halte Kecil di Pinggir jalan karena Ia ingin Berteduh agar Panas Matahari tak Membuat Wajahnya Menjadi Hitam.

Tiba-tiba Seorang Wanita Berparas Cantik dengan Rambut kepang dan Pakaian Casual datang dan Berdiri di samping Gebin yang tengah Berteduh. Gebin Menoleh Ke arah Wanita Tersebut hanya sesaat.

Ketika Gebin Ingin Beranjak Pergi, ia Hampir saja Terjatuh dan Tak sengaja Memegang Bokong Wanita Tersebut, Sehingga Membuat Wanita Itu Menoleh Ke arah Gebin dengan mata Yang besarnya, Gebin Yang Merasa Sangat Takut dan Tegang menatap wanita itu, ia Mencoba Menjelaskan apa Yang Terjadi, Tapi ia hanya dapat Menggelengkan Kepalanya Dengan Isyarat Bahwa Kau Telah Salah Paham.

Tetapi Wanita Tersebut Tak Mengerti Dan Lalu Memukul Gebin Hingga Pingsan.

" Dasar Laki-laki Mesum " Ucap Wanita itu dengan Kesal.

Pagi Yang Sejuk Dan Halaman Rumah Nenek Yang Begitu Menyegarkan dan Terlihat Bersih, Terlihat Nenek Sedang Menyiapkan Makanan Seadanya.

Di Dalam Rumah Nenek, Ternyata Jeno,Gabyn Dan Rey Tidur Bersama Dengan Keadaan Saling Memeluk, Mereka Tertidur Yang Hanya Di alaskan Tikar Lebar dan Di Kelilingi Sebuah Dinding Tua.

Nenek Membangunkan Mereka Dengan Mengetuk Pintu.

" Bangunlah, Matahari sudah Terbit begitu Tinggi" Ucap Si Nenek Lalu Pergi kembali ke Halaman Rumah.

Jeno Berada Di tengah Gebin dan Rey, Dimana Gebin dan Rey Sedang Memeluk Jeno. Jeno Terkejut Dan Merasa Geli.

" Haa, TIDAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKK " Teriakan Jeno Terdengar Hingga Kerumah Tetangga.

Beberapa Saat Kemudian...

Jeno, Gebin Dan Rey Termenung Melihat Makanan Yang hanya ada Sayur Biasa, Telur Goreng dan Mie Instan di atas Meja Di tengah Halaman Rumah Nenek.

" Makanlah Sebelum Mienya Dingin " Jelas Nenek sambil Menyantap Makanannya

" Kesalahan apa yang ku buat di masa Lalu " Ucap Rey sambil Menghela Nafas Panjang.

Jeno Mengingat Perkataan Ibunya Sewaktu Kecil

* Flashback*

Jeno Kecil saat Berumur 5 Tahun Sedang Bermain di Tempat Tidur Bersama Gebin saat Gebin Masih Bayi. ibunya Datang Membawakan Mie Instan Kepada Jeno.

" Jeno Kecil Makanlah, Sebelum Mienya Menjadi Dingin, Ibu Membuatnya dan Menambahkan Telur ke dalamnya " Ucap Ibu Jeno

Jeno Pun Mendekati Ibunya dan Makan Dengan Lahapnya

...

Jeno Mengambil 1 Mangkuk Mie dan Menambahkan Telur Ke Mangkuknya Dan Makan Dengan Lahap, Sesekali ia Meneteskan air Matanya dan Menghapusnya Berulang Kali.

Rey Yang Melihatnya agak Sedikit Risih, Tapi ia Juga Merasa Sedih Melihat Jeno Makan Sambil meneteskan Air Mata Bagai Anak Kecil Yang baru Saja Di Beri makan.

Gebin Juga Terus Menatap Jeno dengan Dalam, Ia Mengambil Mangkuk Mie dan Memakannya, Begitupun Juga Dengan Rey.

" Lebih Baik di Makan, Jika Dingin Itu akan Menjadi Bengkak " Ucap Rey Mengambil Mangkuk Mie dan Memakannya.

avataravatar
Next chapter