2 PART 1

APA ITU CINTA ?

Cinta adalah hal terindah, begitulah kata pepatah. Ia mampu membius setiap jiwa yang merasakannya. Hadirnya cinta dalam diri seseorang membuat hidup jauh lebih berwarna. Meski terkadang, cinta membawa petaka.

Aku mempercayai cinta – cintanya namun badai seolah datang dan menghancurkan segalanya. Aku tak mengerti mengapa badai itu datang di saat aku mulai mempercayainya. Apakah aku terlalu bodoh, atau memang ini garis yang telah ditakdirkan oleh Tuhan. Entahlah, bahkan sampai saat ini aku masih berfikir itu tidak nyata. Namun, rasanya sulit sekali mengatakan demikian. Kejadian itu begitu menusuk sendi – sendi kehidupan ku, bahkan sampai merubah segalanya dalam hidup ku.

Ingin rasanya aku mempercayai cinta itu kembali, tapi ku kira tak akan semudah itu. Kehilangan kepercayaan terhadap sesuatu yang kita yang yakini memang begitu menyakitkan. Jika aku diharuskan memilih diantara tertusuk pisau atau merasakan semua ini, aku akan lebih memilih tertusuk pisau.

Terlalu menyakitkan. Sakit yang tak berdarah ini memang membuat pikiran ku kemelut. Aku seperti bertempur di dalam diri. Mempercayai cinta – cintanya atau kah harus terbuai untuk sekian kalianya. Aku tidak mengerti bagaimana cinta itu diciptakan, dipertemukan lalu dipisahkan. Yang aku tahu hanya merasakannya. Mungkin. Mungkin saja ini adalah bagian dari garis takdir Tuhan. Tapi mengapa Tuhan menggariskan hal seperti ini kepada ku. Aku mencoba mencari jawaban itu sampai detik ini. Tapi jawaban itu seakan tak bisa ditemukan.

Aku bagaikan bayangan yang mengejar cahaya. Serasa bodoh. Tapi itulah diriku. Tuhan, apakah cinta itu begitu menyeramkan. Apakah ia tak seindah yang diceritakan orang – orang. Apakah cinta itu begitu semu, sampai – sampai aku tak bisa merasakannya. Apakah aku tidak pantas untuk bahagia.

Jika pada akhirnya memang cinta itu tidak nyata, bantu aku untuk membencinya.

Dari ku yang tak percaya apa itu cinta….

...

BEBERAPA TAHUN YANG LALU…..

Nama ku An. Setidaknya begitulah orang – orang memangil ku. Dan yang sedang bersama ku ini adalah pacar ku bernama Mei. Kami telah bersama sejak sekolah menengah pertama sampai sekarang. Mei adalah wanita yang pintar, cantik dan sempurna bagi ku. Ia seperti melengkapi diriku yang penuh dengan banyak kekurangan.

Sejak menjalin hubungan dengan Mei, aku merasa hidup ku berubah. Aku belajar tentang bagaimana cinta itu hadir dan dapat dirasakan. Bagi sebagian remaja mungkin cinta – cinta di masa SMA adalah seperti Cinta Monyet. Mencintai karena fisik atau hal – hal yang terlihat kasat mata. Tapi, tidak bagi ku.

Mei adalah cinta pertama ku. Ia adalah bagian dari hidup ku yang tak dapat dipisahkan. Aku memang bukan tipikal orang yang mudah jatuh cinta, namun saat menjalani sebuah hubungan aku tak ingin sekedar main – main, meski usia ku baru belasan tahun. Terdengar aneh dan seperti novel bukan. Tapi itulah aku. Aku tidak mau hanya merajut cinta, lalu melepaskannya begitu saja.

Aku ingin apa yang dibangun bersama, bisa terus tumbuh sampai pada waktunya disahkan sebagai pasangan sejati. Mereka bilang cinta ku dan Mei itu hanyalah cinta remaja yang pada akhirnya akan pupus ditengah jalan. Aku tak menghiraukannya.

Buktinya sudah lima tahun sejak kami menjalin hubungan, cinta itu tak pudar.Ya, meski sedikit ada permasalahan, tapi itu sama sekali tidak mengubah cinta ku pada Mei. Wanita yang telah membawa ku dalam sebuah dimensi cinta yang penuh romantika.

Bahkan kami telah berjanji ketika sudah lulus kuliah nanti akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Sebuah janji yang begitu manis, bahkan lebih manis dari madu yang baru diambil dari sarangnya. Kami memang masih remaja tapi cinta ini terlalu dewasa. Kami tidak berfikir bahwa apa yang dirajut saat ini hanyalah tentang detik ini. Tapi bagaimana itu terbang dan berubah menjadi hal yang lebih nyata. Sebuah kehidupan bersama dalam balutan asmara.

Aku & Mei adalah sepasang kekasih yang mencoba membuktikan bahwa cinta itu nyata meski usia kami masih terbilang muda. Kami percaya bahwa cinta yang dibangun atas dasar ketulusan dapat mencipatkan hubungan yang berkelanjutan. Itulah yang aku percaya saat bersamanya.

....

Suatu ketika aku datang menjemput Mei untuk mengajaknya nonton film di salah satu bioskop. Sesampainya di depan rumahnya, kaki ku bergetar. Maklum saja baru kali ini aku memberanikan diri menjemputnya di depan rumahnya. Biasanya kami janjian di pinggir jalan yang agak jauh dari lokasi rumah Mei.

Beberapa menit kemudian, datang seorang bapak – bapak. Aku rasa itu bapaknya Mei. Wajahnya begitu ganas, bahkan sampai – sampai aku ingin lari. Lalu ia bertanya kepada ku.

"Mau ketemu siapa?"

Aku terdiam. Bibir ku seakan tidak bisa berkata – kata. Ya Tuhan ujian macam apa ini. Mengapa harus bokapnya Mei yang keluar. Aku pun menarik nafas sejenak dan menjawab pertanyaanya meski sambil terbata – bata.

"Eeee, Ketemu Mei Pak". Aku mencoba mencairkan suasana dengan tersenyum. Meski detak jatung ini masih berdetak kencang tak karuan. Mei ayolah cepat keluar, apa kau mau lihat aku mati berdiri disini.

Beberapa saat kemudian, Mei keluar. Aku pun menarik nafas. Akhirnya petaka ini berakhir juga. Namun, ternyata tidak semudah itu ferguso. Ayahnya lalu bertanya kepada Mei siapa diriku. Mei pun ragu menjawab pertanyaan ayahnya tersebut. Namun, karena sudah terdesak ia pun akhirnya menjelaskan siapa diriku & apa hubungan ku dengan Mei.

Aku kira ayahnya yang marah karena Mei berpacaran. Nyatanya itu hanya perasaan ku saja. Kegilaan macam apa ini. Meski ayah Mei berparas tegas & ganas, namun sejatinya ia adalah orang tua yang baik. Ia bahkan menitipkan pesan kepada ku untuk menjaga Mei. Maklum saja Mei adalah anak satu – satunya, sehingga sangat wajar ia begitu khawatir.

Sejak kejadian itu aku semakin sering menjemput Mei di depan rumahnya, bahkan sesekali aku makan bersama dengan keluarganya. Nampak sebuah keluarga yang harmonis. Canda & tawa seakan mewarnai keluarga mereka. Aku seperti berada dalam keluarga baru.

Aku sangat bersyukur bisa sedakat ini dengan keluarga Mei. Hal yang mungkin jarang ditemukan di cinta – cinta remaja. Karena biasanya mereka hanya sekedar berpacaran, bukan untuk merajut hubungan.

Bagi ku menjalin hubungan itu bukan hanya tentang aku & Mei. Tapi tentang keluarga kita, tentang bagaimana membangun sebuah kepercayaan.

HARI KELULUSAN & ANNIVERSARY YANG KE-5

Hari yang dinantikan pun tiba. Hari dimana kelulusan diumumkan. Seperti sejak di SMP, Mei selalu menjadi siswa dengan nilai tertinggi. Sebagai pacarnya tentu aku sangat bangga. Ya, meskipun aku tidak sepandai Mei, paling tidak aku masih mendapatkan nilai diatas rata – rata.

Selain hari ini hari merupakan pengumuman kelulusan, tepat pada hari ini merupakan anniversary ku dengan Mei yang ke-5. Bahagia & juga sedih. Bahagianya karena aku tak pernah percaya bahwa cinta yang dikatakan orang ini adalah seperti cinta monyet bisa bertahan sejauh ini. Sedihnya kami tak akan lagi satu sekolah. Karena aku & Mei akan kuliah di tempat yang berbeda.

Mei pernah bercerita jika ia akan melanjutkan kuliah di Jogja. Aku tentu sangat senang mendengarnya, meski didalam hati yang terdalam aku seakan tidak merelakannya. Tapi apa boleh buat, ini semua demi kebaikannya. Aku pun tidak ingin menunjukan kesedihan itu didepannya.

Lagi pula Jogja & Jakarta kan tidak terlalu jauh. Hanya satu jam naik pesawat sudah sampai. Lalu apa yang harus takutkan. Ah, memang pikiran ini kadang membawa ku dalam kemelut yang tak karuan. Ayo, ayo berfikir jenih An.

Sebagai ucapan perpisahan & anniversary yang ke-5 aku mengajak Mei kesebuah cafe dikawasan kemang. Ala – ala Drama Korea, aku menutup matanya sesampainya. Aku sebenarnya sudah merencanakan hal ini sejak lama. Selain sebagai salam perpisahan ini juga merupakan kado bagi hubungan kami.

Setelah sampai disebuah ruangan aku membuka penutup mata terebut. Mei melihat seisi ruangan bertabur balon dan foto – foto kami yang disajikan dengan rapi dan menawan. 

Lalu aku meraih tangannya dan memasangkan sebuah cicin di jemarinya. "Apa ini?" Tanyanya pada ku. " Ini adalah bukti cinta ku pada mu. Tetaplah menjadi Mei yang saat ini ya" Pinta ku.

Malam itu kebahagiaan adalah hal yang ternilai harganya bagi ku. Andai saja waktu bisa dihentikan sejenak. Mungkin aku akan memilih agar hal ini tidak cepat berlalu. Terlalu cepat rasanya. Seperti baru kemarin aku menjalin hubungan dengannya, lalu sekarang kami harus dipisahkan oleh jarak & waktu. Tapi tak apa, bukankah cinta itu tidak mengenal jarak & waktu.

....

Bukankah cinta adalah perasaan yang ada didalam diri kita. Ia bisa menembus segala dimensi. Lalu mengapa takut hanya untuk sekedar berjauhan.

....

CINTA ITU PERGI TANPA PERMISI…..

Sudah beberapa hari sejak perayaan malam anniversary Mei tidak menjawab chat ku. Aku pun mencoba menghubunginya namun selalu tak ada jawaban. Aku mulai gelisah, lalu memberanikan diri untuk datang ke rumah Mei. Sesampainya disana aku hanya melihat sebuah tulisan rumah ini dijual.

Sontak hal itu membuat ku terkejut, aku berteriak memanggil nama Mei. Akan tetapi nampaknya tak ada penghuni di dalam rumah tersebut. Lalu, seorang penjaga keamanan datang dan memberitahu ku bahwa rumah itu sudah ditinggal penghuninya sejak beberapa hari yang lalu.

Aku yang tidak mudah percaya begitu saja, lalu menghubungi Mei. Tapi kali ini nomornya tidak dapat dihubungi. Pikiran ku kacau balau, bak sebuah kapal yang diterjang badai ditengah laut. Ada apa. Ada apa ini. Bukankah kepindahan kuliah Mei masih beberapa bulan lagi.

Lalu, aku menghubungi salah satu sahabat Mei yang bernama Berly. Lalu ia menyuruh ku untuk datang kerumahnya. Aku pun begegas menuju rumah Berly.

Sesampainya dirumah Berly aku bergegas masuk, sampai – sampai lupa mengucapkan salam , karena tergesah - gesah.

"Ada apa ini Berly?" Tanya ku. Berly terdiam. Lalu aku mengulangi pertanyaan ku kepadanya. Sampai – sampai ia kaget karena bentakan ku. Lalu, Berly memberikan sebuah kotak kepada ku. "Apa ini?" Tanya ku. "Kau Buka saja". Lalu, aku membuka kotak itu. Ternyata itu adalah cicin yang  pernah aku berikan pada Mei. Pikiran ku sungguh tak karuan. Ingin rasanya aku berteriak agar seluruh manusia di muka bumi ini tahu betapa rapuhnya diriku kehilangan dirimu.

Ternyata sudah sejak lama Mei akan memutuskan tinggal dan kuliah di luar negeri. Namun, karena hubungan kami,  ia enggan memberitahu ku. Mei tidak ingin melihat ku menjadi kacau dan tidak fokus belajar. Untuk itulah ia merahasiakan kepergiannya.

Namun, bukankah dengan seperti ini justru semakin membuat ku kacau balau. Bukankah baru beberapa hari yang lalu kita merayakannya dan kini jarak seakan memisahkannya. Cinta yang telah dibangun sejak lama itu pun seakan runtuh. Cinta itu seakan hilang bak ditelan bumi. Ah, entahlah bagaimana aku bisa bertahan dalam kondisi sulit seperti ini.

Aku mempercayainya & cintanya selama bertahun – tahun. Tapi, tapi kini ia menghilang begitu saja. Apakah aku yang terlalu bodoh karena mempercayainya ataukah ini takdir yang telah digariskan Tuhan untuk ku. Aku tidak tahu, bahkan mungkin tidak akan pernah tahu…

...

"AKU MEMPERCAYAINYA DAN CINTANYA, LALU IA PERGI TANPA PERMISI. INI CINTA ATAU SEBUAH KEBODOHAN"

....

BERSAMBUNG….

avataravatar
Next chapter