1 Lari Kebawah Tanah Lebih Dalam

Kehidupan dibawah tanah, memang terdengar sangat menarik, tapi bagi rakyat Soko hidup dibawah tanah tidaklah menarik dan sangat membosankan.

Sudah selama 20 tahun rakyat Soko hidup dibawah tanah, mereka hidup layaknya hidup di dunia pada umumnya, yang membedakannya hanya mereka tidak bisa merasakan hangatnya matahari dan tidak merasakan hujan.

Dunia dalam tanah sangatlah luas, Jika ingin pergi kedunia luar, manusia harus menaiki tangga besar yang kokoh terbuat dari tanah. Tingginya sekitar 5 meter yang menghubungkan mereka untuk pergi ke dunia luar.

Tapi yang diperbolehkan untuk keluar hanya orang-orang yang bertugas atau bekerja saja, seperti pasukan militer, petani, pemburu dll.

Sebenarnya dulu rakyat Soko hidup didunia luar, karena wilayah mereka 20 tahun lalu dijajah negara Arsy.

Peristiwa itu banyak memakan korban, dan saat itu rakyat tidak sanggup untuk melawannya, akhirnya rakyat Soko lari dan terpaksa hidup dibawah tanah.

Tentu saja generasi rakyat Soko sekarang tidak tahu bagaimana bentuk dunia luar itu.

Mereka tidak pernah merasakan air hujan dan tidak pernah merasakan hangatnya matahari.

Sebagian orang ingin sekali pergi ke dunia luar, tapi sebagai syaratnya adalah orang itu harus menjadi kadet, pemburu, atau apa pun itu, yang bertugas atau bekerja di dunia luar. Untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat dibawah tanah, dan harus bersedia untuk mati jika ketemu penjajah.

Menjadi kadet atau pun pemburu, sudah diperbolehkan jika usia orang itu sudah menginjak 15 tahun.

Suatu disore hari tampak sebagian masyarakat mengantri mengambil air di sumur, tentu saja mereka mengambil air untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

Nomor antri yang paling belakang adalah dua bocah laki-laki dan perempuan, namanya adalah Rizuka Aciel dan Lea Aciel, mereka adalah saudara kandung kakak beradik.

Tampak Rizuka menghela nafas, karena ia merasa bosan terlalu lama menunggu, hal yang paling ia benci adalah menunggu, apalagi nomor antri merekalah yang paling belakangan.

"Huhh!" Rizuka menghela nafas lalu menopang dagunya dengan ekspresi datar.

"Sabar." Ucap Lea yang berada disempingnya.

Rizuka yang mendengar perkataan adiknya tidak menghiraukannya.

Selama 1 jam mereka telah menunggu, akhirnya giliran yang mengambil air sekarang adalah mereka.

Dengan buru-buru Rizuka berdiri lalu memungut alat timba itu, belum sempat ia memasukkan embernya kedalam sumur, tiba-tiba ada yang merebut alat timba itu darinya.

Ternyata yang merebut alat timba itu adalah sicewek berengsek, yang umurnya 1 tahun lebih tua darinya. Tiba-tiba saja ia muncul.

"Jovita?" Rizuka menyebut nama gadis berengsek itu, kemudian ia merebut alat timba itu kembali.

"Eh?"

Hanya itu yang keluar dari bibir Jovita, bahkan belum sempat ia rebut alat itu lagi tangannya dipukul duluan oleh Rizuka.

"Cewek berengsek! Kami sudah lama menunggu, jadi kami dulu yang mengambil air!" Seru Rizuka sambil

menurunkan ember timbanya kedalam sumur.

"Ouh, maaf," tampak Jovita melirik Rizuka, seperti ada rencana jahat yang ingin ia lakukan pada Rizuka. Seperti biasa ide-ide jahat selalu muncul di kepalanya. Dia adalah gadis berambut panjang yang selalu usil.

Setelah selesai menimba dan menuang air ke tongnya, Rizuka memberi alat timba itu pada Jovita.

"Terima kasih," ucap Jovita. Dengan senyum sumringah tiba-tiba Jovita menendang tong milik Rizuka sehingga airnya terbuang sia-sia.

"Jovita!?" seru Rizuka kaget, dengan rasa yang sangat marah, Rizuka meluncurkan tinjunya kearah pipi Jovita, sehingga pipi Jovita menjadi biru lebam.

***

"Sudah kakek katakan jangan sering berkelahi, berkelahi itu tidak ada gunanya," ucap Dafi yang merupakan kakek Rizuka dan Lea, ia sedang mengoleskan obat hasil racikannya ke pipi Rizuka cucunya.

"Dia yang mencari masalah duluan,"

ucap Rizuka dengan wajah cemberut, ia tidak terima jika dirinya disalahkan.

"Dia itu perempuan, seharusnya kau bicarakan baik-baik masalahnya, kasar pada perempuan itu tidak baik," ucap kakeknya menasehatkan.

"Aku tidak peduli dia laki-laki atau perempuan, prinsipku, jika ada orang yang mencari masalah duluan padaku, aku akan kasar kepadanya," bantah Rizuka.

"Dengan sikapmu yang seperti itu, kau tidak akan punya teman," kata sang kakek.

Mendengar ucapan kakeknya barusan, Rumah pun berdiri lalu menghela napas.

"Aku tidak butuh teman. Bagiku semua manusia sama saja, suka cari masalah." Ucapnya lalu pergi keluar meninggalkan rumah, ia malas selalu berdebat dengan kakeknya yang selalu menceramahinya.

Rizuka merupakan anak laki-laki yang sulit bergaul, itulah sebabnya ia tidak memiliki seorang teman, yang selalu menemani aktivitas hari-harinya diluar pun hanya Lea adiknya.

Baginya semua orang hanya bisa pandai masalah, ia trauma terhadap masa lalunya. Itulah ia memutuskan dirinya menjadi orang yang anti sosial, contohnya ia menganggap semuanya sama.

Setelah Rizuka berlalu meninggalkan

rumah, Lea pun berinisiatif mengikuti kakaknya.

Tetapi sang kakek melarangnya, Lea pun tidak jadi mengikuti kakaknya.

***

Saat Rizuka melangkahkan kakinya, sebuah batu ada didepannya, lalu ia menendang batu itu dengan kesal, untuk meluapkan emosinya.

Ia jadi teringat kejadian tadi dimana ia dimarahi dan disalahkan oleh ayah Jovita.

"Siall!" umpatnya. Lalu ia mengadah kelangit.

"Tidak punya teman? Siapa juga yang butuh teman, aku juga bisa hidup sendiri!" Gumamnya terus mengadah kelangit. Yang hanya bisa ia lihat dari bawah tanah.

"Dunia luar, kapan aku kesana, kenapa aku ditakdirkan hidup dibawah tanah ini, aku ingin sekali melihat dunia luar," gumamnya.

Tiba-tiba, tangga setinggi 5 meter itu terlihat dikerumuni para pasukan militer dengan menunggang kuda mereka, ekspresi wajah mereka terlihat panik dan ketakutan.

Salah satu diantaranya ada yang mengucapkan kata gawat keras sekali, alhasil ia menjadi pusat perhatian orang-orang, karena ia menjadi pusat perhatian orang-orang, prajurit itu pun menjelaskan sesuatu dengan suara yang agak keras sekali.

"Perhatian-perhatian, ayo semuanya lari kebawah tanah lebih dalam!! Para penjajah sebentar lagi akan datang kesini membawa pedang, bom dan senapannya ayo lariiii!!!!!!!" Teriak pemimpin kadet pertama, namanya adalah Arman.

Mendengar teriakan Arman barusan, tiba-tiba masyarakat disekitar situ menjerit-jerit histeris sambil berlari untuk menyelamatkan diri.

Sebagian rakyat ada yang lari kerumah terdahulu, mungkin untuk menyelamatkan keluarga atau harta benda mereka masing-masing.

Rizuka yang tidak jauh dari sana tampak seperti orang bodoh yang kebingungan, lebih tepatnya seperti manusia yang tidak tahu tujuan hidupnya, sungguh ia tidak mengerti apa yang diucapkan kadet itu barusan.

Tidak lama kemudian tangga besar itu dikerumuni pasukan militer Arsy, yang mengenakan seragam serasi pula. Ditangan mereka semua tampak memegang senjata.

Diantaranya ada yang menodongkan senjatanya, hendak menarik pelatuknya.

***

Pada akhirnya teriakan lari-lari ada dimana-mana, semua orang-orang berusaha menyelamatkan diri masing-masing, meskipun begitu, banyak dari mereka yang tewas.

"Kenapa aku tidak terkena tembakan itu? Pertanyaan yang terlintas dipikiran Rizuka. Rizuka diam terpaku disitu.

"Hei bocah, kenapa kau hanya diam disana? Ayo lari!" Teriak Johan yang merupakan pemimpin kadet ke-3. Ia datang menghampiri Rizuka.

"Sebenarnya mereka mau apa?" Gumam Rizuka yang masih diam mematung disitu. Ia menatap bercak-bercak darah manusia yang sudah tewas disekitarnya.

***

Sejak saat itu, banyak orang Soko mati karena peristiwa itu. Para kadet tidak becus melakukan pekerjaannya, rakyat Soko yang mati tidaklah sedikit.

Anehnya entah apa yang mereka inginkan dari rakyat Soko, setelah merusuh mereka pergi meninggalkan mayat-mayat yang bergelimpangan disana.

***

"Apa mereka datang hanya untuk me- rusuh kita? Atau ingin mengambil sumber daya alam yang kita miliki? Mereka benar-benar kurang ajar!"

ucap Johan yang tak habis pikir.

"Saya berpikir mereka menjajah wilayah kita bukan untuk mengambil sumber daya alam yang kita miliki, tapi yang pasti ada alasannya."

Pada akhirnya, dimalam hari, argumen panas antara kadet pun terjadi didalam kastil.

avataravatar
Next chapter