1 Tentang Adrian

Halo semuanya, perkenalkan namaku Adrian. Aku pemuda tampan, asal Manado. Aku terlahir dari seorang Ayah yang bekerja sebagai kurir pengantar barang. Sedangkan Ibuku bekerja sebagai buruh cuci.

Aku beserta keluargaku, selalu di hina oleh mereka. Mereka selalu menghina, mencaci maki kami. Hanya karena kami miskin, Ya Tuhan, ingin aku membalas perbuatan mereka semua. Yang sudah menghina aku dan keluarga. Hati kecilku, sangat sedih, sangat sakit. Seperti luka tetapi tidak berdarah dan bernanah. Ingin rasanya, aku bungkam mulut mereka semua dengan berjuta preatasi yang aku miliki. Aku harus berjuang, aku harus bangkit. Aku tidak boleh lemah, jika aku lemah. Yang ada aku, semakin di hina dan di rendahkan hingga titik terendah.

Semangat Adrian! Kamu pasti bisa, ayo bangkit! Jika kamu terjatuh, kamu bangkit lagi. Kamu tidak boleh, pantang menyerah. Jika kamu menyerah, siapa yang akan melindungimu serta keluargamu. Apalagi kasian, kedua orang tuamu.

Bangkitlah Adrian, kamu harus menjadi prmuda yang sangat tangguh. Pemuda yang dapat mengangkat derajat dan martabat kedua orang tuamu.

Malam hari, Ibu belum pulang juga. Aku sangat kasian, dengan Ibu.

"Ibu baru pulang, ya ampun Ibu. Adrian sungguh sangat cemas dan khawatir,"ucapku dengan sangat khawatir.

"Ya Allah, Adrian kamu sangat khawatir akan kondisi Ibu. Ibu sungguh tidak apa apa, Ibu habis ke rumah Tantemu. Ibu mau pinjam uang, soalnya mau membayar Spp kamu, tetapi Tantemu tidak mau meminjamkan ke Ibu,"ungkap Ibu dengan ekpresi sedih.

"Ibu barusan pergi ke rumah Tante Cindy? Kenapa Ibu pergi kerumah Tante Cindy? Apakah Ibu belum mendapatkan bayaran dari kerja keras Ibu mencuci pakaian?" tanyaku kepada Ibuku.

"Iya nak, mereka bayarnya tanggal sepuluh. Sedangkan kamu kan sudah harus bayar tanggal lima,"ungkap Ibu sambil menitikan air mata.

Ya Tuhan, kasian Ibu. Aku tidak mungkin tega membiarkan Ibu, menderita seperti ini.

Aku memutar otakku, aku memutuskan untuk kerja freelance di sebuah restauran Chinese. Lumayan hariannya di bayar lima puluh ribu. Bayar Spp aku seratus delapan puluh ribu rupiah. Jadi aku dapat, mengumpulkan selama enam hari. Jika enam hari, lumayan dapat tiga ratus ribu rupiah. Jadi aku bisa bayarkan Spp, sisanya untuk membantu Ibu dan Ayah untuk makan kami. Apa aku kerja saja free lance, tidak apa aku capek badanku remuk semua.

Aku tetap berusaha, semangat untuk membantu Ayah dan Ibu.

Sepulang sekolah, aku langsung kerja freelance di sebuah restaurant Chinese. Alhamdulilah Ibu dan Ayah merestui.

Aku harus semangat, tidak boleh cengeng dan mengeluh. Aku ingin menjadi pijar bagi aku dan keluargaku.

Walaupun aku sangat lelah, dan letih. Aku tidak boleh cengeng, aku siasati dengan memakai koyo. Aku pakai fresh care dan minyak kayu putih. Di seluruh badan dan tubuhku.

Tidak terasa, sudah seminggu aku bekerja di Restaurant Chinese ini. Koko dan Cecenya juga sangat baik. Bahkan jika aku rajin, serta kinerjaku bagus. Atasanku pasti akan kasih bonus tambahan serta makanan untuk aku bawa pulang.

Hari ini, ada ulangan sekolah. Ketika aku sedang mengerjakan soal dengan teliti.

Tiba tiba Tony sang anak pembawa masalah, ia meminta hasil jawabanku. Tetapi aku sama sekali tidak mengubris dan aku tetap melanjutkan ulangan.

Tetapi naasnya, tatkala aku sedang istirahat. Tiba tiba Toni dan segerombolan kawannya. Mereka menghadangku, mereka memukulku secara membabi buta. Ingin sekali aku melawan, tetapi percuma. Jika anak nakal, aku lawan. Lihat saja nanti, jika aku sukses. Aku akan balas mereka semua. Tetapi bukan dengan pukulan, yang mereka layangkan ke aku. Tetapi aku membalasnya dengan membungkam mulut mereka dengan berjuta prestasi yang aku miliki. Lihat saja nanti, aku akan membuktikan siapa aku. Jadi jangan coba coba macam macam denganku.

Aku sekarang berjalan ke UKS, aku di obati di sana. Guru BK aku yang melihat bernama Ibu Sonya. Ibu Sonya langsung menghampiriku. Ibu Sonya sangat cantik dan baik hati.

"Ya ampun wajahmu Adrian, kok bisa seperti ini. Siapa yang melakukan ini kepadamu? Bilang ke Ibu, nanti Ibu sidak anak anak nakal itu,"emosi Ibu Sonya.

"Bukan siapa siapa Ibu, aku hanya jatuh kepeleset. Nanti juga sembuh, setelah aku obati Ibu. Ibu tidak perlu khawatir dan cemas,"ucap aku kepada Ibu Sonya.

"Kamu jangan bohong sama Ibu, Ibu tau jika itu luka karena di pukul. Bukan luka karena jatuh, apa itu perbuatan Toni And Genksnya?" tanya Ibu Sonya, sambil menatapku secara tajam.

"Bukan Ibu, Ibu tidak perlu cemas dan khawatir. Saya akan membalas mereka semua yang menghinaku Ibu. Ibu tidak perlu ikut campur. Biarkan mereka tetap sekolah di sini. Jika pihak sekolah, komite sekolah dan kepala sekolah tau. Saya akan merasa bersalah, apalagi jika mereka sampai di skor dan di keluarkan dari sekolah. Jadi saya ingin melawan dan membungkam mulut mereka, dengan prestasi bukan kekerasan,"ucapku sambil menitikan air mata.

"Adrian kamu memang anak yang baik, Ibu bangga sama kamu. Sepulang sekolah, kamu berobat dulu iya. Ibu antarkan,"Ucap Ibu Sonya dengan penuh kelembutan.

Sepulang sekolah, aku dan Ibu Sonya ke rumah sakit. Ibu Sonya memanglah berhati malaikat. Ketika aku ingin membayar biaya, ternyata Ibu Sonya sudah membayarkannya.

Bahkan Ibu Sonya mengantarkan saya ke tempat kerja.

"Maaf Iya Koh, Cece murid saya bekerjanya agak telat. Soalnya murid saya terluka pada saat di sekolah, jadi sepulang sekolah saya antarkan Adrian ke rumah sakit dulu," terang Ibu Sonya kepada Koko dan Cece.

"Iya tidak apa apa Ibu, terimakasih sudah mengantarkan Adrian. Terimakasih Ibu guru,"ucap Koko dan Cece dengan ramahnya.

"Ya ampun Adrian, mukamu sampai babak belur. Kamu kerjanya sampai jam tujuh malam saja. Besok libur saja dua hari. Koko kasih obat dan uang lagi buat kamu. Kamu mau obat Cina manjur,"ucap Koko sambil tersenyum.

"Baik Ko, terimakasih iya Ko. Saya cuci piring dulu Ko,"ucapku sambil tersenyum.

Aku mencuci semua piring, hingga bersih. Setelah selesai, aku kini menyiapkan bahan bahan untuk membuat Dimsum dan Puyunghai. Karena bahan bahan untuk Bakpao sudah di sediakan oleh Cecenya.

Aku tidak menyangka, jika perundung dan pembuat masalah dan onar. Toni and the genks. Datang ke kedai restaurant Chinese tempatku bekerja.

Bahkan mereka menghinaku, tetapi aku hanya diam. Diam bukan berati aku lemah, aku diam karena aku tidak mau membuat masalah.

Untungnya ada Koko dan Cece, mereka membela aku. Ketika aku di hina dan di rundung oleh mereka, yang sudah menghinaku.

Ketika aku pulang kerja, Koko dan Cece memberikan nasehat dan petuah untukku.

"Kamu kenapa Adrian? Kenapa diam saja? Ketika mereka menghinamu, seharusnya kamu lawan mereka Adrian. Kamu tidak bolrh diam saja,"tanya Koko kepadaku.

"Aku diam saja, bukan berati aku lemah Koh. Aku tidak mau, menambah masalah dengan berantem sama anak perundung di Sekolah. Aku ingin membalas mereka dengan prestasi, bukan dengan kekerasan Ko," terangku memberikan penjelasan kepada Koko.

"Ya ampun Adrian, kamu memang anak baik, yang tidak mau membalas kekerasan dengan kekerasan. Koko bangga sama kamu nak,"ucap Koko sambil memeluk dan mengelus rambutku.

Tiba tiba pada saat, Cece ingin berbicara dan memelukku. Tiba tiba pandanganku buyar, aku pun akhirnya tak sadarkan diri.

Bersambung.

avataravatar
Next chapter