webnovel

Please Untie Me

Hidup naruto seakan berada di dalam penjara. Pertemuannya dengan sasuke justru menjerumuskannya dalam jurang ketakutan dan penyiksaan. Sifat posesif sang surai hitam itu membuatnya harus kehilangan orang tua, saudara dan sahabatnya. Seribu cara dilakukan naruto lepas dari nya namun seolah sasuke telah menemukan sepuluh ribu cara untuk menemukannya. Pertemuannya dengan Sai justru semakin memperparah keadaan. Akan kah naruto bertahan ataukah lari dari sasuke?

ambar260292 · Anime & Comics
Not enough ratings
17 Chs

Serangan Balik

Beberapa minggu sejak kejadian itu, Karin tak lagi muncul dan mengganggu.

Keberadaannya yang menghilang tentu sedikit melegakan hati Naruto. Pasalnya, kini dia merasa sekolah menjadi lebih nyaman.

Sampai kemudian dia melihat surai merah itu kembali. Ada yang berbeda dengan dirinya. Tangan kirinya kini dibalut dengan perban putih yang menutupi hampir seluruh bagian lengannya.

"Apa yang terjadi padanya? " tanya Kiba menatap dibalik balik punggung Naruto penasaran.

Sementara Naruto yang ditanya hanya bisa menggelengkan kepala.

" Mungkin dia baru saja mendapat hukuman dari 'tuannya'. Jadi penampilannya seperti itu,"ujar Sakura menyeringai.

" Tuannya?" Naruto bingung menatap sakura. Sementara sakura hanya tersenyum penuh arti.

" Daripada kau mengurusi perempuan itu, lebih baik kau temani aku pergi ke cafe," balas Sakura.

"Cafe?"

" Ada cafe baru di seberang sekolah. Aku ingin mencobanya, tapi tak ada yang mau menemaniku".

"Kenapa memangnya?"

" Karena itu cafe itu isinya kue manis dan banyak yang tak suka. "

"Aaaaaa..."

"Jadi...Mau menemaniku?"

"..."

"Kau tak mau?"

" Sebenarnya aku sih mau, cuma harus bertanya pada Sasuke dulu."

"Baiklah, kalau mau, nanti kabari aku sepulang sekolah, ok?"

" Baiklah...".

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Selepas jam istrirahat, Naruto segera beranjak dari kelasnya menuju ruang OSIS.

Namun belum sampai diri ruangan yang dituju, dia sudah dihadang si surai merah.

Tak sendirian, dia ditemani 2 pria bertubuh besar dengan ekspresi yang menyeramkan. Senyum Karin terlihat manis memandang Naruto yang tampak ketakutan.

Belum juga Naruto bereaksi, dua orang itu langsung menyeret surai kuning menjauh dari ruang OSIS.

Mereka menyeret Naru jauh menuju gudang belakang sekolah. Naru yang tak mampu melawan hanya bisa pasrah dibawa mereka.

Sesampainya di sana, dihempaskan tubuh naruto hingga menabrak tembok.

Tak mampu berkata apapun, naru hanya bisa mengerang kesakitan memegang lengannya yang mulai lebam.

" Dasar pelacur.. Sudah kukatakan bukan untuk tak mengatakan apapun pada Sasuke."

" Apa maksudmu?"

" Kau pikir aku tak tahu. Kau yang mengatakan padanya jika aku menyiksamu."

" Kalau iya memang kenapa? Kau pikir aku takut padamu?" tantang Naruto berusaha memberanikan diri.

" OOOH... Berani melawan rupanya. Sudah tak sayang nyawa?"

" Aku tak takut padamu".

"HAJAR DIA!!!!!!"

Pukulan demi pukulan dirasakan Naruto. Meski berusaha melawan, namun tenaganya jauh berbeda dengan dua pria besar yang dibawa Karin.

Sementara Karin, hanya tertawa bahagia melihat tubuh Naruto yang remuk. Matanya berkilat puas, apalagi setelah mendengar rintihan surai kuning yang meminta ampun.

" Hahahahahahahahaha....MATI KAU PELACUR. SUDAH SEHARUSNYA KAU MUSNAH DARI DULU!!!" Tawa puas Karin membahana di seluruh sudut ruangan.

"HENTIKAN!!!" Gelegar suara terdengar dari pintu depan yang sudah hancur.

Tawa Karin yang begitu keras tampaknya membuat dia tak sadar jika ada yang sudah menghancurkan pintu gudang belakang.

"Siapa kau?"

" Aku baru tahu jika sekretaris OSIS yang terhormat bisa berbuat serendah ini," kata pemuda bersurai orange menatap Karin tajam.

" Tahu apa kau? Ini bukan urusanmu. Jika kamu masih menggangguku maka kau akan kubuat hancur seperti dia," sembari menunjuk Naruto yang sudah babak belur.

" Coba saja," seringai pemuda itu.

"HAJAR DIA!!!!!!"

Tak butuh waktu lama, kedua pria yang sedari tadi getol menghajar Naruto kini berbalik menyerang surai orange.

Namun tak seperti Naruto yang hanya bisa pasrah, surai orange itu dengan mudah menghajar balik kedua pria yang menyerangnya.

Hanya beberapa menit saja, kedua pria itu langsung tumbang.

Dengan langkah gontai didekatinya Karin yang mulai ketakutan.

"Kkkkkaauu mmmaau appa?????"

Dijambaknya rambut Karin hingga tubuh gadis itu terjatuh di lantai.

Tak berhenti disitu saja, dengan kejam pemuda itu menendang tubuh Karin berkali-kali tanpa melepas rambut Karin yang tergenggam erat di tangannya.

"AAAAAKKKKKK...." Teriakan itu terdengar memilukan.

Tak butuh waktu lama, darah segar mengalir dari mulut Karin diikuti dengan muntahan yang terus mengucur tanpa henti. Matanya membelalak dengan napas yang tersengal-sengal. Sementara pemuda itu masih getol menghajarnya.

Matanya berkilat senang dengan tawa yang menunjukkan kepuasan.

Rambut Karin yang digenggamnya erat tercabut dengan paksa membuat kepala perempuan itu sudah tak berbentuk.

Teriakan yang tadinya membahana kini berubah seperti suara decitan tikus yang terjepit.

Ditendang sekali lagi tubuh Karin dan kali ini membuatnya berhenti bersuara.

Dengan ekspresi puas, pemuda itu melepaskan rambut karin dari jari tangannya.

Diusapkannya peluh di kening dan menatap Naruto yang melongo melihat kejadian itu.

Ekpresi Naruto begitu ketakutan.

Airmatanya mengalir dengan deras.

Begitu pemuda itu menatapnya, naruto langsung berjongkok dengan tangan meminta ampun. Meski matanya tak mampu terbuka sempurna karena luka parah akibat pukulan, bibir yang masih dihiasi darah hampir mengering itu berusaha meminta ampunan.

"Kumohon ampuni aku. Jika aku punya salah padamu maafkan aku. Mungkin aku tak mengenalmu tapi kumohon jangan sakiti aku".

Melihat apa yang dilakukan Naruto, pemuda itu hanya tersenyum ringan.

Perlahan didekatinya Naruto.

Semakin pemuda itu mendekat, Naru semakin ketakutan. Dipejamkan matanya erat seakan bersiap menerima pukulan.

Namun bukan pukulan yang diterima, melainkan tangannya yang ditarik paksa. Dan saat Naruto membuka mata, wajahnya hanya beberapa inci dari pemuda itu.

Pemuda itu menatap Naru sejenak dan kemudian tersenyum.

" Ayo ikut denganku"

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

ambar260292creators' thoughts