webnovel

Rumah Tangga 4

".....Apa kita ga beli aja terus kita luasin kesitu?atau kamu masih tetep pingin pindah?" Dariel menanyakan 2 pilihan yang membuat Ara berpikir.

"Rumahnya luas ga?"

"Kita bisa liat dulu kalo kamu mau, makannya aku bilang kamu pulang. Kaya ada apa aja dirumah sampe ga mau pulang."

"Iya maaf...." Ara melunak kali ini. Kedua tangannya yang tadi dimainkan kini dia letakkan melingkar dibahu Dariel.

"Sayang...ini bukan soal materi. Aku tahu beli rumah macam apapun kamu mampu, kamu bisa. Aku cuman pingin ngajarin kamu, kita ini udah berumah tangga. Ga bisa kamu seenaknya ambil keputusan gitu aja. Udah ada aku sekarang. Setiap ada masalah, keinginan itu dibicarain, dicari solusinya bareng-bareng bukan diselesain gitu aja sama uang. Aku sebenernya ga peduli uang siapapun tapi utamain bilang sama suami."

"Iya, maafin aku..."

"Oke, ada satu hal yang belum aku lakuin sejak kita nikah." Dariel segera meraih dompetnya disaku lalu mengeluarkan 3 kartu disana.

"Sini tangan kamu..." Dariel meraih salah satu tangan Ara lalu meletakkan 3 kartu itu ditangannya.

"Sayang semua ini uang aku. 1 kartu ini isinya uang gaji aku, pokoknya segala sumber penghasilan aku ada disini. Dari pendapatan itu aku transferin ke kedua kartu ini. Yang satu emang dulu tujuannya buat tabungan aku, yang satu buat anak aku nanti. Aku pingin kamu simpen 2 kartu ini, yang satunya lagi boleh aku pegang?buat dana darurat aja. Isinya terserah kamu, kamu yang ngasih ke aku."

"Riel kamu ga usah kaya gini ke aku."

"Justru harus. Ini rumah tangga, suami harus jujur soal ini. Aku ga keberatan. Aku pingin kamu ngelola keuangan kita. Maaf aku baru percaya sama kamu setelah hampir 7 bulan kita nikah."

"Kamu selalu jadi suami yang baik selama ini tapi aku belum jadi istri yang penurut."

"Aku ga perlu istri yang penurut. Istri itu bukan boneka yang terus-menerus harus nurut sama suami tapi... ada batasannya. Kamu boleh protes tapi dengan cara yang bener. Aku ga suka ketika kira debat kamu marah dan pergi gitu aja. Masalah itu dihadapin, bukan dihindarin kaya gini. Aku ga akan pernah nuntut apapun selama kamu ikutin cara aku. You say this is a relationship, not a ownership." Dariel membuat Ara senyum sendiri mengingat perkataannya waktu itu.

"Aku sayang kamu..." Ara mencium Dariel kali ini. Menyentuh bibirnya yang selalu mengatakan hal-hal yang manis sekalipun mereka sedang bertengkar.

"Sambil nunggu kamu milih beli rumah baru atau engga, gimana...kalo kita bikin dulu anggota barunya. Supaya rumah ga sepi nanti." Dariel memainkan tangannya dipinggang Ara seakan ingin menerobos masuk ke dalam baju tidurnya.

"Huh...inget aja." Ara mencubit gemas hidung Dariel.

"Kamu harus gantiin karena udah berani-beraninya tidur munggungin suami." Dariel segera menyergap bibir Ara lagi. Kali ini dengan perlahan Dariel mendorong Ara untuk berbaring disofanya sementara dia beranjak naik keatas badan Ara.

"Ehm...Riel..." Ara mencoba melepaskan ciumannya namun Dariel tak peduli.

"Mas Dariel...kita dirumah Daddy." Ara mendorong bahu Dariel.

"Oh iya Aku lupa." Dariel senyum sendiri lalu memeluknya gemas.

"Lagian aku lagi dapet sayang, jadi ga bisa." Ara mengusap pelan rambut belakang Dariel.

"Dapet?duh...selalu aja keajadian pas aku lagi pingin-pinginnya." Dariel semakin menenggelamkan kepalanya disamping telinga Ara.

"Wuuuahhh...." Kenan kaget dengan pemandangan yang ada disofanya.

"Kay balik badan dulu, Jay...Jay kamu juga jangan ngintip."

"Aku ga ngintip dad..." Jay langsung menutup matanya sambil memegangi helm yang ada ditangan kanannya. sementara Dariel dan Ara segera membenarkan posisi duduk mereka.

"Dariel, kakak, ampun ya...ke kamar sana."

"Iya nih kakak, mesra-mesraannya jangan ditempat terbuka gini. Bahaya..." Kay yang masih berbalik berkomentar.

"Bahaya?kakak kenapa?dad..kakak kenapa?" Jay penasaran namun dia belum berani membuka matanya.

"Kakak ga papa, udah buka matanya."

"Iya maaf dad..." Dariel tersipu malu sementara Ara hanya tertawa kecil.

"Bikin heboh aja.." Kay menggerutu lalu melanjutkan perjalanannya ke kamar sementara Jay masih memperhatikan kakaknya yang sedang duduk.

"Kakak ga papa kok dad, apanya yang bahaya?aneh Kay.." Jay ikut menggerutu sambil berjalan meninggalkan kakak dan ayahnya.

"Kenapa masih disini?, cepet keatas.."

"Engga dad, aku sama Dariel pulang ya.."

"Pulang?, udah malem ini kak. Riel nginep aja disini."

"Tuh apa aku bilang."

"Kak, sama suami kok gitu.."

"Iya dad aku nginep aja.." Dariel setuju dengan ide Kenan. Kini mertuanya itu ikut duduk bersama mereka.

"Ya udah aku mandi dulu deh.." Ara beranjak berdiri.

"Bukannya udah mandi kakak?."

"Lagi bocor dad.."

"Oh..awas dingin sayang, nanti malah masuk angin."

"Ya pake air panaslah dad.."

"Ya udah sana biar Daddy temenin Dariel ngobrol.."

"Iya dad.." Ara lalu pergi menuju kamarnya.

"Manyun aja tuh daritadi.." Perkataan Kenan disambut tawa kecil oleh Dariel.

"Gimana jadi suaminya Ara?, cape?."

"Engga kok dad. Ara emang spesial.."

"Ara kalo ada masalah, ada kepingin ya gitu, ngomel-ngomel, manyun aja terus sampe keinginannya diturutin, persis kaya mommynya dulu.."

"Tapi...ga semua hal bisa Dariel turutin dad.."

"Ara minta apa?."

"Hem..." Dariel ragu untuk mengatakannya padahal Kenan sudah tahu dari Omelan Ara sejak tadi sore.

"Rumah?, Ara pingin rumah baru?."

"Iya dad. Aku bukannya ga mau beliin, aku cuman lagi hitung-hitung aja dulu tapi Ara kayanya pingin cepet.."

"Terus keputusannya gimana?."

"Disamping ada rumah yang mau dijual, tadinya aku pikir kalo buat perluas aja kesitu, kebetulan kita cuman dibatasin sama tembok ga ada jalan lagi jadi...bisa langsung ditobros aja dad kesitu. Insyallah aku bisa belinya, tadi sore udah nelpon nanya-nanya soal harga sama orang marketingnya."

"Oh...jadi mau direnov aja?."

"Iya dad tapi..kayanya Ara ga sabaran jadi salah paham."

"Ara belum terbiasa aja Riel, apa-apa harus izin suami, apa-apa harus didiskusikan sama suami. Biasanya dulu dia pingin apa-apa tinggal bilang, bujuk-bujuk udah itu dapet."

"Ya maaf dad, Dariel ga bisa wujudin cepet yang Ara mau meskipun Dariel tahu Ara bisa kok beli apapun tanpa harus bergantung sama Dariel."

"Ga papa, biar Ara belajar, memang ada salahnya Daddy sama mommy manjain Ara terus dulu.."

"Ga salah dad, namanya juga orang tua. Daddy sama mommy bukan manjain Ara tapi sayang sama Ara."

"Nanti deh kamu bakalan lebih ngerti kalau udah punya anak."

"Iya dad, doain aja.."

"Ga ditundakan?."

"Engga dad.."

"Makannya usaha terus Riel. Pagi, Malem kalo ga cape tanam benih.." Canda Kenan membuat Dariel makin tertawa. Bisa-bisanya mertuanya membuat lelucon soal itu.

***To be continue

Aloha...masih setiakan nunggu cerita Ara dan Dariel?.

Don't forget leave comment and vote ya ;)

Keyatmacreators' thoughts