webnovel

Chapter 2 - Krucuuukk

"aku udah brousing gunung yang bakal kita daki. Nggak terlalu jauh dari sini dan pemandangannya juga keren banget. Walau cuma beberapa pendaki aja yang pernah kesana" rinjani menunjukkan beberapa foto yang ia dapat dari hasil pencariannya di salah satu web. Memang sangat indah jika dilihat dari foto.

Melihat antusias dari rinjani membuat sarah tersenyum. Sahabatnya ini memang sangat bersemangat tiap kali membahas tentang pendakian gunung. entah apa penyebabnya tapi keluarga gadis itu memang sangat menyukai pendakian.

Tak terasa satu minggu berlalu, kini kedua sahabat itu telah selesai mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pendakian. Bertempat di apartemen milik rinjani, mereka bisa berangkat bersama menuju gunung yang telah ditargetkan.

"oke, aku siap" rinjani sudah menenteng tas carriernya.

"aku juga siap" begitupun dengan sarah.

Tanpa menunggu lama, mereka berdua langsung berangkat menuju lokasi. Memakan waktu berjam jam untuk sampai dilokasi tak menyurutkan semangat mereka untuk melanjutkan rencana yang telah dipersiapkan dari jauh hari.

Letih yang dirasakan terobati dengan pemandangan yang memanjakan mata. Udara yang sejuk membuat indera mereka seketika dapat beristirahat dari segala rutinitas yang telah melelahkan pikiran.

Berhenti sejenak dari segala kesibukan duniawi, rinjani dan sarah kini bisa menikmati pemandangan yang tersaji tepat di depan mata mereka. Sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi namun memiliki daya tarik yang kuat. Entah kenapa tidak banyak pendaki yang telah datang kesini padahal tempat ini merupakan destinasi yang wajib dikunjungi menurut rinjani.

Sebelum menaiki gunung, terlebih dahulu rinjani dan sarah tiba di sebuah desa yang berada di kaki gunung untuk melakukan pendaftaran. Melapor kepada pengurus desa bahwa mereka akan menaiki gunung tersebut.

"tolong diperhatikan. Jika setelah sampai diatas neng berdua bertemu dengan persimpangan jalan, jangan ambil arah kiri" peringatan yang disampaikan oleh pengurus desa untuk seluruh pendaki yang mencoba menaiki gunung di desa tersebut.

"memangnya kenapa pak?" mendengar peringatan tersebut justru membuat rinjani makin penasaran. Bukankah jalan dibuat untuk dilewati, tapi kenapa justru hal itu dilarang.

"jalan itu sudah lama terputus berujung dengan jurang. Jadi demi keselamatan, kalian harus mematuhi larangan barusan ya" orang itu menutupi fakta bahwa dijalan tersebut terdapat gua yang merupakan tempat ganindra di kurung. Karena jika hal itu ia kemukakan, yang ada tidak akan ada yang percaya apalagi di zaman modern seperti sekarang.

"udah nurut aja. Bapak ini pasti lebih tahu medan disini" bisik sarah agar sahabatnya tidak lagi penasaran.

"terima kasih atas informasinya pak. Kalau begitu kami akan langsung berangkat."

Rinjani dan sarahpun memulai pendakiannya menaiki gunung. tak terlalu cepat namun tak terlalu pelan juga. Berjalan sambil menikmati pemandangan yang terhampar didepan mata. Tuhan memang tak ada duanya, menciptakan pemandangan dengan view luar biasa yang bisa membuat siapa saja yang melihatnya langsung melupakan semua permasalahan yang ada di kepala.

"kereen" lirih sarah melihat ke kanan dan ke kiri. Walau sebelah kiri adalah jurang, tapi hamparan hutan hijau yang terlihat sangat memanjakan mata.

"benar kan. Kamu pasti nggak nyesel ikut pendakian kali ini" rinjani senang ternyata sahabatnya dapat menikmati perjalanan mereka. Awalnya ia sempat khawatir karena sarah tidak terbiasa pergi ke alam bebas seperti ini.

"kalau gitu lain kali kita rencanakan pendakian lagi yuk" sarah terlihat sangat antusias. Gadis pendiam yang baik hati, yang menjadi sahabat sekaligus teman berbagi suka dan duka bersama rinjani.

Beberapa jam berjalan kaki tak terasa mereka tiba di puncak gunung. memang tidak sampai memakan waktu beberapa hari untuk sampai karena ukuran gunung ini yang tidak terlalu tinggi. Hanya ada mereka berdua di puncak. Angin berhembus menembus kulit. Walau memakai jaket yang lumayan tebal, tetap saja dinginnya tetap terasa.

Setelah puas beristirahat dan menikmati pemandangan, rinjani dan sarah memutuskan untuk kembali menuruni gunung. Sambil bersenda gurau mereka terus berjalan menelusuri jalan yang telah terbentuk untuk memudahkan para pendaki agar tidak tersesat.

Tiba tiba awan mendung menyelimuti, suasanya disana sampai terlihat gelap seperti petang. Petir menggelegar memekakkan telinga, angin pun bertiup makin kencang membuat mereka berdua berpikir pasti sebentar lagi hujan akan turun dengan deras. Benar saja, hujan langsung mengguyur tempat itu membuat rinjani dan sarah yang belum siap segera berlari mencari tempat berteduh.

Sambil berlari, rinjani melihat ada gua yang terdapat di kiri jalan. Gua yang bisa melindungi mereka agar tidak kebasahan. Khawatir akan terkena hypotermia, mereka harus bergerak cepat mencari tempat berlindung.

Saat rinjani ingin berbelok, tiba tiba sarah menghentikannya. "jangan kesana" sarah ingat peringatan yang dikatakan pengurus desa sebelum menaiki gunung.

"tapi tidak ada tempat lagi. Lagian hanya itu tempat yang bisa melindungi kita dari hujan."

"tapi."

"jangan kebanyakan mikir. Keburu kita lepek nanti" rinjani menunjukkan pakaiannya yang kebasahan akibat terkena air hujan.

Begitupun dengan sarah, ia langsung melihat kondisi tubuh mereka berdua yang mulai basah akibat terkena air hujan. Tapi ia ragu karena larangan yang dikatakan oleh pengurus desa di bawah kaki gunung. lagipula perasaannya seketika tidak enak ketika melihat ke dalam gua tersebut. seperti ada aura yang menyeramkan yang dipancarkan tempat itu.

"sudah ayo" rinjani menarik tangan sahabatnya membuat sarah tak bisa menolaknya.

Dengan posisi rinjani berjalan lebih dahulu diikuti oleh sarah, akhirnya mereka sampai di mulut gua. Tak ada apapun disana hanya keheningan yang terasa. Padahal biasanya di dalam gua ada saja kehidupan minimal dari para hewan nokturnal. Tapi gua ini berbeda, kesunyiannya jelas tidak sama dengan gua gua pada umumnya.

"KRUYUUUK..."

Sesaat setelah memasuki gua, rinjani langsung mendengar suara seperti perut yang sedang kelaparan.

"kamu lapar?" rinjani yang tak merasa dirinya lapar langsung bertanya kepada sarah. siapa lagi yang mau ditanyakan kalau bukan wanita disebelahnya.

"apa maksudmu? Kita saja belum lama makan di puncak."

"tapi barusan aku dengar suara seperti orang yang sedang kelaparan" kedua alis mereka berkerut. Sarah yang tidak mendengar apapun menjadi semakin takut dengan tempat itu.

"aku tidak mendengar apapun" entah kenapa suasanya di dalam gua jadi makin menyeramkan.

"KRUYUUUK..."

"tuh kan, terdengar lagi" kini rinjani yakin, suara pertama yang ia dengar bukanlah halusinasi. Tapi kenapa hanya dirinya yang bisa mendengar sedangkan sarah yang sama sama berada di dalam gua tidak dapat mendengarnya sama sekali.

"rin, gimana kalau kita pergi aja dari sini. Tiba tiba perasaanku kok nggak enak ya" sarah semakin gelisah jika berlama lama disana. ia merasa seperti ada yang mengintai mereka dari dalam gua.

"tapi hujannya masih lebat loh."

"bodo ah. Kita bisa numpang mandi di rumah warga kan. Liat nanti deh yang penting aku udah nggak mau disini lagi" melihat sarah yang semakin resah, rinjani pun akhirnya mengikuti keinginan sahabatnya untuk menerobos hujan yang masih turun dengan deras.

Tanpa mereka ketahui, ada sosok yang terus mengikuti kemanapun rinjani pergi. Siluman bernama ganindra, makhluk yang mulai merasa kelaparan karena 10 tahun tidak memakan apapun.