webnovel

Pintu Merah

Amethyst_1ka · Horror
Not enough ratings
1 Chs

Chapter 1 Nyanyian Bocah

Kaki Reya tersentak berulang-ulang kali. Keringat dingin membasahi punggung dan mengucur deras di dahinya. Ia terus merasa gelisah dalam tidurnya.

Apa itu?

Tidak!

Pintu itu tidak seharusnya ada di sini!

Tidak!

Kakiku, berhentilah melangkah. Aku mohon!

Reya terus berusaha menjerit dalam tidurnya. Namun, lidahnya kelu dan tenggorokannya seolah tercekik. Tak ada satupun suara yang terdengar.

Hanya ada suara nyanyian seorang bocah yang terdengar di kehampaan.

'Satu.. dua.. tiga..

'Kaki terus melangkah.

'Teruslah naik ke atas.

'Empat.. lima.. enam..

'Lihatlah ke tangga teratas.

'Itulah si pintu merah.

'Tujuh.. delapan.. sembilan..

'Jangan sampai kau tertelan olehnya.

'Nanti kau terjebak di labirin tanpa batas.

'Bagai tikus dalam perangkap.

'Cobalah hitung kembali langkahmu.

'Satu.. dua.. tiga..

'Sampai dimana kau saat ini?

Tidak!

Jangan naik!

Berhenti!

Kring!! Kring!! Kring!!

Jam weker metalik di atas meja mendadak berdering dengan cukup keras. Waktu sudah menunjukkan pukul 04.30.

"Hah! Aku selamat!"

Reya terbangun dengan tubuh basah kuyup karena keringat dinginnya dengan napas yang tersengal-sengal. Jantungnya berdebar kencang di dadanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menatap seisi kamar kost-nya.

Dari jauh, sayup-sayup terdengar suara adzan subuh dari beberapa masjid dan mushola di dekat kost-nya.

"Syukurlah. Terima kasih, Tuhan. Kau selamatkan aku dengan panggilanMu." Reya akhirnya bisa bernapas lega sambil berusaha menenangkan dirinya.

Setelah itu ia bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke mejanya. Setelah mengambil gelas berisi air minum, Reya lalu duduk di kursi dan menenggak habis isi gelasnya. Kemudian dia meletakkan kembali gelas yang telah kosong tersebut ke atas meja.

"Tak kusangka akan melihat kembali pintu itu dan nyanyian tersebut. Apa yang sebenarnya memicu 'itu' datang kembali? Bukankah dulu sudah dibakar oleh ayah?" Reya termangu saat memikirkan kembali mimpi tersebut.