1 Prolog

"Ali...iii...bangun, sudah jam berapa ini? Teler aja terus tiap malam..sampai kuliah terbengkalai."

Begitulah, hampir setiap pagi terjadi kegaduhan. Seorang wanita yang terlihat masih sangat cantik diusianya yang sudah tidak lagi muda, dengan gaun cantik ala sosialita sedang membangunkan putra kesayangannya yang lagi-lagi harus kesiangan karena semalam pulang malam dalam keadaan mabuk.

"Erghhh....bentar lagi ma...masih ngantuk."

Ali semakin menenggelamkan wajahnya ke bantal mencari kenyamanan untuk kembali memejamkan mata. Tak memperdulikan lagi mamanya yang telah berdiri disamping ranjang dengan wajah menahan amarah.

"Mau jadi apa kamu Ali? Kuliah gak kelar-kelar, kerjaan cubing, pulang-pulang teler."

Ali sedikit mengangkat wajahnya untuk menatap sang mama.

"Ma...mending mama berangkat deh, temen-temen mama nungguin tu, ntar gak kebagian lelang berlian lagi lo."

Ali menenggelamkan wajahnya lagi dibantal namun sepersekian menit ia kembali menatap wajah mamanya yang nampak geram dengan tingkahnya.

"Dan satu lagi...sejak kapan mama mulai peduli dengan hidup aku? Bukannya teman-teman mama lebih butuh mama dari pada anak-anak mama sendiri?"

"Ali.....kamu...????

"Ck.....berisik.."

Ucapan mamanya terpotong saat Ali bangkit dari tidurnya menuju kamar mandi dengan membanting pintu kamar mandi dengan keras.

_______________________________________

"Abi...Bela berangkat kuliah dulu ya bi, doain Bela hari ini lancar ya bi?"

Seorang wanita cantik telah siap dengan menyandang tas dan buku yang ia dekap di dadanya. Penampilannya yang begitu tertutup membuatnya nampak seperti mutiara indah yang berada didalam cangkang kerang. Kerudung berwarna baby pink panjang terjulur indah menutupi dadanya. Tak ada make up yang menghiasi wajahnya. Keindahan natural terpancar cantik dari aura wajahnya.

"Iya neng, doa abi selalu mengiringi anak-anak abi."

Bela mengulurkan tangannya untuk mencium tangan abinya memohon restu yang akan melancarkan setiap langkahnya.

"Tadi udah Bela siapin kopi dan pisang gorengnya bi, dimakan ya?"

Abinya tersenyum, mengusap lembut kepala sang putri.

"Nanti abi makan,biar dingin dulu. Neng udah pamit umi belum?"

Bela tersenyum lalu mengangguk.

"Udah bi, Bela berangkat dulu ya. Assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Lambaian tangan sang ayah mengiringi langkah putrinya. Mata senjanya menatap punggung putrinya hingga menghilang dari jangkauannya.

"Putri kecilku telah tumbuh dewasa, putri yang kujaga segenap jiwa raga. Ya Allah jaga dan lindungi dirinya. Berikan keistiqomahan dan ketawadhuan dalam hatinya. Bantu hamba menjaganya hingga datang seorang pria sholeh yang akan menggantikanku menjaganya yang akan membawanya menuju ridhomu. Amin."

avataravatar
Next chapter