webnovel

Desa Kun Zang

Desa 'Kun Zang' yang berada di Wilayah Tengah, Benua Putih, hiduplah satu keluarga sederhana yang kesehariannya bertani dan berburu. Zang Yun dan Lung Nie sepasang suami istri yang sudah 2 tahun menikah namun belum dikaruniai keturunan, namun hal ini tidak membuat keduanya putus asa dan tetap menjalani kehidupan mereka dengan rukun dan senantiasa berusaha dan berharap mendapat berkah demi kesinambungan keturunan keluarga mereka. Keluarga Zang adalah penduduk asli yang mendirikan Desa Kun Zang, sedangan Keluarga Lung adalah keluarga pedagang yang datang dari Benua lain kemudian akhirnya menetap karena merasa cocok dan nyaman tinggal di Desa Kun Zang.

"Suamiku! persediaan bahan makanan kita tinggal untuk seminggu lagi, dan panen padi kita masih sebulan lagi? apakah tidak ada rencanamu untuk pergi berburu?" kata Lung Nie kepada suaminya.

"Bersabarlah istriku, aku sudah berencana akan berburu dengan saudara-saudaraku di 'Hutan Kabut', dan kami sepakat untuk berangkat besok pagi! untuk itu aku mohon maaf tidak bisa menemanimu kesawah karena harus menyiapkan peralatan berburuku?" kata Zang Yun kepada sang istri.

"Hmm..., baiklah! aku bisa sendiri, kamu tidak perlu khawatir dan sebelum sore aku akan segera kembali untuk menyiapkan bekal perjalananmu besok! berapa lama rencana kalian akan berburu? tanya sang istri kepada Zang Yun.

"Seperti biasa sayang? selama seminggu kami pergi! itu karena untuk menuju lokasi berburu membutuhkan waktu sehari penuh demikian juga perjalanan pulangnya, jadi kami hanya punya waktu berburu selama 5 hari...!" kata Zang Yun menjelaskan.

Hutan Kabut berada disebelah selatan Wilayah Tengah Benua Putih yang juga menjadi daerah perbatasan dengan Wilayah Selatan, perjalanan menuju Hutan Kabut dapat ditempuh selama 2 hari perjalanan dengan berjalan kaki dan sehari dengan berkuda. Kehidupan penduduk Desa Kun Zang cukup makmur dan terkenal dengan pusat peternakan kuda liar, karena setiap keluarga mempunyai peternakan kuda liar yang sudah dijinakkan hasil tangkapan dari Hutan Kabut. Hasil tangkapan lainnya, oleh para pemburu diDesa Kun Zang selain dijadikan daging untuk konsumsi penduduk Desa juga mereka jual kepasar di Kota-kota terdekat.

Setelah sibuk didapur membuat sarapan dan bekal makan siang Lung Nie berangkat menuju sawah yang sebulan lagi akan dipanen, sementara itu Zang Yun mempersiapkan peralatan berburunya terutama tali dan jaring untuk jebakan hewan buas dan tak lupa dia mengasah Belati dan Kapak berburunya serta menyiapkan Busur beserta anak panahnya. Matahari sudah mulai condong ke barat, Lung Nie baru saja kembali dari sawah untuk menjaga padi yang mulai menguning dari serbuan burung-burung pemakan benih.

Zang Yun duduk diberanda rumahnya sambil menikmati kopi panas buatan sang istri, sementara itu Lung Nie mulai dengan kesibukkannya didapur untuk membuat makan malam serta bekal yang akan dibawa sang suami besok hari dalam perburuannya di Hutan Kabut, setelah selesai Lung Nie segera membersikan dirinya dan mendapati sang suami di beranda rumah.

"Bagaimana persiapannya?, apakah sudah beres semua?" tanya Lung Nie kepada sang suami yang sedang menikmati kopi panas.

"Sudah siap semuanya, aku bahkan sudah membuat tali jerat yang baru?, mudah-mudahan hasil tangkapan kali ini bisa lebih baik dari sebelum-sebelumnya!" kata Zang Yun.

"Iya..., aku juga berharap demikian!, habiskan kopimu dan segera pergi membersihkan diri..., sebentar lagi malam dan sebaiknya beristirahat lebih cepat biar kamu punya cukup tenaga untuk besok hari!, eennmm...?" kata sang istri manja.

"Oke tuan putri, dan malam ini aku mau mengambil jatahku selama seminggu!, bagaimana?, eennmm...?" kata sang suami balas menggoda.

"Hmm..., pergi sana!, jangan dekat-dekat denganku kalau masih bau keringat!" kata Lung Nie tegas.

Malam menjelang dengan cepat dan memenuhi niatnya Zang Yun mendapat jatah seminggu dalam ritual malam bagi pasangan suami istri, disisi lain Lung Nie dengan segenap hati melayani permintaan sang suami yang terlihat tidak ada lelahnya. Diusia mereka yang baru 25 dan 27 tahun yang adalah masa panas-panasnya bagi pasangan itu untuk melakukan aktvit ritual malam, sehingga tanpa mereka sadari hari telah melewati tengah malam dan akan menjelang subuh.

"Ahhh..., aahhh...," des4h4n panjang Lung Nie disubuh hari itu mengakhiri ritual mereka.

"Enmm..., cuupphh!, aahhh..., terima kasih istriku!, kamu memang yang terbaik!" kata Zang Yun sambil memberikan kecupan mesra dikening sang istri yang masih memeluknya erat dengan nafas yang memburu.

"Mmm..., chuupphh!, aahhh..., istirahatlah sejenak, kamu akan melalui perjalanan jauh!, aku akan segera menyiapkan sarapan untuk kita dan mengatur bekal yang akan kamu bawa, eennmm...?" kata sang istri mesra sambil mengecup kembali sang suami tercinta.

"Baiklah...!, bangunkan aku bila sudah siap!" kata Zang Yun kemudian beristirahat dan sementara itu Lung Nie mengenakan kembali pakaiannya yang berserakan diatas lantai kamar dan beranjak dari tempat tidur untuk menuju dapur.

Matahari mulai bersinar dipagi hari itu ketika Lung Nie selesai dengan aktivitasnya didapur, segera dia membersihkan diri kemudian kembali kedalam kamar dan mendapati sang suami yang terlihat lelap dalam tidurnya.

"Suamiku...! bangunlah, lihat?, matahari sedang menertawaimu, segera pergi bersihkan dirimu setelah itu kita akan sarapan bersama, aku sudah menyiapkan semuanya diatas meja makan!" kata sang istri membangunkan sang suami.

"Hemm..., hhooaamm..., baiklah!, terimakasih sudah membangunkanku sayang!" kata Zang Yun kemudian beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi yang berada dibagian belakang rumah mereka.

Setelah selesai sarapan, Zang Yun menyiapkan kuda tunggangannya dan semua peralatan berburu sedangkan sang istri Lung Nie mengatur perbekalan yang akan dibawa sang suami selama perburuan. Kemudian keduanya menuju beranda rumah untuk menunggu kedatangan saudara-saudara sepupu Zang Yun yang akan menyertainya dalam perburuan kali ini, kemudian beberapa saat terdengar derap langkah kaki kuda yang berpacu dijalan lintas desa mendekati rumah kediaman mereka.

"Apa kabar saudara Yun...!" kata suara sosok pria dari arah jalan.

"Ehh..., saudara Cian...! mampir dulu sambil menunggu yang lain, istriku sudah menyiapkan teh hangat untuk kalian!" kata Zang Yun.

"Baiklah...!" kata Zang Cian sambil menambat tali kekang kuda tunggangannya kesebuah pohon kayu yang sebesar paha orang dewasa didepan rumah Zang Yun.

Beberapa menit kemudian beriringan 2 sosok penunggang kuda lainnya berdatangan, 2 orang pria dewasa berotot dan berbadan tegap ciri khas seorang pemburu turun dari atas kuda tunggangan mereka dan menuju beranda rumah kediaman Zang Yun dan Lung Nie.

"Bagaimana persiapanmu saudara Yun...!" tanya Zang Ran sambil menarik sebuah kursi untuk duduk bersandar didinding rumah.

"Sudah beres...! saya sudah menyiapkan tali jerat yang baru, dan tali yang lama sudah kujadikan jaring sebagai tambahan jaring yang lama?" kata Zang Yun.

"Wah...! kebetulan saudara Yun sudah menambah panjang jaring kita?, karena tujuan utama perburuan kali ini adalah menangkap kuda liar terutama yang berbulu putih! sebab itu adalah pesanan dari saudagar kaya di Kota Xhin Yan...!" kata Zang Fei..

"Ya..., semoga saja keberuntungan berpihak kepada kita! hehehe..., ayo segera habiskan teh hangat kalian...! karena matahari semakin naik tinggi!" kata Zang Yun

"Wah...! kalian sudah siap berangkat rupanya...?" kata Lung Nie yang keluar dari dalam rumah sambil membawa bungkusan bekal makanan untuk sang suami.

"Iya istriku...! nanti kamu hati-hati dirumah, nanti saat malam hari?, istri saudara Zang Cian akan kesini menemanimu, karena dia juga sendirian dirumah mereka...!" kata Zang Yun.

"Ahh... baguslah...! berhati-hatilah kalian dihutan sana...! dan kembalilah dengan selamat...!" kata Lung Nie kepada 4 sosok pria pemburu itu.

Dengan memacu kuda tunggangan mereka, keempat pemburu itu melesat dengan cepat meninggalkan Desa Kun Zang menuju kearah bagian selatan dimana Hutan Kabut berada. Untuk bekal makanan sudah disiapkan oleh masing-masing istri berupa roti kering dan tak lupa beras yang akan mereka masak sendiri ketika berada didalam kawasan hutan perburuan, tak lupa juga arak wangi buatan keluarga Zang Ran yang terkenal didesa itu. Seluruh perlengkapan diletakkan dalam karung dan diikat menggantung dikedua sisi punggung bagian belakang kuda, sementara Busur serta anak panah, Kapak, Belati dan Pedang berburu tergantung dipunggung dan pinggang masing masing pemburu itu dan tak lupa botol keramik berisi arak wangi yang menggantung disisi lain pinggang mereka.

"Kami berangkat dulu istriku...? doakan kami mendapat hasil dan selamat selama berburu!" kata Zang Yun kepada sang istri.

"Baiklah suamiku...! berhati-hatilah diperjalanan dan selama di hutan sana!, semoga mendapat hasil yang banyak...!" kata Lung Nie melepas kepergian sang suami bersama anggota kelompok berburunya.

Next chapter