webnovel

PILIHAN HATI

Pernikahan orang tua nami yang kacau membuat nami tumbuh menjadi gadis yang kurang percaya diri dan pemalu, dan semakin berat setelah kematian ayahnya akibat kecelakaan mobil, yang tidak diketahui pelaku kecelakaan itu, ibu nami yang panik dan tak ingin perusahaan milik suaminya di ambil alih orang luar yang tidak bisa dia kuasai membuatnya mencarikan calon suami untuk nami. laki-laki yang bisa memimpin perusahaan, dan bisa dia kuasai walaupun tak mencintai anaknya dan tak di cintai anaknya, demikianlah nami menjalani pernikahan yang di paksakan. pilihan hati.. judul cerita kita kali ini

Linda_Mamuaja · Teen
Not enough ratings
16 Chs

Cerita 10

Sepanjang jalan saat mereka pulang nami hanya diam saja, padahal banyak hal yang ingin dia tanyakan pada dewa, tapi dia takut dewa marah karena mengganggu konsentrasinya saat mengemudi, sedangkan dewa dia juga tak banyak bicara, sebenarnya dewa diam itu bukan karena marah atau terlalu konsentrasi seperti yang dipikirkan nami, tapi karena dia terlalu senangnya dan rasanya dia ingin bernyanyi bahagia, tapi dia takut hal itu akan menakuti nami, maka jadilah mereka sepanjang jalan hanya diam saja, begitu pula halnya saat mereka tiba dirumah mereka,

"aku akan kekamarku.." kata nami malu-malu dan agak takut, dewa yang biasanya tegas dan penuh percaya diri, tapi saat nami berkata seperti itu dia hanya bisa mengiyakan dengan menganggukan kepalanya, ternyata dia juga agak malu dan gengsi untuk meminta nami tidur bersamanya, "tenanglah wha yang pokok nami sudah pulang, akan ada banyak waktu buat itu" kata dewa menghibur dirinya.

"nami sebentar.." nami yang dalam diam sedang berjalan menuju kekamarnya berhenti dan berbalik, dia menatap dewa malu-malu, dewa menarik nafasnya dalam agar dia bisa konsentrasi mengatakan maksudnya.

"jangan lupa besok kamu akan mulai magang, jadi kuharap kau jangan tidur terlalu malam.." suara dewa terdengar tenang, padahal dalam hatinya bergolak dia terlalu merindukan istrinya. Tangannya terkepal keras, gengsinya terlalu tinggi.

"oh.. iya.." kata nami pelan dan langsung berbalik menuju kamarnya, tadi itu dia terlalu berharap dewa akan mengajaknya tidur bersama tapi ternyata itu hanya harapannya, mungkin dewa masih marah padanya pikir nami muram, maka dengan langkah berat dia menuju kekamarnya.

 

Besok paginya, cuaca begitu cerah dan langit seakan tak berawan.. tapi sungguh berbeda dengan suasana didalam rumah dewa dan nami, disana terasa sangat panas, ada hasrat yang tidak tersalur membuat emosi dan kemarahan akan segera meledak walaupun pemicunya hanya sesuatu yang kecil.

"bibi inah kemana? biasanya setiap pagi dia telah menyiapkan sarapan.." tanya nami agak takut pada dewa saat mereka berpapasan didapur.

"kenapa? Kau tak ingin membuatkan aku sarapan? Bibi inah sekarang datang kesini hanya disaat aku tak berada dirumah. tugasnya telah berubah dia bekerja hanya untuk membersihkan rumah saja.. untuk sarapanku biasanya sekretarisku yang menyiapkannya.. kalau kau tak bisa memasak aku akan menelpon sekretarisku.." kata dewa dengan cueknya, dia tak ingin menatap nami yang pagi itu terlihat begitu seksi dengan rambut yang sedikit acak dan tanpa menggunakan bh.

"aku akan memasak.. tapi kasihan bi inah.."

"apanya yang kasihan, gajinya tetap sama sedangkan kerjanya berkurang.. kalau kamu nggak tinggal dirumah aku tak ingin ada orang lain dirumah bersamaku.." kata dewa dan segera meninggalkan nami sendirian di dapur, menghindarinya untuk lari pagi, kebiasaan dewa setiap pagi.

Akhirnya dengan kemampuan memasak nami yang pas-pasan dia tetap membuatkan sarapan juga buat suami tercintanya, dan berharap dewa akan menyukai masakannya.

"kau akan kekantor bersamaku.." kata dewa saat mereka sedang sarapan, nami yang sedikit senang karena dewa tidak menghina masakannya, jadi kaget

"tapi kemarin kau berjanji akan membiarkan aku menjadi diri sendiri dikantor.." protes nami tapi dengan suara agak takut

" aku hanya ingin mengantarmu kekantor.. apa salahnya itu?!.." tanya dewa sedikit kesal.

"tapi kalau kau yang mengantarku, itu sama saja mengakui hubungan kita.." kata nami masih protes, dewa ingin marah tapi dia ingat permintaan bibinya untuk tidak cepat marah, akhirnya dengan menarik nafas dalam dewa berusaha tenang.

"kalau bukan aku yang mengantarmu trus bagaimana kamu akan kekantor?" tanya dewa suaranya telah berubah kwatir.

"aku bisa naik taksi atau bus.."

"tapi kau tak kenal dengan sopirnya.. atau bagaimana kalau aku menyuruh orang kantor datang menjemputmu.." tanya dewa lagi dia masih kwatir.

"nggak usah dijemput.. aku bisa sendiri kok.. selama ini aku kemana-mana selalu sendiri, masa kekantor aja aku tak bisa.. aku bukan anak manja.." nami menatap dewa merasa aneh, kenapa dewa sekarang jadi seperti ini pikir nami.

"ya sudah terserah.." melihat tatapan nami yang seperti itu dewa jadi agak malu, tapi dia berpura-pura tak peduli.

 

Nami memang tidak kekantor bersama dewa, tapi dewa menunggunya dilobi kantor, dan membuat hampir semua pegawai merasa aneh dengan tingkah pak dewa hari itu.

saat nami bertemu manager HRD juga memang dewa tak mendampinginya tapi manager HRD tahu kalau nami bekerja atas rekomendasi pak dewa, juga tidak memasukkan surat lamaran, ijasah dan sebagainya, nami langsung bisa bekerja tanpa itu semua. jadi walaupun dewa tak menceritakan identitas nami sebagai istrinya, tapi manager HRD telah curiga kalau nami punya hubungan istimewa dengan pak dewa.

Saat nami mulai bekerja juga pak dewa tampak aneh, dia jadi sering bolak-balik didepan bagian keuangan tempat nami bekerja, kalau normalnya pak dewa tak mungkin melakukan hal konyol seperti itu, dia seperti mengawasi aktifitas nami. Tapi biarpun pak dewa mengawasi nami seperti itu, tetapi tetap ada juga cowok rekan kerja nami yang penasaran dan berusaha berkenalan dengan nami, mereka tertarik karena nami begitu cantik, seksi dan terlihat sangat lugu dan polos.

"haaii.. kenalkan namaku josep.. kita satu departemen, jadi kalau kau perlu bantuan jangan sungkan-sungkan bertanya.." kata salah satu rekan kerja nami yang berusaha berkenalan dengannya.

"oh terima kasih sebelumnya.. kalau aku..namaku putri.." kata nami bersalaman, dikantor nami tidak menggunakan nama depannya takut ketahuan. nami juga berkenalan dengan rekan-rekan kerjanya yang lain.

"putri maaf ya.. bukan kepo hanya ingin tahu aja, supaya tidak salah bertindak.. apa hubunganmu dengan pak dewa? Apa kalian pacaran atau cuma saudara jauh? " tanya josep penasaran, beberapa rekan kerja mereka yang lainnya juga langsung melihat ke nami sama penasarannya dengan josep.

"oh nggak.. hubungan kami hanya hubungan kerja, jadi aku kenal pak dewa karena pekerjaan..dia kenalan paman dan bibiku" kata nami berbohong, dan semua orang manggut-manggut tanda mengerti. Perkataan nami itu cukup melegakan bagi para cowok yang telah jatuh cinta pada nami karena setidaknya mereka masih punya peluang untuk mendekatinya, walaupun saingan mereka adalah pak dewa. Perkataan nami itu juga membuat semua orang jadi tahu kalau pak dewa menyukai nami sepihak sedangkan nami belum tentu menyukainya.

[sebentar malam temani aku makan malam bersama klien] bunyi pesan dewa pada nami, tadinya dewa sempat menelpon nami, tapi di reject oleh nami dan membalasnya dengan mengirim pesan, jadilah mereka berkomunikasi lewat pesan.

[maaf wha..aku nggak bisa.. aku makan dirumah aja] balas nami

[ayolah nami, aku suamimu temani aku please] balas dewa

[kalau aku menemanimu makan malam, orang-orang pasti akan bergosip soal kita] kata nami dan ada emot minta maaf dan sedih, dewa jadi kesal tapi dia teringat lagi pesan bibinya untuk bersabar pada istri.

[ya sudah terserah..] balas dewa dengan kalimat andalannya sekarang.

[tunggu aku dirumah, jangan dulu tidur sebelum aku pulang, ingat itu] kata dewa lagi dan nami membalasnya dengan emot jempol dan emot cium, dewa masih kesal tapi dia sedikit tersenyum melihat emot itu.