webnovel

Bab 1

Pintu didorong dari arah luar secara perlahan, seorang pria manis dengan ransel disangkutkan tangan kiri, muncul.

Jantung Hanum makin tidak karuan. Tangan-tangannya berkeringat walau udara di ruangan berukuran 5×5 meter itu dingin.

Ini adalah pertemuan pertama klub Photorazzy, klub fotografi kampus.

Bukan klub ini tujuan Hanum, melainkan pria tinggi berkulit putih yang baru saja masuk.

"Sorry sorry, gue terlambat," ucapnya buru-buru kemudian ikut duduk bersama orang lainnya.

Senyum langsung merekah di bibir Hanum meski kakinya tidak berhenti gemetar.

"Anggota baru?" Pria bernama Niko yang menjadi idola Hanum bertanya. Seorang gadis berponi mengangguk.

Hanum hampir pingsan ketika pria itu tersenyum padanya. Hanya kepadanya.

Ada enam orang dalam klub itu, Niko sang ketua klub, mahasiswa Bahasa Inggris angkatan 2017 dan idola Hanum setelah Niko secara tidak sengaja membantu gadis itu memungut bukunya yang terjatuh di perpustakaan. So classic, tapi berkat itu Hanum tidak bisa tidur 2 hari 3 malam karena memikirkan pria yang dilihatnya di perpustakaan.

Anggota kedua bernama Maura, sang gadis berponi, Kimia angkatan 2018, menolak untuk memanggil Niko dan anggota yang lebih senior dengan embel-embel kata "Kak". Baginya semua anggota klub itu sama.

Anggota ketiga bernama Lana, laki-laki, Farmasi angkatan 2017.

Anggota keempat Eliya, Ekonomi Pembangunan angkatan 2018 dan merupakan kekasih dari Lana. Bagi anggota lain, Lana dan Eliya bergabung dengan Klub hanya agar bisa sering bertemu.

Anggota kelima bernama Ibes, mahasiswa Manajemen angkatan 2017, berambut sebahu dan berpenampilan apa adanya.

Dan keenam serta paling baru, Hanum, mahasiswa Ilmu Administrasi angkatan tahun 2018.

"Jadi, untuk satu tahun ke depan apa yang akan kita lakukan?" Nino bertanya sambil mencoret-coret kertas. Mereka semua diam. Maura memberi tatapan data sambil menopang dagu.

"Samain sama tahun kemarin aja lah, Ko," Lana berbicara.

Maura ambil suara. "Supaya lo sama Eliya bisa berduaan tanpa banyak kerjaan?" Tangkapnya.

Lana mengusap kepalanya dan saat itu Niko kembali tersenyum. Hanum rela menghabiskan banyak waktu bersama mereka hanya agar bisa melibat senyum Niko lebih lama.

Mata Hanum seperti dipenuhi kupu-kupu, di waktu yang bersamaan Ibes, teman dekat Niko menangkap ekspresi aneh yang ditunjukkan oleh Hanum. Seketika gadis itu terdiam, pura-pura tidak terjadi apa-apa. Tapi radar Ibes tidak bisa dibohongi. Pria itu hanya menggeleng dengan perasaan aneh.

"Bagaimana kalau kita buat acara Makrab aja, mumpung ada anggota baru di klub kita," usul Eliya.

Maura memandang remeh pada gadis itu, membuat Eliya yang awalnya bersemangat jadi tampak muram, untung ada Lana yang segera menghiburnya.

"Nggak ada duitnya," sahut Maura.

Niko kembali tertawa. Hanum benar-benar dibuat puas dengan banyak melihat idolanya itu tersenyum. Dan sekali lagi, dia tertangkap rada Ibes.

"Untuk Makrab-nya kita keep dulu aja, soalnya dana kegiatan kita juga terbatas." Niko menimpali.

Kini Hanum tahu kenapa Photorazzy mengangkat Niko sebagai ketua, selain tampan ternyata Niko juga luar biasa bijak.

"Kalau mau ada Makrab paling pakai uang pribadi." Ibes ikut menimpali.

Lana menoleh ke arah si anggota baru Hanum, yang sedari tadi hanya banyak terpanah dan mengangguk-angguk. "Hanum ada usulan?" tanyanya.

Hanum segera terdiam. Ini adalah pertama kali dia bergabung di sebuah kegiatan kampus. Salahnya lagi, Niko ikut memandang gadis itu.

"Belum ada, nanti kalau ada bakal aku usulin, Kak," ujar Hanum masih bersikap malu-malu.

"Nggak usah terlalu formal di sini," Maura bicara. Padahal Hanum sangat ingin menjaga image di hadapan Niko. Sebisa mungkin gadis itu mendengus pelan tanpa perlu didengar orang lain. Tapi lagi dan lagi, tertangkap oleh Ibes. Hanum curiga jangan-jangan tanpa dia tahu ternyata Ibes punya dendam pribadi pada gadis itu.

Niko menganggukkan kepala. "Ok, kalau ada usul jangan sungkan buat kasih tahu aku."

Hanum langsung memandang Niko dengan senyumnya yang membuat Hanum ingin membungkus Niko dan membawa pulang laki-laki itu. Sekarang Niko jadi pakai aku-kamu hanya karena Hanum bicara sopan sebelumnya. Kalau kata Hanum soal itu tidak apa-apa, siapa tahu nantinya bakal keterusan.

***

Rapat baru saja selesai, kini saatnya Hanum mulai melancarkan aksi untuk lebih dekat dengan para anggota klub. Dia berencana untuk berada di klub dalam lama, syukur-syukur kalau dia bisa menjadi pasangan kedua setelah Lana dan Eliya.

Sementara idolanya sibuk menulis di whiteboard mengenai rencana kegiatan satu tahun ke depan, Hanum memilih berbincang dengan anggota perempuan yang lain.

"Kenapa namanya Photorazzy?" Tanya Hanum. Tinggal dia, Eliya dan Maura di meja. Posisi Maura masih sama, menopang dagu menggunakan tangan, tampaknya kepala gadis itu terlalu berat.

"Dari kata paparazi, jadi kita kayak paparazi gitu ambilin foto orang-orang sama objek yang bisa di foto," jelas Eliya.

Setelah melihat ke arah Eliya, Hanum bergantian melirik ke arah Maura. Gadis itu hanya mengangguk. Sebenarnya apa guna gadis itu di klub sih? Tanya Hanum pada dirinya sendiri memandang Maura yang tampaknya tidur tidak mau, sadar pun segan.

"Hanum!" Niko memanggil. Dan Hanum hampir melonjak hanya karena dipanggil Niko. Sekali lagi, di belakang Niko berdiri, Ibes hanya menatap dengan tatapan aneh dan menggeleng. Mungkin dengan dengusan panjang sebelum pria itu membelakangi Hanum.

"Besok bawa foto ya," perintah Niko.

"Buat apa Kak?" tanya Hanum.

Maura mendengus keras dan duduk tegak. "Sopan amat anak baru," singgungnya.

Kalau Niko tidak tertawa karenanya, mungkin Hanum sudah menendang Maura jauh-jauh dari hadapannya.

"Panggil aja Niko, di sini nggak ada yang panggil Kak."

Mata Hanum semakin berbinar. Hitung-hitung bisa buat latihan kalau pacaran lagi. Kali ini suara dengusan Ibes makin terdengar keras. Rasanya Hanum ingin mengunci Ibes dan Maura di suatu tempat hingga satu tahun ke depan agar dua manusia itu tidak terus mengganggu momen dia dan Niko.

"Buat foto anggota, nanti kita pasang di MADING," Niko menunjuk papan yang sedari tadi dia dan Ibes urus. Ada foto tampan Niko juga di sana. Saat pertama melihat tadi, Hanum sudah berencana untuk mengambil foto Niko, tapi dia berubah pikiran. Dia ingin memiliki Niko bukan fotonya. "Sama buat kartu keanggotaan."

Niko makin tersenyum lebar melihat Hanum mengangguk. Rasanya seperti dunia milik mereka berdua dan anggora yang lain hanya figuran.

Maura dan Ibes pun mendengus keras secara kompak hingga merusak momen keduanya.

"Kenapa tertarik gabung sama Photorazzy?" tanya Maura.

Hanum mendadak bisu. Dia sendiri tidak terlalu mengerti fotografi, hanya tahu soal selfi tapi dia ingat memiliki sebuah kamera poket. Kamera yang dia beli dari hasil menabung secara berbulan-bulan hanya untuk dibawa pergi berlibur ke Bandung liburan semester kemarin.

Eliya ikut memandang Hanum. Dia harus segera membuat alasan yang cukup bagus selain ada Niko di klub.

"Aku lihat sekarang fotografi sedang trend," ujar Hanum dengan mengembangkan senyum yang begitu palsu. Jangan sampai niat utamanya untuk bergabung ke klub di ketahui oleh mereka jika dia tidak mau dilempar keluar oleh para anggota klub.

Eliya mengangguk setuju kemudian sibuk lagi dengan sebuah jurnal yang rencananya jadi bagian inventaris klub. Ada banyak foto hasil memotret mereka. Kebanyakan dari gambar itu tidak dimengerti oleh Hanum. Semua indah, tapi tidak tahu nilai pentingnya.

Maura kembali menopang dagunya. Setahu Hanum, klub fotografi ini baru terbentuk selama satu tahun dan belum banyak peminatnya. Dia sendiri tidak tahu kenapa peminatnya masih sedikit, apa karena klub di kampus terlalu banyak atau memang tidak ada mahasiswa yang tertarik bergabung.

Hanum kembali curi pandang pada Niko. Pria itu masih sibuk dengan MADING di depannya. Hanum membayangkan jika fotonya nanti akan bersanding di samping foto Niko, terlihat sempurna pikirnya. Hingga tubuh Ibes sedikit bergeser ke kanan dan menunjukkan sebuah ruang kecil di MADING bertuliskan nama Hanum. Dia benar-benar membenci pria itu.

Tidak lama, Lana datang sambil membawa beberapa botol minum untuk mereka, dan juga camilan. Ternyata bergabung di klub kampus tidak seburuk yang Hanum duga, setidaknya mereka semua ramah, terutama Niko.