1 Part 1

"Huftt... Pusing nih mau pakai apa buat pensi nanti". Gadis blasters berparas cantik yang duduk di kantin sekolah bersama dengan sahabat-sahabat nya, yakni Fiona Agatha Helena. Mereka di pusingkan dengan acara pensi akhir tahun sekaligus pensi kelulusan mereka.

"Hmmm, iya nih gue juga bingung, malah tema nya enggak banget lagi, kekanak-kanakan banget hhuuftt". Sambung Anna si cewek imut, kulit putih, yang selalu memakai bando.

"Kalo gue apalagi, mending gue di suruh pakai kain sarung saja sekalian dari pada di suruh pakai kostum anime Jepang, iucchht siapa sih pencetus ide tema nya, ngeselin banget sih". Sambar si cewek ehh ni cewek apa cowok ya? Ha ha ha. Dia Raya, cewek tomboy ini lebih suka di panggil Ray, katanya sih biar lebih keren.

"Hmmm, entahlah. Dari pada kita ngedumel enggak jelas kaya gini, mending nanti akhir pekan, kita cari referensi mana tahu kita ketemu solusinya". Usul Fiona pada temannya.

"Ya sudah, eh tapi gue gak mau yang aneh-aneh ya nanti". Sambung Anna.

"Iya, iya. Miss Perfectionist". Jawab si Ray sambil menarik bando yang ada di kepala Anna.

"Ihh, elo rese banget ya! Kan jadi kusut rambut gue". Anna merasa jengkel dan cepat-cepat merapihkan rambutnya.

"Biarin sok kecakepan banget sih loe, so imut". Ucap Raya.

"Sudah deh, kalian gak usah pada bising. Lihat tuh mereka pada ngeliatin kita, malu tau!". Fiona mencoba menghentikan kedua sahabatnya itu sembari melirik ke sekitar kantin yang sudah banyak pasang mata melihat ke arah mereka.

Raya dan Anna tersenyum kikuk karena menjadi pusat perhatian siswa lainnya.

"Kita masuk ke kelas aja yuk, gue sudah jenuh di sini". Ajak Raya.

"Ya sudah yuk, gue juga malu di liatin mereka gara-gara kalian". Ujar Fiona.

"Gara-gara si Ray tuh". Cibir si Anna.

"Eh enak saja gara-gara gue". Balas Raya.

"Iyalah gara-gara elo kita jadi di liatin sama mereka".

Raya ingin membalas Anna namun di hentikan oleh Fiona.

"Sudah dong. Kalian ini ya, setiap hari gak ada habisnya ya. Gue tinggal nih". Fiona beranjak meninggalkan kedua sahabatnya.

Fiona berjalan menuju ke kelas 12 IPA 1, dia berjalan menyusuri koridor sekolah yang di ikuti kedua sahabatnya dari belakang. Fiona cukup populer di sekolah karena dia satu-satunya siswi yang berketurunan blasteran Jerman, dia memiliki wajah cantik putih dan mulus, tinggi semampai bak model internasional, belum lagi hidungnya yang mancung serta matanya yang berwarna olive green menunjukkan dengan jelas bahwa dia adalah gadis indo.

Tak sedikit para murid cowok ingin mendekati nya. Dan tak sedikit pula para murid cewek cemburu padanya. Walaupun begitu Fiona tidak pernah menghiraukan itu. Fiona tak pernah perduli dengan omongan-omongan orang lain yang mengatakan dia sombong dan merasa sok cantik.

Semua mata tertuju pada Fiona, setiap kali dia menyusuri koridor melewati siswa lainnya dan tak jarang mereka menegur sapa dirinya, namun Fiona selalu acuh pada mereka bahkan tak pernah melirik sekali pun.

"Fiona..." terdengar suara teriakan seorang siswa cowok memanggil Fiona. Fiona pun menoleh ke pusat suara, yakni membalik badannya. Ia melihat sosok tampan, berkulit kuning langsat serta berbadan tegap tinggi yang memanggilnya itu, ia siswa cowok bernama Diky, ia adalah ketua panitia pentas seni akhir sekolah mereka.

"Ada apa?". Tanyanya dengan ketus.

"Emm... Gini Fi, nanti pas pensi kan kita bakal ada acara drama dongeng Putri salju, karena pemeran itu pas banget di kamu. Gimana? Kamu bersedia enggak". Ucap Diky.

"Gue gak mau. Loe cari saja yang lain". Tolaknya mentah-mentah.

"Tapi Fi, please tolong kami, kapan lagi kan untuk acara di sekolah kita dan terakhir kali kita di sekolah ini". Ujar Diky.

"Kalo gue bilang gak mau. Ya enggak mau, jangan paksa-paksa gue, kalau nggak ada lagi yang di bicarain. Gue cabut ke kelas". Fiona pergi meninggalkan Diky tanpa menunggu tanggapan Diky.

Sedangkan Diky terdiam menatap kepergian Fiona sembari menghela nafasnya. "Huuh..."

"Fiona, ko loe jutek banget sih sama Diky?, terus main langsung nolak lagi penawaran nya". Anna kepo setibanya mereka berada dalam kelas dan duduk berpepetan di bangkunya Fiona, tak ketinggalan Raya juga.

"Ishhh... Kalian apaan sih, pakai pepet-pepetan gini duduknya". Fiona mendorong pelan tubuh kedua sahabatnya itu, dan Raya pun mengalah ia segera duduk di bangku depan dan membalik badannya.

"Elo ya... Semua cewek-cewek yang ada di sekolah pada berebut karena peran itu, ini loe yang lansung di tawarin malah langsung di tolak". Ujar Raya emosi.

"Iya betul tuh, gue saja kalo ada audisinya bakal mau ikut". Sambar Anna.

"Ya sudah, loe saja sonoh yang meranin tuh peran, kalo gue sih ogah". Uucap Fiona yang semakin kesal dengan kedua sahabatnya itu.

"Hmp... Loe, ya bener apa yang di bilang satu sekolah, loe itu sombong. Mentang-mentang loe cantik jadi loe bisa sok jual mahal gitu". Ucap Anna.

"Bodo amat, gue sama sekali enggak perduli, kalo loe mau sama peran itu, silahkan ambil sana". Fiona memutar bola matanya.

***

Fiona terdiam sendiri duduk di bangku taman sekolahnya. Seisi gedung sekolah sudah hampir kosong dengan para murid mengingat sudah jam pulang sekolah. Fiona masih melamun sembari melihat kakinya yang di ayun-ayun kan.

"Cukup, aku tak mau kejadian itu terulang lagi".

Dari jauh Diky yang baru keluar dari gedung aula sekolah tak sengaja melihat Fiona duduk sendirian di banagku taman.

"Itu kan Fiona, kenapa dia belum pulang jam segini?".

Diky berencana ingin menghampiri nya namun diurungkan nya kembali niatnya itu. Ia menghentikan langkah kaki nya di balik tiang yang tak jauh dari keberadaan Fiona, ia hanya bisa memperhatikan Fiona dari balik tiang tersebut hingga Fiona pun beranjak dari tempatnya.

Fiona berjalan menuju ke parkiran sekolah yang terparkir mobil sedan warna biru dan mobil sport berwarna abu. Fiona pun berlalu dengan mobil sedan birunya. Diky yang sejak tadi mengikuti nya dari belakang pun berlalu dengan sport abu nya.

***

"Aku enggak mau berteman lagi sama kamu, kamu sekarang sudah cacat. Kamu cacat. Heh... Anak cacat pergi sana jauh-jauh jangan main kesini. Dasar cacat ha ha ha".

"Enggaaaaaaaaaaaaaakkk..." Fiona berteriak ia tersentak dari tidurnya. Dia mendapatkan mimpi buruk tentang kehidupan nya di masa lalu. Keringatnya bercucuran di seluruh tubuhnya. Wajah ketakutan yang terlihat jelas. Bayang-bayang tersebut selalu terngiang di ingatannya.

"Ya Tuhannnnnn..." ia mengusap wajahnya sembari menghelakan nafasnya dengan relax.

Tringggg...

Terdengar suara nada dering menandakan notification pesan whatsapp masuk. Fiona meraba ponselnya dan melihat layar ponselnya.

Mami

"Fiona... Besok Mami akan balik ke Jakarta jam 3 siang, Mami minta sepulang sekolah kamu jangan kemana-mana lagi ya, soalnya ada yang mau Mami obrolkan pada kamu. Mami sayang sama kamu and I Miss You".

Fiona mencampakkan kembali ponselnya ketempat tidur tanpa membalas pesan dari sang Mami dengan kesal.

avataravatar
Next chapter