1 BAB 1 “Hancurnya Thresen ”

Kisah ini dimulai di sebuah Negeri kecil dan makmur, Negeri tersebut ialah Negeri Thresen. Perekonomian Negeri ini sangat maju. Hal tersebut, terlihat dari kualitas dari komoditi yang dijual oleh masyarakatnya. Tanah yang subur dan masyarakat yang makmur adalah anugrah tuhan.

Hiduplah seorang putri cantik, pandai, ramah dan ceria di Negeri tersebut, putri itu ialah putri Serena. Ia dikenal oleh masyarakat sebagai putri baik hati. Raja dan ratu sangat menyayangi sang putri. Raja selalu menuruti semua permintaan sang putri dan ratu selalu bersikap overprotektif kepada sang putri.

Raja dikenal masyarakat sebagai raja yang baik hati dan bijaksana. Sedangkan sang ratu dikenal sebagai ratu yang adil dan jujur. Berkat mereka masyarakat Negeri Thresen tidak mengalami kesusahan. Rakyat hidup makmur dan tentram. Perdagangan Negeri Thresen terkenal sampai ke punjuru dunia. Negeri Thresen terkenal dengan kualitas dagang yang tinggi. Komoditi yang mereka jual berupa sayuran, buah, ternak, daging, kayu, kerajinan dan kain dengan corak khas dari Negeri Thresen.

Saat itu, cuaca di Negeri Theren terlihat cerah, putri Serena berjalan-jalan di pasar tanpa sepengetahuan sang ratu. Ia berjalan menikmati suasana pasar bersama beberapa dayang istana. Tapi kemudian ada seorang nenek yang terjatuh di tengah jalan. Rupanya nenek tersebut jatuh karena tergelincir sebuah batu. Semua cabai dan sayur yang ia bawa jatuh ke tanah.

Putri Serena segera bergegas membantu nenek tersebut. Para dayang merasa khawatir "Tuan putri ijinkan saya saja yang membantu nenek ini. Nanti tangan tuan putri yang halus jadi kotor dan kasar" Ucap dayang satu dengan nada lirih.

"Tidak apa-apa, Tiprika" Sang putri tetap memungut sayuran dengan senang hati.

"Terima kasih cu, kamu sangat baik sekali. Kalau boleh nenek tau, cucu ini siapa?" nenek itu tersenyum bahagia karena ditolong oleh Serena.

"Sama-sama nek. Saya Serena, putri kerajaan Thresen" Serena memberi hormat kepada nenek tersebut.

Seketika nenek tersebut terkejut, "Oh!Ya ampun. Maafkan kelancangan nenek, nenek tidak tau jika anda adalah putri negeri ini. Mohon potong tangan nenek karena telah membuat tangan tuan putri kotor" Nenek itu segera bersujud meminta hukuman atas perbuatannya.

"Nenek, aku mohon berdirilah. Nenek tidak boleh begini, saya hanya ingin menolong nenek" Serena membantu nenek tersebut untuk berdiri. Ia tidak tega melihat nenek tua itu bersujud gemetaran.

"Oh tuhan, anda sangat baik sekali. Semoga panjang umur dan selalu mendapatkan kebahagiaan. Bagaimana nenek bisa membalas kebaikan tuan putri?" nenek itu menunduk berkali-kali karena merasa terhormat mendapat pertolongan dari seorang putri.

"Nek, anggap saja saya sebagai cucu nenek. Saya akan merasa senang dengan hal itu" Serena tersenyum manis sambil memeluk nenek tersebut.

"Suatu kehormatan bagi nenek tua ini untuk memanggil tuan putri dengan sebutan cucu. Bagaimana jika cucu ikut ke rumah nenek sebentar? Nenek akan memperkenalkan cucu nenek yang ada di rumah" nenek itu mencari cara untuk membalas kebaikan Serena.

Serena dan dayang yang mengikutinya bersama menuju ke rumah nenek tersebut. Rumah nenek itu terlihat sangat sederhana. Di Rumah yang kecil itu ternyata ada seorang anak laki-laki yang seumuran dengan sang putri dan ada juga anak kecil perempuan berumur empat tahun. Wajah mereka tampak mirip, rambut hitam lurus, mata coklat, dan telinga yang ukurannya kecil.

Anak laki-laki itu terkejut melihat neneknya pulang dengan cepat.

"cu, nenek tadi terpeleset batu. Jadi semua sayurannya rusak" nenek tersebut berjalan masuk ke rumah.

Mereka berdua berlari ke arah nenek tersebut dan bertanya mengenai keadaannya.

"Silakan masuk cu, maafkan jika rumah nenek kotor" Nenek mempersilahkan Serena masuk ke gubuk sederhananya.

Rumah yang sederhana, kira-kira ukuran 3X4 meter, beratap daun aren, berdinding bila bambu. Tak banyak furnitur, hanya dua meja dan dua kursih.

"Siapa itu nek?" cucu terkecil nenek tersebut bertanya penasaran.

"Dia putri negeri ini. Dia telah membantu nenek tadi saat jatuh, jadi nenek ingin berterima kasih kepadanya" Nenek menjelaskan kepada kedua cucunya.

Perempuan kecil itu terkejut dan kegirangan setelah mendengar penjelasan neneknya. Ia tidak menyangka bahwa ada seorang putri kerajaan bertamu kerumahnya.

"Cu, tolong tunggu sebentar disini. Cucu tertuaku akan mengambilkan beberapa sayuran di kebun untuk tuan putri. Itu adalah hadiah dari nenek" Nenek tersebut membungkuk kepada sang putri.

"Oh! Nenek memiliki kebun? Bolehkah aku melihat kebun nenek?" Serena tertarik untuk melihat kebun tradisional secara langsung.

"Tuan putri, jangan pergi kesana, nanti baju tuan putri akan kotor" Dayang satu berteriak sambil berlari mengejar tuan putri.

Kebun nenek tersebut tidak terlalu luas tapi terlihat banyak sayuran yang tumbuh disana. Serena segera melepas sepatunya dan turun ke kebun untuk membantu cucu nenek yang tertua. Sang putri berkali-kali jatuh karena susah berjalan di kebun dan kesusahan mengambil beberapa sayuran.

"Wah... nek, terima kasih karena telah mengijinkan saya ke kebun nenek. Kebun nenek sangat menyenangkan" Sang putri menemui nenek dengan baju dan wajah yang kotor.

Setelah pulang dari rumah nenek tersebut, sang putri pulang ke istana. Sang putri pun segera berlari menemui raja dan ratu.

"Ayah...ibu... Serena pulang..." teriak sang putri sambil membawa bungkusan sayur imbalan dari nenek di pasar.

"Hohoho... putriku sudah pulang. Apakah gerangan yang engkau bawa itu anakku?" tanya raja kepada sang putri

"Ayah... ini sayuran diberi nenek yang aku tolong di pasar tadi. Aku bermain ke rumah dan ke kebun nenek itu" Putri bercerita dengan penuh semangat.

"SERENA...." tiba-tiba suara ratu naik satu oktaf. "Kotor sekali!!!, DAYANG..." ratu mulai marah ketika melihat putrinya sangat kotor

"Iya ratu" jawab dayang satu

"Bagaimana tanggung jawabmu mengurus putriku?" ratu murka kepada dayang.

"Maafkan hamba, tolong ampuni saya ratu" Dayang pun bersujud ketakutan.

"Ibu, ini salah Serena. Jadi jangan marah kepada tiprika. Ia sudah melarang ku dari tadi, Ia sangat cerewet, melarangku ini dan itu tapi aku tidak mendengarkannya" Serena mencoba meredam kemarahan ratu. Akhirnya ratu mengampuni dayang itu.

Ratu mengantar Serena ke pemandian setelah menyerahkan sayuran yang dibawa Serena kepada para dayang.

"Sekarang kamu mandi dan bersihkan semua kotoran itu" ucap ratu sembari menyodorkan handuk.

Setelah membersihkan diri putri Serena datang untuk menemui raja dan ratu untuk makan siang. Mereka berkumpul bersama untuk menikmati hidangan lezat dari koki istana. Hidangan siang itu, berbahan sayuran hasil dari sang putri.

"Wah, sayuran ini enak sekali nak" ucap raja.

"Baginda, mohon jangan mendukung Serena untuk melakukan hal-hal yang membuat khawatir semua orang" sang ratu mulai menasehati raja.

"Ah, maaf. Hehehe" sang raja tertawa melihat ratu khawatir kepada Serena. Sang ratu hanya menghembuskan nafas dalam-dalam. Serena menikmati makanan tanpa bicara karena tidak ingin membuat sang ratu khawatir dan kemudian marah.

Kehidupan sang putri sangat menyenangkan dan bahagia. Ia tidak pernah sekalipun merasa sedih karena raja dan ratu sangat menyayanginya. Namun tak lama kemudian, kebahagiaan dan kemewahan hidup sang putri sirna.

Suatu hari kerajaan Oistrad datang ke Negeri Thresen dan membumi hanguskan seluruh Negeri karena sang raja menolak kerjasama internasional untuk perdagangan ganja dengan Raja Laen dari Oistrad. Raja sudah berusaha semampunya untuk menghentikan perbuatan Raja Laen, tapi Raja Laen dan pasukannya sangat kuat. Sebelum Raja Laen masuk ke istana sang putri disembunyikan di ruang rahasia oleh sang ratu.

Beberapa menit kemudian, Raja Laen datang mendobrak pintu istana dan bertarung melawan raja. Saat raja hampir kalah, sang ratu pun maju melindungi sang raja dan bertarung dengan Raja Laen. Sang ratu tak dapat menghindari sabetan pedang Raja Laen. Akhirnya raja dan ratu menyerang Raja Laen secara bersamaan.

Raja Laen semakin terhibur hingga akhirnya raja dan ratu terhunus oleh pedang Raja Laen. Saat raja dan ratu akan menghembuskan nafas terakhir, mereka saling berpegangan tangan dan berdoa kepada tuhan agar Serena tidak ditemukan oleh Raja Laen dan semoga Serena selamat, tetap tersenyum dan hidup bahagia.

Raja Laen tersebut segera mengambil alih kekuasaan Negeri Thresen, semua orang tua dan laki-laki dibiarkan tetap tinggal di negeri tersebut namun para gadis dibawa ke Oistrad sebagai hadiah perang. Raja Laen ingin membuat para laki-laki dan orang tua disana bekerja untuknya. Mereka yang melawan raja akan dipenggal dan dijadikan makanan anjing.

Sang putri melihat semua kejadian dari ruang persembunyian. Ia merasa sangat takut dan sedih. Sang putri menahan tangis agar tidak seorangpun dapat menemukan dia. Badan putri gemetar dan mata sang putri memerah. Tubuhnya membeku melihat lautan darah. Kepalanya terasa berat dan perutnya mual.

Saat semua pasukan Oistrad pergi dan keadaan sudah aman sang putri segera keluar dan melarikan diri ke hutan yang jauh dari negerinya. Sang putri terus berlari tanpa alas kaki. Ia sempat terpeleset saat melewati bebatuan di sungai. Sambil berlari putri terus saja menangis. Air matanya terus mengalir deras.

Tiga hari pelarian, putri tidak makan dan tidak tidur. Setelah pelarian yang panjang, sang putri jatuh pingsan di dalam hutan yang lebat. Hari itu putri benar-benar tidak sadarkan diri karena kelelahan dan kelaparan. Tubuh sang putri dipenuhi oleh luka akibat terjatuh dan terkena ranting tajam saat memasuki hutan.

Keesokan harinya ada seekor panda yang mencari bambu dan beberapa buah-buahan. Panda tersebut menemukan sang putri yang jatuh pingsan di tanah dekat pohon jati. Ia terkejut dan berlari kembali ke tempat ia berasal.

Sang panda kemudian membangunkan temannya si koala. Si koala tampak terkejut mendengar ucapan panda dan segera turun dari batang pohon. Si koala dan si panda kemudian saling mengaung seperti sedang berbincang-bincang. Entah apa yang mereka katakan tapi mereka terlihat seperti merencanakan sesuatu.

Setelah itu sang koala pergi mengambil beberapa buah-buahan dan diletakan dalam kantong kain. Lalu mereka berdua berjalan ke tempat putri dan meletakan buah-buahan itu di dekat putri. Sang panda mencoba untuk menyadarkan putri dengan mengguling-gulingkan badan sang putri, lalu ia mencoba menggoyangkan kepala putri, namun tidak berhasil. Kemudian ia menjilati hidung sang putri, namun sang putri masih belum juga sadarkan diri. Si panda mulai geram karena usahanya membangunkan putri beberapa kali gagal, akhirnya si panda mendekati wajah sang putri dan duduk di atas kepalanya. Seketika itu sang putri terbangun karena sesak nafas. Si panda yang tadinya duduk di kepala sang putri, jatuh terguling ke tanah layaknya bola yang menggelinding. Sang koala tertawa terbahak-bahak ketika melihat si panda jatuh terguling. Si panda bangun dari tempat ia terguling dan melempar si koala dengan batu kecil. Si koala menahan tawanya karena menyadari bahwa temannya si panda merasa kesal karena ditertawakan olehnya.

"Astaga!! Kenapa ada panda dan koala disini? Apa yang mereka lakukan?" tanya putri terkejut heran. Sang putri yang baru tersadar mengingat kembali alasan ia melarikan diri dan berakhir di hutan.

Si koala segera mengambil mangga dan memberikan kepada putri. Sang putri memahami maksud si koala. Tanpa pikir panjang lagi ia segera memakan semua buah-buahan yang dibawa si koala dan si panda tersebut.

Setelah selesai makan, sang putri berterima kasih kepada mereka berdua. Mereka memeluk sang putri dan menuntunnya ke tempat mereka berdua tinggal. Sang putri mengikuti mereka dan percaya dengan mereka bahwa mereka adalah hewan yang baik. Sang putri juga sempat bertanya-tanya kenapa mereka sangat akrab dengan manusia dan apakah selama ia tidak sadarkan diri tidak ada hewan buas yang mengincarnya di dalam hutan.

Tempat sang putri jatuh pingsan adalah hutan di bagian selatan. Hutan tersebut tidak ada macan atau singa yang berkeliaran. Para pemangsa tersebut hidup di hutan bagian utara dan barat. Oleh karena itu, sang putri selamat tanpa bertemu dengan hewan pemangsa. Saat putri tidak sadarkan diri ada burung hantu dan tarsius yang mengawasinya agar tidak diganggu oleh hewan lain dan serangga. Mereka pergi meninggalkan sang putri saat matahari mulai terbit.

֎֎֎֎֎֎֎֎֎

avataravatar
Next chapter