10 Part IX

Ibukota Pallawapura-Santinagar

Semuanya telah dipersiapkan

Pagi bersinar dengan cerah. Di gerbang kota sekali lagi Gustav mengecek kesiapan orang-orangnya dan perlatan tempur yang dibawa. meriam 6 inchi dimasukkan kedalam kereta kuda dan dibungkus dengan kain terpal berarna abu-abu. ia sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak 3 hari lalu dan kini ia tengah meunggu kedatangan Raja Naravarman yang akan melepas keberangkatannya.

beberapa saat kemudian Raja Naravarman tiba diiringi oleh para pengawalnya, sementara dibelakangnya tampak dua barisan pasukan berkuda dengan prajuritnya yang berpakaian baju tempur lengkap dengan pedang tersampir di pinggang mereka. Gustav memberi hormat kepada Raja Naravrman. Raja Naravarman mengganguk. lalu dengan isyarat menyuruh kedua orang yang tampaknya merupakan perwira pasukan berkuda untuk maju kedepan.

"Ini Kapten Tarak dan Kapten Nitai. mereka  akan memandu perjalananmu. keduanya adalah perwira kavaleri berkuda ku yang mumpuni dan dapat kuandalkan, keduanya beserta pasukannya kini berada dalam komandomu sepenuhnya Gustav"

Kapten Tarak dan Nitai memberi hormat kepada Gustav. "yang mulia tanpa mengulur waktu lagi, izinkanlah saya untuk berangkat ke medan pertempuran" Ujar Gustav.

Raja Naravarman mengganguk. "Baiklah. kudoakan semoga perjalananmu  selamat sampai sana, dan semoga dewa=dewa melindungimu dan memberikanmu kemenangan".

Gustav lalu berjalan ke depan untuk menaiki kudanya, di barisan paling depan kudanya telah menunggu dengan Sersan Matthew telah berada di samping kudanya dengan menaiki kudanya, Gustav menaiki kudanya, sejenak ia memperhatikan kebelakang memperhatikan orang-orang dibelakangnya lalu pandagannya kembali terarah kedepan. sementara Kpaten Nitai dan dan Kapten Tarak berada di menaiki kudanya  yang berada di sisi kanan Gustav, keduanya akan bertindak untuk memandu jalan.

Pintu gerbang kota kemudian dibuka dengan lebar. Gustav memberi komando kepada rombongannya untuk mulai bergerak, rombongan Gustav bergerak menuju phnomvyadha. "Tuan Gustav, perjalanan menuju phnomvyadha akan memakan waktu selama 3 hari, menjelang sore kita harus berhenti untuk beristirahat" ujar Kapten Nitai. "Terimakasih katen Nitai". kapten Nitai hanya mengangguk.

dalam perjalanan menuju phnomvyadha, Gustav memperhatikan keadaan disekelilingnya. rombongan melewati ladang-ladang Jagung yang luas sementara terlihat juga beberapa petani tengah menggarap lahannya.  Gustav lalu melihat pada Kapten Nitai dan Tarak. Kapten Nitai nampaknya lebih tua daripada tarak, mungkin karena itulah Nitai yang bertindak sebagai pemandu jalan.

"Jadi didalam gerobak-gerobak besar itu, apakah itu persenjataan yang dapat memberi kemenangan kepada kita tuan Gustav" tanya NItai sambil menolehkan pandangannya ke belakang ke arah barisan gerobak-gerobak yang mengangkut meriam.

"aku harap demikian, pasukan Butua dan kalian pasti akan terkejut melihat keampuhan senjata ini" jawab Gustav.

"aku tak sabar untuk menyaksikannya. tapi hal pertama yang harus tuan lakukan adalah meyakinkan pangeran mahkota Naravarman agar kamu dapat dilibatkan dan rencana perangmu dapat dijalankan".

Gustav tergelitik penasaran. "oh, kenapa bisa demikian kapten nitai?"

Nitai menghela napas sejenak sembari mengendarai kudanya. "pangeran mahkota...jika boleh aku katakan adalah kutub yang berbeda dengan ayahandanya. ia begitu tempramen, dan tergolong sebagai pribadi yang gemar melakukan dosa" ujar kapten Nitai.

Nitai mengedarkan pandangannya "mungkin Raja Naravarman belum cerita kepadamu, tapi ini hanya sebgai informasi saja untukmu tuan. Butua melancarkan perang dnegan negeri ini karena ulah pangeran mahkota sendiri"

Gustav agak terkejut mendengarnya. "Bagimana bisa kapten?"

"setahun yang lalu. dalam sebuah acara jamuan makan malam yang dihadiri oleh duta negara-negara tetangga. pangeran mahkota yang mabuk menggoda istri duta dari Butua, sebagai seorang suami tentunya duat dari Butua ini marah dengan kelakuan pangeran mahkota, tanpa pikir panjang pangeran mahkota yang kalap membunuh si duta itu dengan sekali tebasan pedangnya dan membunuh 3 pengawal duta tersebut, sedangkan istri si duta tersebut....."

Nitai agak tertahan untuk melanjutkan ceritanya sementara mata Gustav memperhatikan wajah Nitai. dengan agak berat Nitai melanjutkan ceritanya "Istri duta tersebut diambil paksa oleh pangeran mahkota dan dibawa ke purinya, menurut cerita istri duta butua menjadi budak seks bagi pangeran mahkota....insiden ini merupakan insiden serius yang mencederai Butua. Butua menuntut kompensasi yang besar atas insiden ini namun kami menolak, sehingga perang menjadi pilihan bagi Butua".

Gustav mengangguk-ngangguk. "aku mengerti sekarang"

"karena itulah pangeran mahkota dikirim ke garis depan, Raja Naravarman bermaksud memberi pelajaran kepada putranya. bahwa masalah yang ia buat harus ia selesaikan sendiri. namun tampaknya Raja Naravarman mengkhawatirkan situasi perang ini karena ia sendiri anmpaknya mengetahui kalau putranya ini juga tidak kompeten dalam berperang" kata Nitai.

  Tarak yang hanya diam saja dari tadi tiba-tiba angkat bicara "apa kamu tahu. selama di sekolah ksatriaan pangeran mahkota sebenarnya tidak pernah menghadiri kelas-kelas strategi perang, ketika hari terang waktunya ia habiskan untuk meminum-minum Arak tapai dan dimalam hari ia mengadu birahi-nya dengan pelacur-pelacur di rumah bordil. sungguh memalukan sekali" ujar tarak. Gustav dapat melihat rasa jijik di wajah kapten tarak, sementara Nitai hanya menggelang-geleng kepalanya.

"Maaf kau harus mendengar yang barusan. tapi memang seperti itulah keadaannya" Gumam Kapten Nitai kepada Gustav.

"Tidak apa-apa. aku jadi semakin tahu keadaan di negeri Pallawaburi" Ujar Gustav

Jika memang demikian keadaan sebenarnya. dapat disimpulkan kalau Gustav sebenarnya sedang bekerja untuk membereskan sampah yang dibuat oleh orang lain. suatu pekerjaan yang tidak disukai oleh Gustav sebenarnya. namun untuk yang kali ini ia akan lakukan demi sesuatu yang lebih besar.

  kalau dihitung. Gustav mempawa sekitar 50 orang saja dengan tambahan 2.000 pasukan berkuda milik Raja Naravarman. jika dihitung secara matematis apabila bergabung dengan balatentara milik pangeran mahkota Ramavarman maka total jumlahnya adalah 12,000 pasukan. jumlah yang sedikit agak kecil karena menurut perkiraan jumlah pasukan musuh sekitar 15.000 orang. tapi Gstav sudah memiliki rencana yang matang dengan bekal pengalamannya di dunia militernya tatkal masih bertugas di Ketentaraan Harmonia. untuk soal pangeran mahkota, Gustav sedang menyiapkan kata-kata yang tepat agar dapat meyakinkan bajingan yang satu ini.

Bersambung

avataravatar
Next chapter