webnovel

My Crush

Nathan bangun beberapa kali mengerjapkan Mata, terasa sehat dan bugar meski dadanya sesak di hinggapi wanita berambut yang membuat Nathan bahagia di pagi hari.

Hanya sana senyumnya memudar, melihat bagaimna ranjang di penuhi noda darah membuat Nathan tercekat, menarik Anna dan menepuk pipinya.

"Ann?" Luka tembak Nathan juga tidak meninggalkan bekas apapun, dia semakin bingung melihat Alam terkapar di lantai.

"Jodi!" Teriak Nathan, tidak ada jawaban apapun,dia panik sendirian, dan eumh..

Anna meringis, dia bahkan tidak bisa membuka mata, meraba apa saja yang bisa dia serap, Nathan paham sistemnya sekarang, dia yang meraih tangan Anna lalu membiarkan wanita ini menyedot energinya, hanya saja lama, tidak seperti sebelumnya hanya beberapa detik.

"Ayo hisap lagi." Ucap Nathan, dia mengecup Anna, tapi tidak ada cahaya oren, jingga atau kuning bahkan warna apalah yang keluar.

"Anna!" Tekan Nathan mencobanya lagi, akhirnya keluar, cahaya oren yang Anna serap, terus membaik hingga akhirnya kembali bugar, buru buru Anna menjauhkan Nathan, bisa saja nantinya terserap sampai pingsan. Setelah melihat Maya membaik Nathan memeriksa keadaan Alam.

"Biarkan saja, dia hanya perlu tidur." Lontar Anna, Nathan mengangkat adiknya, pindah ke atas ranjang bersama Maya yang kini sibuk mengusap lengan.

"Ah, 30." Keluh Anna, Nathan langsung menatapnya nyalang.

"30 tahun? ." Tanya Nathan.

Anna tidak menjawab, lagi pula gegara keteledoran siapa dia harus mencerna racun.

"Jangan gunakan kekuatan lagi." Titah Nathan.

Anna mengeluarkan senyum singkatnya, lagi pula umurnya masih sangat panjang, 30 bukan apa apa, dia bahkan pernah menghilangkan 100 tahun hanya untuk menyembuhkan anak dari pelayannya yang mengidap penyakit kanker stadium akhir yang hampir mati.

Nathan sibuk menelpon Jodi, ternyata dia sedang berada di markas Henry tempat Crystal di sekap, dia pikir Nathan dan Alam tertangkap karena pengawal yang ikut ke hutan tidak menemukan siapapun.

"Langsung terjang." Tekan Nathan murka

"Jangan, ada mahluk halus di sana." Bantah Anna cepat, dia berkutat dengan cermin bulat portable kuno berwarna hitam.

"Ada jalan lain, pergi ke timur." Ucap Anna.

Nathan menghampiri dan ikut melihat yang ada di Cermin, hanya ada pantulan dirinya dan Anna. Sedangkan Nathan mengikuti intruksi, Anna mengambil bubuk hijau pekat yang semalam dia dapat. Menyuruh Jodi untuk memakainya agar tidak terendus mahluk genderuwo penjaga pintu.

"Beritahu saat sudah menemukan goa" ucap Anna.

Nathan mengatakan apa yang Anna katakan, lalu melihat apa yang di lakukan wanita ini.

"Semalam aku membantumu mengeluarkan racun, dan sekarang penyelamatan adikmu." Jelas Anna, Nathan mulai merasa tidak Nyaman di saat saat darurat.

"Ku bantu kau pergi ke sana dengan cepat, dan kita impas."lanjutnya.

Anna meracik beberapa ramuan, mencoba menyelesaikan perjanjian yang membuat nya merugi, tidak rugi juga, dia punya uang yang di beri Nathan untuk melakukan perjalanan mencari beberapa benda.

"Kita bicarakan nan-."

"Kerjasamanya-berakhir." Potong Anna, Nathan mendadak diam, dia bersusah payah agar tidak menggunakan Anna dalam bisnisnya, tapi terpakai begitu saja hanya dalam semalam, nyawa adiknya dalam bahaya, dia butuh Anna membantu dan itu artinya "lepaskan aku." Pinta Anna kini menutup Mata. Nathan tidak menjawab, bagaimana bisa dia melepaskan wanita yang saat ini terlihat terus bertambah cantik di matanya setiap hari, orang yang membuatnya bersemangat bangun pagi dan terus memaksakan diri tidur di malam hari.

Dia bahkan berusaha tidak membunuh orang agar saat bersinggungan tangan dengan Anna tidak membuatnya mual atau muntah, meski, bersingungan yang sangat di sengaja, Nathan tidak berani menyentuhnya. Jika mereka bukan dalam keadaan saling emosi.

"Minum ini, aura pemikat tidak akan mempan lagi padamu." Jelas Maya memberi hasil racikannya.

itu artinya, Nathan tidak akan terpikat lagi dengan kecantikan Anna atau menyukainya karena Mantra atau aura.

Nathan meminumnya tanpa ragu, sekilas, tubuhnya berasap, mata dan tenggorokannya terasa panas, lalu beringsut dengan tubuh menggigil hingga dia meniup tangan yang terasa beku, nafasnya merah dan dalam hitungan detik, sudah normal kembali.

"Bagaimana?" Tanya Anna tersenyum, dia menelungkup kedua pipinya bersikap so manis sebagai pengecekan, Nathan menatap Anna, lalu mengalihkan pandangan.

"Tidak cantik." Ucap Nathan.

Anna bertepuk tangan kecil, terasa senang karena Nathan tidak terpikat lagi olehnya.

Nathan di bekali dengan bubuk berwarna hijau pekat, Anna punya sisa 4 botol, lumayan, dan menyuruh Nathan untuk mengucapkan Mantra semalam jika sangat terdesak, meminjamkan cermin portable miliknya, katanya akan memberi tahu apapun yang Nathan tanyakan, dan setelah tugasnya selesai, cermin itu akan menghilang kembali pada Anna dengan sendirinya. Anna mengusap kedua Mata Nathan agar bisa melihat cermin ini.

"Indah." Itu yang Anna gumamkan saat Nathan membuka Matanya, ini mungkin kedua kali Anna melihat Mata Nathan dari dekat, satu saat bertemu, pertama kali, lalu ini.

"Apalagi?" Tanya Nathan dingin, Anna senang saat Nathan bersikap seperti itu.

"Sampaikan salamku pada Crystal." Ucap Anna.

Dia menutup Mata Nathan lagi sekelebat cahaya hijau membuat Nathan merasakan angin dingin menerpa dirinya, membuka Mata ternyata sudah berada di hutan belantara, tepat di belakang pasukan miliknya. Sedangkan Anna kini bersiap, membawa barang barang pada koper memang merepotkan, dia perlu kantong ajaib seperti milik doraemon untuk bisa bebas kesana kemari, misinya kali ini adalah mencari sepatu Tori.

Teleportasi yang di lakukan Anna hanya bisa di lakukan dengan dua orang jika dia ingin langsung muncul ke tempat dimana dia inginkan, serta hanya bisa mengantar orang, tidak bisa di lakukan sendiri atau dia hanya akan menghancurkan diri di portal. Ini kekuatan yang heno onna kedua kutuk, untuk mencegah keturunanya terus saja melakukan teleportasi tanpa pelayan. Hingga terbuatlah aturan, heno onna yang bisa melakukan teleportasi jika seseorang bersamanya.

Dan itu kekanak kanak kan menurut Anna, semua rekan perjuangannya di kurung sabrina, dan dia kini harus menggunakan transportasi milik manusia yang cukup memakan waktu perjalananya, untung saja peri Veela pengendali badai menghembuskan semua barang yang dia cari di indonesia, memang tidak semua, hanya saja yang dia perlukan mungkin ada di negara ini. Tempat kelahiran orang pilihan Ares yang bahkan tidak ada sangkut pautnya dengan jepang atau yunani.

Maya terlalu masa bodoh bahkan meski pilihan Ares adalah orang india atau atlantika sekalipun, tanpa mencari tahu dan yang kini terpenting banginya, dia bebas.

"Bagaimana?" Tanya Nathan, sontak semua orang bersamaan melihat ke belakang, bahkan ada yang sampai mengacungkan senjata, raut wajah Nathan tidak semenyenangkan satu bulan ke belakang, Jodi menyadari itu, tatapannya mencekam lagi.

"Anna dan Alam?" Tanya Jodi.

"Alam tidur, si jelek pergi." Jawab Nathan menatap cerminnya, Nampak sekilas Crystal yang sedang tertidur di kursi dengan beberapa lebam di tubuh.

Nathan mencoba berbicara pada cermin dan bertanya hingga membuat emosinya naik turun.

"Argh, yang benar saja Anna!" Nathan frustasi, si cermin membuat tulisan dari asap di permukaannya, hanya saja tulisan jepang, Mana paham Nathan, dia hanya menguasai inggris.

Akhirnya dia meminta si cermin membuat panah saja, memasuki gua yang berkelok untuk bisa sampai tanpa terdeteksi jin penunggu khas lokal indonesia, ingin sekali Nathan melihat rupa genderewo, tapi ini bukan waktunya, Crystal nampak ketakutan di sana, dan dia tidak tahu apa yang terjadi padanya jika dia terlambat sedikit saja.

Semua menabur bubuk hijau pada tangannya lalu di usap pada leher dan rambut, meski yah, mereka hanya menurut nurut saja dengan bosnya, Nathan juga nampak melihat beberapa roh yang sedang menatap rombongannya.

Sempat Nathan bertanya bisakah dia bekerja sama dengan roh sebagai peganti Anna semisal kuntilanak pada cermin. Namun apa daya dengan jawaban dengan tulisann yang sungguh membuat Nathan ingin melempar benda ini jika tidak di perlukan.

Penyelamatannya pun tidak berkesan apapun, Henry seperti memang sengaja hanya memastikan sesuatu, Nathan dengan mudah mengambil Lusi kembali.

"Kakak, mereka mengulur waktu." Ucap Crystal, 10 orang yang Nathan tangkap juga tidak bersenjata lengkap, hanya pisau dan langsung mengangkat tangan ketika melihat Nathan beserta banyak orang membawa pistol.

Kring.

Jodi langsung mendapat telpon saat Lusi bebas. Ternyata Lusi hanya sebagai pengalihan agar pamannya dapat membekukan satu kapal penuh berisi senjata yang Nathan dapat susah payah untuk di impor ke selandia.

Sukses membuat Jodi membanting ponsel, pasalnya, senjata yang bisa di pakai beberapa bulan hilang begitu saja, bahkan ada beberapa barang langka dengan harga tinggi yang bahkan tidak bisa di beli sembarang orang kini di tangan Renard.

"Tidak apa, yang penting kau selamat." Nathan mengusap wajah Crystal.

"Kau bisa bahasa jepang?" Tanya Nathan asal, tentu saja Lusi menggeleng dan meskipun memang ada yang bisa, mereka tidak akan bisa membaca tulisannya di cermin, ah merepotkan.

Pada akhirnya dia tidak membuka ikatan tali pada tubuh Crystal, sengaja karna saat Crystal bebas, Maka cerminnya hilang, Nathan nampak berpikir sejenak, begitpun Lusi dan Jodi bertukar pandang, apa yang kakaknya tunggu. Nathan meminjam ponsel yang baru saja Jodi lempar, translate manual dia ketik dengan menulis satu kata saja memerlukan satu menit, panjang lebar hingga dia berkutat selama berjam-jam, berbicara pada cermin tentang bagaimana cara-

menaklukan siluman.

--

Kembali ke awal, Dimana Nathan ingin menjadi monster, ini semakin mudah bagi dirinya terlebih saat terus mengucapkan matra yang membuat tubuhnya ringan, memiliki tenaga extra hingga besi saja menjadi melengkung hanya dengan jentikan jarinya, sama dengan Alan, awalnya coba coba, namun dia juga kini mampu melihat siluman, terbuka begitu saja saat melawan monters lumpur, mendadak menjadi seorang pemberani bahkan terkadang dia yang membunuh orang, Nathan memperbolehkannya kini, percuma di larang berapa kalipun, dia tidak mungkin terus mengurung singa yang menggaur.

Merindukan ibunya adalah salah satu hal yang membuatnya fokus lagi kini, fokus menjadi monster sesungguhnya. Setelah Anna pergi sebulan lalu. Nathan mencari siluman yang cocok untuk bersanding dengannya, hanya saja ternyata itu mahluk langka, setiap hari konsumsinya hanya hantu dan arwah gentayangan.

Nathan bahkan menendang hantu perempuan yang ngesot di rumahnya, itu adalah wanita bagian humas yang beralih memberi info keuangan Zoger pada Rey, berakhir dengan Alam memotong kedua lututnya dengan kapak, sempat ingin Nathan cium, memang selalu begitu, wanita yang akan mati di beri sebuah kenikmatan oleh bibirnya, hanya saja dia nampak tidak berselera akhir akhir ini.

Crystal juga tidak bersemangat saat memasak, tidak ada lagi teman mengobrol atau setidaknya sendok yang bisa mengaduk sendiri hingga membuatnya tertawa geli. Tidak ada yang menarik, begitpun Alam, di selang kegiatannya dia selalu mengusap bibir, terkena sihir bernama Anna karena mengecup bibirnya hanya mungkin barang dua detik.

Kebengisan Nathan akhir akhir ini bahkan berhasil membuat Jodi mual, dia yang sudah menyaksikan banyak penyiksaan, tidak pernah melihat yang satu ini, Nathan membedah hidup hidup pria yang bertanggung jawab untuk satu kapal penuh senjatanya bulan lalu, dan dia juga merupakan pelaku dari orang yang membuat Crystal babak belur. Selama satu bulan ini juga, Nathan mengorek informasi dari si kepala plontos pelayan Anna yang berada di rumah sakit jiwa. Tapi sampai sekarang masih saja nihil hasilnya.

Kring.

Ponsel Jodi yang mengganggu Dokter Nathan yang sedang memegang jantung pria yang masih berdetak ini membuat Jodi bergidik ngeri karena Nathan menatapnya.

"Bicara." Jodi mengangkat panggilan dan menelan saliva, Nathan langsung membedah jantung hingga lepas dari tubuh yang baru saja menghembuskan nafas terakhir

"Kak-" Jodi gugup melihat Nathan menusuk jantung yang dia acungkan, darah muncrat ke wajahnya membuat dia tersenyum.

"Ada yang ingin bertemu." Lanjut Jodi.

"Aku sibuk, bawa orang selanjutnya."

" ini Anna." Timpal Jodi lagi, Nathan nampak diam sejenak lalu menyungggingkan senyuman, orang yang dia tunggu pada akhirnya.

Mangsa selanjutnya

To Be Continued...