286 Bersama Gabriel

"Selamat datang, Yuu~"

"Kau mengatakannya seolah aku kembali ke rumah baru-baru ini? Bukankah aku sudah mengatakannya tadi, saat membuka pintu rumah?"

Gabriel hanya tersenyum ketika duduk seiza di atas kasur, dan dia kemudian menepuk-nepuk pahanya.

Yuuki tahu ini, itu menyiratkannya untuk tidur di pangkuannya...

"Bisakah aku menolaknya?" tanya Yuuki dengan sedikit kedutan di mulutnya.

"Tidak boleh, anak yang baik harus berbaring. Lagipula, Mama sudah jarang melakukannya kan? Terakhir adalah ketika kau di kelas 3 SMP."

"Kau bukan Mamaku Gabriel." kata Yuuki dengan wajah gelap.

"Fufu~ Aku tahu, aku tahu. Tapi .."

Puk, Puk...

"Saa, jangan sungkan~~ Kesini, kesini~"

Melihat Gabriel yang sangat ceria mengajaknya seperti ini, Yuuki hanya bisa mengacak-acak rambutnya dan masuk ke kasur untuk menempatkan kepalanya diantara paha Gabriel.

Tapi posisinya bukan wajahnya yang di atas, tapi wajahnya menghadap kebawah!

Buk...

"Huhhhhh...."

Yuuki menghela nafas panjang dan menggosokkan wajahnya ke paha Gabriel yang sangat putih dan lembut.

Gabriel merasa geli disana, tapi dia tidak mengatakan apapun dan hanya mengelus rambut emas remaja itu dengan sangat lembut....

"Apakah itu baik bagi seorang remaja di usiamu untuk menghela nafas panjang seperti ini?"

"Biarkan saja, dan katakanlah Gabriel, apakah kau memakai parfum baru? Biasanya kau memiliki wangi jeruk segar, sekarang anehnya aloevera?"

"Ara~ Yuu, cara kau mengatakannya... menjijikkan tahu?"

"Ugh, maaf."

"Fufu~ Kumaafkan~"

Keduanya berbicara dengan sangat santai, sampai akhirnya Yuuki membalikkan badannya dan menghadapkan wajahnya ke atas dimana dia sedikit melihat wajah Gabriel yang cantik.

Gabriel menutup matanya sambil menyenandungkan lagu kecil, dan ketika dia membuka matanya, dia tersenyum pada Yuuki dibawahnya.

Tangannya mengelus pipi remaja itu dengan sangat lembut, dan itu membuat Yuuki gemetar sedikit.

"Itu....Kalau bisa, apakah jam omelannya, dipersingkat? Satu, jam...mungkin?"

"...."

"Mmm, satu setengah jam?"

"....Fufu, Hayama Yuuki..." Gabriel menyipitkan matanya, dan tiba-tiba tangan yang awalnya mengelus wajah remaja itu langsung terhenti tepat di dadanya.

Yuuki menelan air liurnya, "Maaf, aku tahu aku salah, Nona Gabriel."

"Hmm~ Apakah aku harus memaafkanmu? Bukannya, Yuu tidak membuat masalah ya?~"

– Pembohong!

Ketika Gabriel menyebutkan nama lengkapnya tadi, dia sudah tahu kalau Gabriel sebenarnya sangat marah!

....Tapi yah, memikirkan apa yang dia lakukan selama ini. Wajar sih jika dia marah.

"Jadi, benar-benar akan di omelin nih?"

".....Huhhhhh...."

Gabriel menghela nafas panjang, lalu dia menarik kedua pipi Yuuki dengan keras disana seolah ingin melampiaskan kekesalannya.

Yuuki hanya diam saja, dan tiba-tiba wajah Gabriel muncul di depannya dalam posisi terbalik yang sangat mengejutkannya!

Gabriel yang menundukkan kepalanya berbisik: "Kurasa sudah tidak perlu lagi marah, tahu? Tapi tetap saja, aku masih memiliki ketakutan di hati ini. Terutama saat kau mengatakan melawan para Alien di luar sana ketika aku tidak tahu."

Nafas Gabriel yang penuh akan kesedihan terasa pada wajah Yuuki, dan Yuuki hanya bisa menutup matanya pada saat ini.

Tapi siapa sangka, dia tiba-tiba merasakan basah di dahinya, dan ketika dia membuka matanya, Gabriel sudah menarik wajahnya kembali.

Itu...ciuman dahi?

"Apakah kau tidak puas?"

"Mmmmmmm.....Nah, kurasa aku tidak bisa serakah lagi kan?" kata Yuuki sambil menggosok dahinya yang tadi dicium Gabriel.

Ini bukan kali pertama dia dicium disana. Tapi tetap saja, rasanya masih sangat "baru" setiap kali Gabriel melakukan ini.

Gabriel sendiri terlihat biasa saja dengan itu, malahan dia dengan tenang berbisik: "Jadi Yuu, apa rencanamu selanjutnya?"

"Besok aku akan berkencan dengan Asuna!"

"...." Gabriel terkejut sesaat, tapi dia kemudian tertawa, "Fufufu...Ya, itu benar-benar kau, Yuu. Tapi....Aku ingin tahu rencana aslimu."

"Harus kukatakan kah?" Yuuki cemberut tidak senang.

Tapi melihat mata Gabriel yang terus menatapnya, Yuuki hanya menghela nafas. Dia mengangkat tangan kanannya ke atas dan menggenggamnya.

"Aku, akan menjelajahi Alam Semesta yang luas. Mencari hal baru, dan membentuk kanvas kosong lainnya dariku. Tentu saja, itu tidak memungkiri masalah dimana aku harus melawan Honkai."

"Sekarang Herrscher of Death adalah lawan yang akan muncul kapan saja. Bumi adalah mainannya jika dia menggunakan seluruh kekuatannya, dan nyawa kalian semua ada dalam bahaya. Tapi tenang saja, aku sudah membuat penanggulangan."

"Sayangnya aku masih tidak bisa istirahat bahkan setelah Herrscher of Death mati, masih ada musuh lainnya..."

"Herrscher of Flame, Herrscher of Sentience, Herrscher of Rock, Herrscher of Domination, Herrscher of Binding, Herrscher of Corruption, Herrscher of Unknown, dan terakhir....Herrscher of END...."

Yuuki mengambil nafas sedikit dan melanjutkan: "Lalu musuh juga jelas bukan dari Penguji saja. Ada juga Tuhan di sisi Kerajaan Vatlantis. Aku juga akan melawannya, itu karena Aine, Grace, dan Manusia di Atlantis yang hidup."

"Selama kita terus maju, kita juga akan bertemu yang "lain"...Aku bahkan punya tebakan bahwa galaxy kita dikuasai oleh suatu bentuk kekuatan. Aku tidak mau Bumi akan bertindak Pasif pada saat itu...Ini tidak mungkin, karena aku tidak bisa diam jika saja mereka ingin memperbudak Bumi!"

Yuuki: "Ini ...adalah misiku." Tangan itu digenggam erat oleh remaja itu.

Ini tekadnya, dan mungkin sudah menjadi mimpinya!

Saat berikutnya dia melemaskan genggamannya, dan ketika dia akan menjatuhkannya, Gabriel tiba-tiba menggenggam tangan itu erat-erat di udara menggunakan kedua tangannya yang lembut

Dia membawanya menuju depan dada besarnya sambil matanya masih tetap terpejam, seolah dia sedang berdoa.

Yuuki diam. Keyakinannya pada Tuhan tidak setinggi Gabriel dan Jeanne.

Dibilang Atheist juga bukan, karena dia masih percaya pada Tuhan. Hanya saja dia mungkin, manusia paling "lancang".

Tidak...semua peneliti adalah manusia paling berdosa dan lancang karena berusaha mengorek "kebenaran", dan saat itu terus terjadi, "keyakinan" pada Tuhan jelas akan berkurang.

Bahkan ada frasa "Tuhan sudah mati 50.000 tahun yang lalu" diantara para peneliti. Karena di zaman itu, itu adalah zaman dimana "Sains" mulai berkembang!

"Amen."

".... Terima kasih. Apa yang kau doakan."

"Semoga kemenangan dan kesehatan selalu ada padamu. Semoga cahaya-Nya menerangi kegelapan di jalanmu. Dan semoga apa yang kau lakukan berada di jalan yang di setujui olehNya."

Yuuki tersenyum tipis mendengar ini, dan kemudian dia menutup matanya lagi ketika dia mengambil tangannya dari Gabriel.

Gabriel juga tidak bertanya lagi dan malahan berbisik: "Sekarang kau tahu apa itu lelah?"

"Mmm...Jika aku lelah, ada kemungkinan bahaya mendekat..."

"Anak yang keras kepala. Seberapa hebat seorang pahlawan, ketika dia datang ke kampung halamannya, dia hanyalah anak nakal yang jahil di mata warga desa. Sekarang, ini adalah rumahmu, tempat yang mana semua status dan kehebatanmu tidak diakui. Jadi, patuhi perintahku."

"...Hehe, Yes. My Queen..."

Yuuki akhirnya diam dan mulai menenangkan dirinya di elusan hangat Gabriel. Ditambah, aura keibuan Gabriel meluap, ini membuatnya sangat cepat masuk kedalam keadaan semi mengantuk.

Dan ketika dia akan tidur, Yuuki ternyata berkata tanpa dia sadari:

"Gabriel, aku masih mencintaimu."

Gabriel hanya berhenti sejenak lalu terus melanjutkan gerakan tangannya...

Gabriel: "Aku tahu sejak lama. Bocah bodoh..."

avataravatar
Next chapter