1 Jangan Bunuh Aku

"Tidaaaak, bukan aku yang membunuh ayahmu, Raj, bukan akuuuu! Percayalah, Sayang! Apa kamu tak percaya kepadaku?" cetus seorang gadis yang bernama Yelindra Felisia. Sebut saja dia Yelin.

Hawa dingin menyelimuti seluruh tubuhnya. Saat pacarnya yang bernama Yufraj Yusra dengan sebutan Raj, yang terkenal di kalangan anak muda dan dia adalah bos mafia. Sedang menggenggam pistol dan menodongkan ke arahnya tepat di dadanya. Hanya satu gerakan pasti, dengan menggerakkan pistolnya. Peluru pun keluar melesat dan akan menembus jantungnya.

Yelin yang sangat ketakutan. Dia hanya bisa memejamkan matanya seraya menelan salivanya dengan susah payah. Dia terus berteriak dengan keringat yang bercucuran dan terus mengguyur tubuhnya, sampai-sampai ada seseorang di sekitarnya yang dekat dengannya datang menghampiri.

"Aaaaaaaaa jangan bunuh akuuuu!"

Tangan seorang wanita tua pun menepuk pipinya dengan keras berusaha membangunkannya. "Heeeeyyy bangun, Nak! Banguuun! Sudah pagi! Kamu tidak kuliah?" Mendengar suara serak yang khas dan sudah kebiasaan membangunkannya itu. Yelin langsung saja terbangun dari tidurnya.

"Apa! Jadi, ternyata aku hanya mimpi, Ibu? Benarkah semua itu hanya mimpi? Aku kira aku akan mati tadi, tapi sebetulnya siapa orang yang ada di dalam mimpiku itu? Dia sangat tampan, tapi saat aku terbangun sudah lupa dengan wajahnya, kalau misal nanti ada di dunia nyata, pasti aku ingat lagi deh," oceh Yelin yang terus curhat kepada ibunya. Begitulah dia selalu mengkhayal dan bermimpi yang tidak-tidak karena kebanyakan menonton drama Korea atau China, jadi hidupnya terus dibanding-bandingkan dengan drama yang ia tonton.

"Sudahlah! Jangan crewet, Nak! Cepat bangun! Mandi, sarapan terus berangkat! Kamu kan baru semester 4, jangan bermalas-malasan, Nak!" omel ibunya. Beliau pun langsung keluar setelah anaknya itu sudah terbangun dan duduk sempurna.

"Hmmm, aneh sekali pokoknya mimpi itu, siapa tadi namanya yang aku ucap, emmm Raj? Keren juga, semoga kita bertemu beneran ya, pangeran dalam mimpiku, tapi yang indah-indah, jangan kau membunuhku, masak aku secantik ini kau tega membunuhku." Masih dengan mengocehnya dan belum beranjak dari tempat tidur juga.

Memang seperti itulah gadis yang bernama Yelin itu. Dia sangat crewet dan suka mengkhayal. Hoby-nya menonton film drama dan film hot-hot, makanya pikirannya terbawa oleh drama rasanya. Selain itu, gadis yang berambut pirang dan lurus se-punggung ini, memang sangat rupawan, banyak lelaki yang menyukainya, tapi tak satu pun yang disukainya, karena menurutnya belum ada yang cocok dan sesuai kriteria seperti di drama-drama. Lagi-lagi kehidupannya selalu disamakan dengan drama, membuat semua yang mendengarnya bahkan sahabatnya sewaktu berada didekatnya biasanya geleng-geleng kepala dibuatnya.

Ia pun lalu beranjak dari tempat tidur dan menuju ke arah kamar mandi. Untuk membersihkan badannya dan segera pergi ke kampus untuk masuk kuliah, karena kurang dari 15 menit lagi pastinya dia akan telat, untung saja rumahnya dekat dengan kampus.

Dan di dalam kamar mandi yang sederhana itu, dia terus tersenyum, membayangkan sang pangeran yang membawa pistol di dalam mimpinya tadi.

"Uhhh kamu sangat tampan, kapan aku segera bertemu kamu."

Memang keluarga Yelin adalah keluarga sederhana dan tak kaya, tapi dia serba kecukupan dan tak kekurangan apapun, hanya saja tak seperti teman-temannya yang sangat kaya raya, dia cukup bersyukur karena diterima di kampus yang keren dan ternama itu karena kecerdasaannya lewat jalur beasiswa.

Usai melakukan aktivitas ritual bermacam rupa sebelum ke kampus, dari mandi, merapikan diri, juga tak lupa dengan lipstik merah delimanya. Yelin pun akan berangkat ke kampus dengan berjalan kaki saja karena memang dekat, hanya dalam 5 menit saja sampai. Ia yang sungguh sangat tergesa-gesa akhirnya tak sarapan dahulu dan langsung pergi begitu saja dengan berteriak.

"Bu ... Yelin, berangkat duluuu! Assalamu'alaikum." Meskipun sudah tergesa-gesa masih saja sibuk menyibakkan rambutnya dan terus merapikannya dengan jari-jemarinya.

Ibu Yola yang melihat itu, beliau menggelengkan kepalanya dan membalas ucapan anaknya dengan berteriak pula. "Tidak makan dulu, Nak? Ya sudah hati-hati kalau begitu! Salah sendiri dari tadi ribet, dandannya saja lama sekali kayak artis, maka-nya besok lagi bangun shubuh dan dandan diawali, kalau perlu 2 jam sebelumnya, biar gak telat lagi, hmmmm." Tapi percuma saja ibu Yola mengoceh seperti itu, tiada gunanya, karena putri si mata wayangnya sudah pergi dan semakin menjauh.

***

Di perjalanannya Yelin terus berjalan dengan langkah dipercepat. Ia tersentak kaget saat tiba-tiba kendaraan melintasinya dengan memberikan klakson yang berlebihan.

Tit, tit, tiiiiiiiit! Yelin langsung menepi dan menjauh dari kendaraan itu, padahal rasanya dia sudah menepi, tapi kendaraan itu keterlaluan sekali baginya, membuat Yelin terus mengumpat dengan memandangi kendaraan itu, yang bermotoran MOG dan jumlahnya juga tidak hanya satu, tapi banyak, seperti lagi acara parade. Di pimpin oleh ketua bos yang memakai kaca mata hitam yang sangat menyilaukan mata bagi siapa pun yang memandangnya. Tak lupa dengan pistol yang ia bawa dan dilemparkan ke udara sesekali, sangat keren, seperti atraksi di siang bolong.

"Astagaaaa siapa dia? Tampan sekali, seperti aku pernah lihat sebelumnya, apa sama dengan artis yang ada di dramaku ya?" Yelin terus menebak dengan menaruh dagu di tangannya. Spontan tangannya langsung menunjuk ke arah semua lelaki itu saat sudah semakin menjauh karena mencoba mengingatnya. Saat sudah teringat dia pun berteriak.

"Ehhh bukankah dia laki-laki yang ada di mimpiku? Benarkah? Sepertinya iya, aku tidak boleh kehilangannya, wooooeeee, halooooo, kakaaaak, abaaaang, ommm, ehhh enaknya aku panggil siapa yaaa, oppaaaa, maaaas, ahhh sial dia sudah pergi dan semakin menjauh, ya sudahlah, mungkin belum takdir, semoga saja suatu saat nanti kita bertemu." Setelah berceloteh lama dan terbengong sia-sia. Yelin mengerjap, seperti ada yang meniup ubun-ubunnya, dia langsung tersadar dan melihati jam yang ada di pergelangan tangannya.

Kakinya langsung berlari saat jam yang sudah sangat mepet itu. Mulutnya terus berkomat-kamit karena menyalahkan gara-gara parade semua laki-laki tadi ia menjadi telat.

"Astagaaa aku telat, bisa-bisa aku dihukum gantung oleh pak Yupi, beliau kan dosen yang paling killer, menyeramkan! Apa nanti aku kedipin mata saja ya, mungkin barangkali langsung terpincut kepadaku, semoga saja!"

Dan benar. Yelin pun terlambat. Dosen Yupi sudah berada di dalam sana. Menatap ke arah Yelin dengan tajam, menggerakkan busur panahnya yang ia bawa dengan memicingkan matanya. Sepertinya suatu kesialan buat Yelin hari ini.

Yelin cengengesan. Menyengir dan menaikkan tangannya ke atas tanda piss. Salivanya ditelan dengan susah payah, dia paham betul kalau busur panah yang dibawa pak Yupi itu memang sengaja untuk menguji dengan panahan oleh mahasiswa mahasiswi yang telat.

'Mati aku!' Batin Yelin.

Pak Yupi semakin mendekat. Dengan mengetuk-ketuk jam tangan yang dipakainya dengan jari telunjuknya. "Jam berapa ini, Yelin? Bukankah kamu mahasiswi paling teladan dan beasiswa? Kalau seperti ini terus bisa-bisa beasiswamu akan dicabut bagaimana? Apa kamu mau!" Yelin menggeleng dan menunduk. Busur panah yang dibawa pak Yupi pun diberikan kepada Yelin dengan cepat.

"Pegang! Dan buatlah membidik target sekarang! Ke lapangan!" balas pak Yupi.

'Target? Siapa? Manusia apa bagimana? Hmmm sungguh menyeramkan. Sial, sial, sial, hidupku hari ini!' Batin Yelin.

avataravatar
Next chapter