webnovel

Serangan mendadak

Jasmine terus menangis hingga akhirnya tertidur kelelahan. Kepalanya menyender ke dinding mobil. Rendi lalu menarik tubuhnya dengan lembut hingga tubuh Jasmine lalu rebah dengan kepala dipangkuan Rendi. Rendi menghapus air mata Jasmine yang meleleh di pipinya.

Ia kemudian membebaskan totokan agar aliran darah Jasmine kembali normal. Rendi menepuk-nepuk bahu Jasmine agar Jasmine terlelap nyenyak.

Waktu menunjukkan pukul 3 malam. Hari menjelang pagi. Udara semakin dingin apalagi perjalanan menuju ke daerah C yang memang sangat dingin cuacanya.

Rendi kemudian meminta penyekat mobil dinaikan lagi. Andri melihat Jasmine yang tertidur pulas di pangkuan Rendi. Rendi bersender ke jok belakang. Matanya terpejam rapat dan mulai tertidur.

Andri menjalankan kendaraannya dengan kecepatan sedang. Mobil makin merayap naik dan berkelok-kelok melalui perkebunan teh. Udara sangat dingin menusuk tulang. Embun mulai turun melalui kabut yang mengaburkan pandangan. Sehingga menyetir membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.

Di depan Villa tampak Serena menunggu dengan wajah cemas. Ia tahu dari Iksan bahwa Jasmine sering balapan di tengah malam. Tapi selama ini Ia hanya menganggap hoax saja. Tapi ketika Rendi bilang Jasmine tidak ada dikamarnya Ia sedikit percaya.

Ketika Rendi memutuskan untuk mencarinya Serena dilarang ikut takut ada kejadian yang mengerikan. Sehingga Serena hanya menunggu dengan cemas.

Melihat mobil kakaknya datang, Serena bersorak Ia segera memburu mobil Rendi dan ikut membukakan pintu. Rendi keluar setelah membuat Jasmine duduk sambil tetap tertidur. Rendi keluar dari mobil dan tanpa membangunkan Jasmine, Rendi membopong tubuh Jasmine dan membawanya ke kamar mereka. Serena mengikutinya tanpa suara. Ia disuruh diam dulu oleh Rendi.

Setelah membaringkan tubuh Jasmine. Rendi mengeluarkan pistol nya dan menyimpannya di dalam koper pakaiannya. Kopernya terkunci menggunakan kode angka. Ia memastikan senjatanya aman dari jangkauan Jasmine. Rendi sangat yakin begitu Jasmine bangun Ia akan mengamuk kembali.

"Serena, tidurlah!! Kalau kau disini nanti akan ada orang yang mengetahuinya. Nanti saja besok Aku cerita. Lagipula Kakak sudah sangat cape dan mengantuk" Kata Rendi sambil menguap.

" Uh..kakak ini. Menyebalkan. Kan Aku ingin mendengarkan ceritanya sekarang. Aku bela-belain begadang nungguin Kakak." Serena cemberut.

Rendi mencubit pipi adiknya dengan gemas. " Kakak mengantuk sayang. Kau lihat temanmu itu sudah tertidur. Sebentar lagi dia akan bangun dan mengamuk. Kakak harus cukup tenaga untuk melawannya." Kata Rendi

"Hah??? Emang Kakak mau ngapain sama Jasmine. Mau gituan yah??" Serena melotot

Rendi tersedak " Kau bocah kecil, tapi mulutmu mengerikan. Pasti gara-gara penggunaan internet yang tidak bertanggung jawab. Sana tidur!!" Rendi marah-marah. Matanya melotot, mukanya merah padam. Serena langsung lari terbirit-birit ketakutan. Rendi lalu menutup pintu kamar sambil terus mengomel-ngomel.

Ia lalu naik ke atas ranjang, dilihatnya sepatu jungle Jasmine masih menempel dikakinya. Rendi mengambil kaki Jasmine lalu membukanya satu persatu. Rendi menggelengkan kepalanya melihat model sepatu Jasmine yang engga banget. Ia bahkan berpikiran akan membakar sepatu itu besok.

Ia juga melihat ikat pinggang Jasmine masih menempel di celana jeansnya. Dengan wajah tenang Rendi melepaskan ikat pinggang Jasmine. Dan Ia sangat terkejut ketika tidak sengaja tangannya memegang suatu benda. Rendi menariknya dan Ia lagi-lagi amat sangat terkejut melihat benda yang ada ditangannya adalah sebuah pisau belati. Rendi menarik nafasnya tadi waktu Ia memanggul Jasmine pisau itu tidak teraba.

Pantas saja Kakeknya Jasmine nekad mau menikahkan Jasmine kepada dirinya. Karena memang kelakuan Jasmine sudah sangat keterlaluan. Tidak terbayang juga kalau yang menjadi suami Jasmine adalah pria yang tidak memiliki ilmu bela diri. Pasti dia akan jadi bulan-bulanan Jasmine. Ia juga bersyukur kalau semua cucu kakeknya memiliki ilmu beladiri yang sangat baik.

Ketika Fatih bicara Ia seorang pecundang. Sebenarnya sih karena Ia selalu mengalah ketika setiap latihan melawan Fatih atau Sandri. Ia tidak mau bersaing dalam hal apapun kecuali ketika Ia mengelola perusahaan. Kakeknya juga menurunkan ilmu kebatinan dan ilmu tenaga dalam pada Rendi. Itulah sebabnya sepuluh Jasmine tidak akan ngefek padanya.

Rendi menyimpan pisau belati itu dibawah kasur. Ia lalu membaringkan tubuhnya disisi Jasmine. Ia harus menunjukkan pada Jasmine bahwa Rendi adalah suaminya. Kalau sampai Ia tidur terpisah maka Ia tidak akan bisa mengendalikan tingkah laku Jasmine. Bahkan Rendi tidur sambil memeluk tubuh Jasmine.

Karena memang baru tertidur pukul 3 malam, maka Rendi dan Jasmine bangun siang. Diluar orang-orang sarapan tanpa kehadiran mereka. Karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi mereka malah mengira Rendi dan Jasmine terlambat karena bermalam pertama. Diantara semua yang senyum-senyum hanya Fatih yang terlihat sedikit kesal. Ia memakan sarapannya dengan malas-malasan. Membayangkan Rendi bermalam pengantin dengan jasmine sangat menyakitkan hatinya. Ia merasa lebih pantas untuk jasmine daripada Rendi. Penampilan Fatih memang lebih gagah dan berotot dibandingkan dengan Rendi yang tampak halus. Hanya saja memang Rendi tidak gemulai. Cara berjalannya tetap saja tegap dan dadanya membentuk six pack.

Pukul delapan siang matahari seharusnya sudah meninggi. Tetapi kabut masih menyelimuti kaki gunung kota C. Jasmine menggeliat Kakinya menumpang pada badan Rendi. Rendi sendiri masih tertidur lelap. Jasmine merasakan kakinya menyentuh sesuatu yang keras. Rasanya bukan guling yang biasa. Dengan mata terpejam Jasmine menekan-nekan kakinya ke tubuh Rendi. Ia semakin merasa aneh dan ketika matanya terbuka. Jasmine berteriak kaget.

" AAkh...Siapa Kamu?" Katanya sambil tersentak bangun. Jasmine langsung tersadar apa yang terjadi. Mukanya merah padam karena marah karena melihat Rendi terbaring lelap. Jasmine lalu menyeringai. Ia kemudian menekuk tangannya, mengepalkan jemarinya dan dengan gerakan yang cepat Jasmine menghantamkan tangannya ke dada Rendi yang terbuka.