webnovel

Kontrak Pernikahan (1)

Jasmine berjalan dengan perasaan tenang ke dalam kamarnya. Ia sangat mempercayai kata-kata Serena. Kalau benar Rendi Gay berarti Ia akan aman selamanya. Tidak ada hal yang akan membuatnya takut lagi. Begitu masuk kamar Ia melihat pembantu nya sudah membereskan kamar pengantin nya yang porak poranda. Ia juga melihat Rendi sedang menyisir rambutnya. Ia tampaknya sudah mandi.

Melihat Jasmine masuk ke dalam kamar. Rendi membalikkan badannya menghadap Jasmine.

"Apakah Kau ingin melanjutkan pertarungan hari ini?" Tanya Rendi sambil duduk di pinggir tempat tidur.

Jasmine menggelengkan kepalanya. "Aku bukan orang yang bodoh yang tidak tahu kekuatanku sendiri. Aku mengakui kekalahan ku. Benar kata adikmu di atas langit ada langit. Aku juga tidak main bicara kasar lagi karena Aku tidak mau Kau cium"

Rendi tersenyum. "Bagus sekali. otakmu sekarang sudah berfungsi dengan baik. Tapi mengapa Kamu tidak suka Aku cium?" Rendi menatap dengan genit. Jasmine langsung menutup mulutnya. Gerakan tangan Jasmine yang menutupi mulutnya seakan melindungi nya dari ciuman Rendi.

"Kau tahu, Berciuman itu harus dilandasi oleh cinta. Aku tidak mencintaimu dan Kau juga tidak mencintai ku. jadi kita hendaknya tidak melakukan hal-hal yang dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai."

Wow..Rendi sangat terkejut mendengar kata-kata Jasmine. Apa yang sudah adiknya tanamkan di otak istrinya. Rendi mengusap-usap dagunya yang runcing. Matanya mengerjap indah. Bibirnya yang merah merona bagai bibir seorang gadis itu tampak digigit oleh giginya sendiri. Jasmine yang polos mana tertarik dengan hal-hal yang begitu. Jasmine bukan Serena yang cerdas di dalam hubungan antara pria dan wanita. Tapi Ia juga bukan orang bodoh.

Jasmine berjalan mendekati Rendi. Rendi tersenyum manis menunggu apa yang akan dilakukan Istrinya. Tangannya siaga satu. Istrinya yang cantik menawan ini memiliki ilmu karate yang tingkatannya lumayan tinggi. Kalau Ia lengah, bisa-bisa Ia harus berobat ke ahli patah tulang.

" Eummm Aku harus memanggilmu apa ya? Rendi?? Rendi saja, itu tidak sopan umurmu jauh diatas umurku. Bagaimana kalau Om?? tapi engga ah, nanti kaya Om- Om yang suka kegatelan." Jasmine tampak berpikir keras.

"Bagaimana kalau Kamu memanggilku Honey??" Kata Rendi sambil tersenyum lucu menyaksikan tingkah Jasmine yang sedang jinak ini.

"Apaan honey?? norak. Aku panggil kakak aja gitu yah. Biar sama kaya Serena memanggilmu." Kata Jasmine sambil bersorak. Rendi jadi gemas. Wajah Jasmine begitu cantik dan mungil. Wajah mungil itu malah didominasi oleh mata yang begitu indah, bulat dan sayu. Tanpa mengenakan riasan apapun, kecantikan Jasmine begitu terpancar nyata.

"Apa Kakak tidak keberatan??" Kata Jasmine sambil mengusap pipinya. Kemudian jarinya hinggap dibibirnya yang teramat tipis dan bewarna merah muda. Rendi jadi gelisah. Ia biasanya tidak terlalu tertarik pada para gadis. Ia selalu tidak perduli pada mereka yang berlomba-lomba mendapatkan cintanya.

Tapi Jasmine adalah Istrinya, istri yang sah. Jadi apapun itu maka Ia berhak untuk menyentuh Jasmine. Sementara Jasmine sendiri tahu persis apa yang seharusnya terjadi antara suami istri. Ia tidak mau hal itu terjadi. Dan karena Serena tidak mau membantu maka Ia harus berjuang sendiri. Otak Jasmine berputar dengan cepat.

Rendi berdiri lalu berjalan menghampiri Jasmine. Jasmine jadi sedikit pucat. Ia tahu persis kalau ilmu beladiri kalah jauh dengan Rendi. Ia tidak mau memancing emosi Rendi. Kejadian kemarin membuat Jasmine belajar dengan cepat. Ia harus berpura-pura untuk mengalah terlebih dahulu.

Jasmine menjadi kaku, Badannya panas dingin. Apalagi kemudian Rendi meraih pinggang rampingnya.

"Aku tidak keberatan Kamu memanggilku Kakak. Kau tahu semakin lama Aku semakin tidak keberatan menikahi mu" Kata Rendi sambil menyentuhkan hidungnya ke pipi Jasmine. Jasmine menjadi ketakutan Ia meronta agar bisa terlepas dari pelukan Rendi.

"Kau tahu, Aku punya ilmu totok, Kalau Kau meronta Aku akan menotokmu" Kata Rendi sambil mengusap-usap pipi Jasmine. Hati Jasmine jadi semakin menciut. Apalagi kemudian Rendi tiba-tiba memiringkan wajahnya dan mulai hendak menyentuhkan bibirnya ke bibir Jasmine. Jasmine memalingkan wajahnya sehingga bibir Rendi hanya menyentuh pipinya.

Rendi menyeringai.. bibirnya yang hanya mendarat di pipi Jasmine Ia geser lagi agar bisa menyentuh bibir Jasmine.

"Kakak...Aku ingin kita membuat kontrak pernikahan?" Jasmine berkata sambil menelan ludahnya. Matanya terpejam takut melihat wajah Rendi yang menempel pada wajahnya. Rendi mengerutkan keningnya, Ia menjauhkan wajahnya dari Jasmine. Tangannya masih berada di pinggang Jasmine.

"Kontrak apa maksudmu?" Katanya sambil tetap tidak tahan menghadapi wajah Jasmine yang begitu mengundang hasratnya. Rendi tidak menunggu Jasmine menjawab pertanyaannya. Rendi menghujamkan mulutnya pada mulut Jasmine. Jasmine meronta-ronta Ia memegang kepala Rendi dan berupaya menjauhkan.

Tetapi Rendi malah menekankan kepala Jasmine ke mukanya. membuat Jasmine tidak berkutik. Mulutnya terbuka lebar dijelajahi oleh Rendi.

Lidah Rendi merajalela membuat Jasmine mengkerut. Ia merasakan sakit karena gerakan Rendi yang begitu memaksa menyeruak tetapi kemudian gerakan Rendi berubah jadi lembut. Tangan Jasmine lalu menjadi lemah. Matanya terpejam rapat, tubuhnya menjadi lunglai. Rendi menahan punggungnya agar tubuh Jasmine tetap tegak.

Suasana sesaat jadi hening, udara terasa hangat. Rendi semakin erat memeluk Jasmine. Nafasnya semakin terasa berat. Hingga akhirnya Ia melepaskan ciumannya lalu memandang Jasmine yang masih terpejam.

Rendi tersenyum lalu berbisik. "Apakah Kamu sekarang menikmati ciuman ku?"

Mata Jasmine terbuka lebar. Matanya yang bulat tetapi sayu itu seakan hendak meloncat keluar. Ia mendorong tubuh Rendi dengan keras. Wajahnya merah padam. Rendi tertawa sambil mengusap bibirnya oleh ibu jarinya. Wajah yang memerah itu persis seperti kelopak mawar merah dipagi hari.

Kenapa ada gadis yang begitu memabukkan seperti Jasmine. Padahal biasanya Ia tidak pernah tergoda oleh wanita cantik. Tapi melihat Jasmine Ia mengangkat kedua tangannya. Ia menyerah. Ia jatuh hati. Ini adalah jatuh cinta yang kedua.