webnovel

Pernikahan Pahit

Ketika pernikahan tidak bahagia, apakah orang ketiga menjadi solusinya? Laura menerima lamaran dari Christian, sebab merasa berhutang budi pada laki-laki yang sudah menyelamatkan nyawa ayahnya itu Namun satu tahun berlalu, pernikahan indah yang diimpikan Laura hancur karena penghianatan yang dilakukan olehnya sendiri. Laura berselingkuh dengan Aldi penyanyi yang bekerja di kafe yang diberikan Christian untuknya. Tapi penghianatan Laura bukanlah tanpa sebab. Karena selama satu tahun menikah, Christian tak pernah memperlakukannya seperti seorang istri pada umumnya.

Rita_sw10 · Urban
Not enough ratings
27 Chs

Terpaksa Menikah

"Fungsi ginjal pak Rizal sudah semakin menurun. Akibatnya terjadi penumpukan racun di dalam tubuhnya. Sebaiknya kita segera melakukan cangkok ginjal agar nyawanya bisa terselamatkan," ucap seorang dokter spesialis penyakit ginjal tersebut.

Laura menatap ayah angkatnya yang terbaring tak berdaya. Beberapa saat yang lalu ia ditemukan pingsan di tempat kerjanya. Dalam hati Laura ingin sekali mendonorkan salah satu ginjalnya pada ayahnya tersebut, namun ternyata darah mereka tidaklah sama.

Laura sudah diangkat menjadi anak oleh Rizal sejak usianya masih sembilan tahun. Karena sejak lahir ia sudah tinggal di panti asuhan. Hal itu membuatnya tidak pernah mengetahui perihal orangtua kandungnya.

Laura pertama kali mendapatkan kasih sayang orangtua hanya dari Rizal. Meskipun lelaki paruh baya itu hanyalah seorang pegawai biasa di sebuah perusahaan tapi ia mampu mengasuh dan mendidik Laura dengan baik. Mantan istri Rizal sendiri telah pergi meninggalkan suaminya tersebut begitu mengetahui jika Rizal tidak bisa memberikan keturunan padanya. Sejak saat itu Rizal mengadopsi Laura dan hanya hidup berdua hingga sekarang.

"Aku akan mendonorkan ginjalku untuk pak Rizal."

Laura lantas menoleh begitu mendengar kalimat yang terlontar dari seseorang yang tidak ia kenal. Sepertinya dia yang sudah membawa ayahnya tersebut ke rumah sakit.

"Anda siapa?" Laura berdiri menatap pria itu.

Beberapa bulan yang lalu.

Christian adalah seseorang yang sukses di usia muda. Ia merintis perusahaan advertising dari bawah hingga besar saat ini. Sayangnya seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. Di balik kesuksesannya dia menyimpan sebuah luka yang besar.

Bagaimana tidak? Wanita yang baru saja ia nikahi satu minggu tiba-tiba meninggal dunia karena penyakit jantung.

Sejak kejadian itulah Christian berubah menjadi sosok yang dingin dan tempramen. Dia akan sangat marah jika ada sesuatu yang tidak berjalan lancar. Padahal sebelumnya ia adalah pria yang ramah dan murah senyum.

Kini sudah dua tahun istrinya pergi meninggalkan Christian untuk selamanya. Selama itu pula senyumnya telah hilang dari wajah tampannya. Tidak ada yang pernah melihat senyumnya lagi setelah musibah yang menimpanya itu.

Christian kembali ke dalam mobilnya setelah ziarah ke makam istrinya. Seperti biasa ia mengemudikan mobilnya dengan stabil. Hingga tiba-tiba saja terdengar benturan keras dari belakang mobilnya.

Christian segera keluar untuk mengeceknya. Dan di sana tampak seorang wanita sedang sibuk memunguti beberapa gelas kopi yang berserakan di jalan.

"Ah, gimana nih? Nggak ada yang bisa diselamatkan. Aku pasti dipecat," keluh wanita bertopi itu.

"Apa kamu tidak akan minta maaf setelah menabrak mobilku?" ucap Christian yang masih mencoba untuk menahan amarahnya.

"Sepertinya mobilmu nggak kenapa-kenapa. Cuma lecet sedikit, apa kamu nggak lihat motorku lebih parah rusaknya? "

Laura mendongakkan wajahnya untuk melihat pria yang tidak sopan itu.

"Luna.." gumam Christian. Dia tertegun melihat wanita yang ada di depannya saat ini. Untuk sesaat mereka hanya saling menatap tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Christian segera menyadarkan dirinya, jika wanita itu bukanlah Luna mendiang istrinya. Meskipun tidak bisa dipungkiri jika Laura memang mirip dengan wajah istri Christian.

Jika diperhatikan mata dan garis wajahnya sama seperti milik Luna. Mereka sama-sama memiliki garis wajah mars line yang begitu jelas.

"Mana bisa begitu! Kamu yang jelas-jelas yang nabrak duluan," tegas Christian.

"Oke.. Gini aja, ini alamat kafe tempatku bekerja. Kamu bisa ke sana nanti kalau mobilmu benar-benar rusak parah. Aku akan ganti rugi buat perbaikannya. Sekarang aku harus buru-buru mengganti pesanan kopi yang tumpah!" Laura lalu bersiap untuk pergi setelah memberikan kartu alamat kafe tempat ia bekerja untuk pria menyebalkan itu.

"Ah.. Untungnya masih nyala." Laura bernapas lega begitu motornya masih bisa menyala.

"Tunggu dulu! Tapi.. ban motormu sedikit bengkok." Ucapan Christian tidak terdengar oleh Laura, karena wanita itu sudah terlanjur pergi menjauh.

Kemudian Christian segera kembali ke dalam mobilnya dan mengikuti motor yang dinaiki Laura. Dia mengemudikannya begitu pelan karena wanita itu terlihat tidak stabil menggunakan motornya.

"Itu berbahaya," desah Christian.

Setelah beberapa lama, motor Laura berhenti di sebuah kafe yang tidak terlalu besar. Christian diam-diam memperhatikan Laura dari dalam mobilnya. Wanita itu tampak sedang dimarahi atasannya karena sudah ceroboh merusakkan motor milik kafe dan menjatuhkan semua pesanan kopi yang dia bawa.

Setelah selesai dimarahi Laura terlihat kembali sibuk menyiapkan pesanan kopi yang sudah ia jatuhkan tadi. Dan tidak lama dia kembali keluar dan menaiki ojek yang sedang mangkal tidak jauh dari sana.

Christian keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam kafe itu.

"Aku ingin bicara dengan bosmu," ucapnya pada karyawan yang berjaga di konter. Dia kemudian menunggu dan duduk di salah satu kursi di sana.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pemilik kafe setelah ia sampai di hadapan Christian.

"Aku ingin tahu apa yang terjadi dengan wanita tadi?" tanya Christian.

"Wanita yang mana ya?" Pemilik kafe tampak bingung dengan pertanyaan pria yang duduk di depannya itu

"Wanita berambut cokelat panjang yang baru saja keluar dari kafe ini. Dia bekerja di sini kan?"

"Oh, maksud anda Laura? Karyawan ceroboh itu?" Si pemilik kafe kembali geram saat mengingat kejadian yang menimpa karyawannya itu dan membuat dirinya merugi.

"Iya. Apa dia harus ganti rugi untuk kerusakan motor dan pesanan kopi yang dia jatuhkan?"

"Tentu saja! Aku akan memotong setengah gajinya setiap bulan."

"Memangnya berapa yang harus dia ganti?" tanya Christian tiba-tiba.

Pemilik kafe lantas melirik Christian yang tampak seperti orang kaya. "Apa dia pacar Laura?" batinnya merasa curiga.

"Lima juta," jawab pemilik kafe pada akhirnya.

"Tuliskan nomor rekening anda di sini." Dengan santai Christian mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi m-banking miliknya.

"Sekalian tulis saja nominal yang anda mau," ucap Christian sambil menyerahkan ponselnya pada pemilik kafe.

Dengan ragu pria berusia sekitar tiga puluh tahunan itu mengetikkan nomor rekeningnya pada ponsel Christian. Dan benar saja, tidak lama ada pemberitahuan sejumlah uang yang masuk ke dalam rekeningnya.

"Sebagai gantinya, jangan potong gajinya dan tolong perlakukan dia dengan baik," kata Christian kemudian beranjak untuk pergi dari sana.

"Baiklah tuan! Saya akan memperlakukannya dengan baik mulai sekarang," seru pemilik kafe yang puas dengan uang yang baru saja ia terima.

Christian menatap foto istrinya yang tergantung di kaca spion dalam mobilnya.

"Kenapa aku melakukan hal ini?" gumamnya yang tidak percaya dengan apa yang sudah ia lakukan untuk wanita yang baru saja ditemuinya hari ini.

Ada sebuah perasaan yang menggelitik hati Christian. Perasaan yang sudah lama tidak pernah dia rasakan sejak kepergian Luna. Entah mengapa hatinya kembali berdebar saat melihat sosok yang mirip dengan mendiang istrinya itu.

***

Setelah operasi berhasil dilakukan.

"Terimakasih banyak karena sudah menolong ayahku," ucap Laura pada Christian yang terbaring di atas brankar karena masih dalam proses pemulihan setelah operasi.

"Sama-sama. Aku melakukannya karena pak Rizal salah satu karyawanku yang setia selama ini." Christian berusaha duduk dan membenarkan posisinya.

"Apa ada yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu?"

Christian menatap serius wajah Laura.

"Apa kamu mau melakukannya? Apa saja yang aku inginkan?"

"Yah, kalau aku bisa aku pasti lakukan." Laura menunduk menghindari tatapan mata Christian yang tak lepas darinya.

"Apa kamu mau menikah denganku?"

"A–apa?! Menikah?!"